Galau?

huuhuuhuuuu...

Semangaaaaatttt..!

Love your job and be proud.

Iyes!

Bekerja sambil belajar.

Masih galau lagi?

No! No! No! Be happy laahhh...!

Ayo ngeblog!

Masa kalah sama Babu Ngeblog?

Hidup Tak Mau, Matipun Enggan Jadi SBY

Hidup tak mau, matipun enggan jadi SBY

Pernyataan ini justru keluar dari mulut seorang bocah yang berumur 12 tahun, Hendra, keponakanku. Memang bukan persis seperti apa yang tertulis di judul postingan ini namun intinya sama. Lewat percakapan singkatku dengannya lewat hubungan kawat kemarin kudengar suaranya yang lugu, polos, unik dan realistis.

Lik, demikian dia memanggilku, kependekan dari Bulik. Percakapanku dengannya waktu itu menggunakan bahasa Jawa krama alus. Tetapi mengingat tidak semua orang bisa berbahasa Jawa krama alus di internet jadi aku coba untuk mengalihbahasakannya. 

“Saya pengin bekerja Lik, bantuin emak,” kata bocah yang telah ditinggal minggat oleh bapaknya sejak berumur empat tahun ini kepadaku.

“Kerja apa?” tanyaku.

“Pokok e setelah sekolah SMP trus kerja sembarang Lik, yang penting halal,” jawabnya mantab. 

Hanya ibunya yang buruh tani itulah yang menyangga seluruh kebutuhan hidup keluarga termasuk biaya sekolahnya. Ekonomi keluarganya yang tidak memungkinkannya untuk mempunyai pendidikan lebih tinggi lagi dari SMP tersebut membuatnya sadar sejak dini bahwa dia tidak akan memaksakan kehendak untuk bersekolah lebih tinggi dan mencapai gelar yang lebih keren dari sekedar jebolan SMP. Kenyataan yang sama persis sepertiku puluhan tahun silam. 

“Gak pengin jadi guru atau dokter ya?” tanyaku berbasa-basi.

“Enggak Lik, jadi presiden aja saya enggan, ntar diomelin banyak orang,” katanya.

“Lha kok bisa?” tanyaku.

“Lha emak tuh tiap hari kerjaane ngomel mulu. Katanya presiden goblok, ga mikirin rakyat, gajinya banyak juga masih minta naik. Cabe aja mahal, minyak mahal, beras mahal, apa-apa mahal. Bayangkan, emak tiap hari ngomel gitu-gitu terus” jawabnya.

"Makanya saya ga mau Lik kalo suruh jadi presiden seperti yang sekarang ini," tambahnya pula. 

“Ooh…gitu,” kataku yang mendengarkannya sambil tersenyum-senyum. 


repost dari Multiply