Hidup tak mau, matipun enggan jadi SBY
Pernyataan ini justru keluar dari mulut seorang bocah yang berumur 12
tahun, Hendra, keponakanku. Memang bukan persis seperti apa yang
tertulis di judul postingan ini namun intinya sama. Lewat percakapan
singkatku dengannya lewat hubungan kawat kemarin kudengar suaranya yang
lugu, polos, unik dan realistis.
Lik,
demikian dia memanggilku, kependekan dari Bulik. Percakapanku
dengannya waktu itu menggunakan bahasa Jawa krama alus. Tetapi mengingat
tidak semua orang bisa berbahasa Jawa krama alus...