Galau?

huuhuuhuuuu...

Semangaaaaatttt..!

Love your job and be proud.

Iyes!

Bekerja sambil belajar.

Masih galau lagi?

No! No! No! Be happy laahhh...!

Ayo ngeblog!

Masa kalah sama Babu Ngeblog?

Do It With Duit(Duit means money)


Yang namanya duit, enggak peduli duit siapapun itu enak rasanya. Duitnya pejabat, diplomat, aparat, penjilat, rakyat, orang mlarat semuanya enak. Oh iya dan tentunya termasuk juga duitnya TKW(ups! kaga' pakek akhiran -at, hehehe...).

Taruh deh, di negara yang apa-apa serba duit ini, dari sekedar untuk kencing sampai bikin bini orang bunting, semuanya UUD banget. Ujung-Ujungnya Duit. Gak peduli yang di ciduk itu duit dari hasil korupsi ataupun dari hasil meres keringat sendiri, pokok-e duit.

Dan alkisah di negara Betonesia(demikian saya menyebutnya)... Sebuah negara beton yang banyak mengimpor orang-orang Indonesia. Nama kerennya seh Hongkong tapi berhubung yang membuat cerita adalah babu ndableg yang pengin ngeblog jadilah...Betonesia.

Ok lanjut...!! Alkisah di negara betonesia, gonjang-ganjing yang sempet saya tulis pada postingan sebelumnya(lihat sini) menggelitik hati saya untuk menuangkan uneg-uneg kepala, daripada di simpen di kepala bisa-bisa menjadi kanker yang maha dasyat yaitu marah bin dongkol, so I spit it out!

Casting atau pencarian pemain lewat penyaringan bakat dan kemampuan berakting adalah suatu keharusan untuk mengawali pembuatan film. Karena ga akan asal-asalan aja ngambil pemainnya khan? Karena seharusnya pemain(sekalipun hanya sebagai pemeran figuran saja) mempunyai kemampuan berakting, demi kesuksesan sebuah film. Masalahnya kalau dalam proses casting yang tentu saja berjibun peminatnya itu di adakan sebuah pungutan liar yang mengharuskan para peserta casting untuk membayar sekian rupiah atau dolar sebelum mengikuti casting, lha apa ga' kebangeten tho? Sak jane sing butuh ki sapa?

Antara siapa yang butuh dan siapa yang dibutuhkan sepertinya menjadi rancu. Keinginan yang manusiawi sekali dari para peserta casting untuk menyalurkan bakat dan menjadi bintang sepertinya telah disalah gunakan oleh pihak perfilman(dalam hal ini film True Love). Ke-ilegalan pungutan untuk casting ini belum di ketahui oleh para TKW. Pikiran TKW itu praktis saja, dan karena kepraktisan itulah sehingga banyak pihak yang bisa mengemasnya dan memasukkannya dalam sasaran untuk memenuhi kantong pribadi. Mau contoh?? Lihat saja betapa gemuknya kecoak-kecoak peliharaan pemerintah yang berada di Terminal 3 Bandara Sukarno Hatta, gemuk sekali bahkan perutnya pun sama besarnya dengan ibu-ibu yang hampir mengeluarkan kepala orok.

Dan kali ini juga kepraktisan itu telah mempelopori adanya praktek konspirasi yang bukan hal baru lagi bagi TKW. Casting True Love's Conspiracy, wolaaaaaaaa!!

Berhitung sebentar, misalnya peserta casting sebanyak 200 orang, dikalikan HK$400 dolar yaitu sejumlah HK$80.000 atau Rp. 94,5 juta, wah! ckckckckck bisa untuk biaya hidup plus akomodasi seluruh kru pemain, sutradara dari Indonesia selama shoot di Hongkong tuh!! buseeetttt, enak bangett!!

Sedang Sang Sutradara yaitu Lola Amaria, menyatakan ketidak terlibatannya dalam kasus pungutan liar untuk casting tersebut, bisa dilihat disini http://lolaamaria.blogdetik.com/2008/07/17/siap2-bikin-film-baru/

Disana dia menjawab komen saya,
Untuk Rie Rie,
Saya ingin menjawab komen anda, “babu ngeblog”.
saya pribadi tdk mengetahui masalah di hongkong ttg casting tersebut, yg jelas tim dari indonesia berusaha utk merevisi skenario terlebih dahulu.

Saya pribad tdk terlibat sebagai produser tp hanya sbg sutradaara dan pemain, dan khusus tentan soal bayar cansting, itu diluar pengetahuan saya, karena tim sutradara blm lakukan casting di Hongkong. Dan baru akan berangkat kesana pertengahan agustus ini. Kalo pun ada pihak2 yg melakukan itu, itu murni bukan saya dantim saya.


Nah lho, nah lho????? Kok jadi berlibet?? Mbulet ruwet kaya dawet campur cawet?? Tim Indonesia atau tim Hongkong eh Betonesia itu apa tidak saling berhubungan? Gembar-gembor yang dari tim Betonesia bukannya telah di ketahui oleh tim Indonesia? Tidakkah sebaiknya di adakan klarifikasi mengenai hal ini, disiar dan dikonfirmasikan kepada semua biar jelas?? ndangdutan yuk...kubasuh tanganku dari debu yang menempel..uwo uwoooo....


Gonjang-ganjing Casting Film True Love

Kabar itu berhembus ketika panas matahari memanggang tubuh-tubuh wanita muda dan setengah baya di Victoria Park Hong Kong. Kabar itu menyelinap di penuh sesaknya MTR di hari Minggu. Kabar itu mengalir lewat hubungan kawat(telepon) ketika wanita-wanita muda dan setengah baya itu asyik bergelut dengan aktifitas kesehariannya.

Wanita-wanita muda dan setengah baya itu adalah para Tenaga Kerja Wanita-Hong Kong(TKW-HK), dan kabar heboh itu adalah casting film True Love.


Terhitung sejak 29 Juli'08 casting film True Love sudah dijalankan. Tepatnya berada di Toko En Yu, Dragon Rise Building lantai 2 Causewaybay. Film yang mengangkat cerita tentang kisah hidup TKW Hong Kong itu rencananya bakal dibintangi oleh Titi Kamal dan juga bakal melibatkan 50 BMI-HK. GoeN's Production, partner Joel Bahar Virtya Music & Film sebagai pihak produser.

Indra Gunawan dari GoeN's Production mengatakan, "Pendaftaran dan casting akan terus berlanjut hingga akhir Agustus. Dan yang menentukan siapa yang berhasil lolos casting dan bisa ikut dalam film tersebut adalah Lola Amaria(selaku sutradara) dan Titi Kamal. Mereka berdua rencananya akan datang secara langsung ke Hongkong pada akhir Agustus."


Kendati dalam pendaftaran casting film tersebut para pendaftar di pungut biaya sebesar HK$ 400(1 HK$ = Rp1.185), namun tak menyurutkan minat beberapa TKW-HK untuk mendaftarkan diri. Sampai Minggu tanggal 13 Juli kemarin tercatat sudah ada 30 orang yang mendaftar. Keantusiasan dari peserta casting bisa dilihat dengan jelas dari gambar wajah mereka. Rasa percaya diri juga yang membawa mereka berada di hadapan puluhan TKW lainnya yang menyaksikan jalannya casting.

Casting bertahap itu kali ini mengharuskan para peserta casting untuk memperagakan kemampuan mereka dalam berakting yaitu marah dan menangis.

"Ya menggali bakat aja, dan kali aja beruntung," jawab Wanthy enteng. Wanthy adalah BMI-HK yang berasal dari Solo dan sudah bekerja di Hong Kong selama 5 tahun. Gadis berjilbab ini tidak ragu sama sekali dalam memperagakan kemampuan aktingnya, bahkan dia benar-benar menghayati aktingnya hingga terlihat emosi bahkan juga menangis sedih.

Ditanya tentang biaya yang dikenakan untuk sekali casting itu Wanthy menjelaskan bahwa dia menyadari seutuhnya dengan apa yang dilakukannya dan mengikuti casting ini sebagai upaya dia untuk menjadi yang lain yang lebih baik (calon bintang film).

Kebanyakan para pendaftar casting itu mempunyai pemikiran yang sama dengan Wanthy. Dan masalah 400 dolar adalah hal yang ringan bagi peserta casting tersebut, mengingat gaji TKW-HK adalah HK$3.480.

Berbeda dengan Wanthy, Liya, TKW-HK asal Malang yang menjalani masa terakhir kontrak ketiganya mengatakan bahwa dia tidak tertarik sama sekali untuk mengikuti casting.

"Lha wong gratis aja aku ga mau ikut kok, apalagi mbayar. 400 dolar itu lima ratus ribu mbak, bisa buat beli beras sekarung kalau di Indonesia," katanya.

Ada sesuatu yang menggelikan di balik pendaftaran casting film tersebut. Eni, panitia pendaftaran casting memperbolehkan salah seorang peserta casting untuk mencicil biaya pendaftaran. Dengan perjanjian minggu selanjutnya biaya casting harus dibayar lunas. Dia juga menjelaskan kalau setelah casting usai nanti masing-masing peserta akan mendapatkan photo dan VCD rekaman saat casting.

Masih belum dimengerti motif dari pembuatan film TKW ini, bahkan gambaran tentang bagaimana kisah film ini saja juga belum di ketahui oleh para peserta casting. Apakah ini ajang Lola Amaria untuk bernostalgia atas kesuksesannya dalam berakting di film "Detour Paradise", sebuah film TKW-Taiwan, ataukah benar-benar bisa mengangkat kisah para TKW-HK beserta segala fenomenanya, ataukah hanya karena rame ing gawe rame ing pamrih saja??? Dan sekiranya masih banyak juga pihak yang mempertanyakan HK$ 400, sebuah konspirasikah itu? kemanakah uang tersebut larinya?



________________________

demikianlah reporter Rie Rie melaporkan untuk babungeblog dot blogspot dot com

Naik 100 Dolar Tak Cukup

Kalau kemarin kenaikan gaji Buruh Migran Indonesia(BMI) hanya sekedar isu atau desas-desus belaka, saat ini pemerintah Hong Kong benar-benar menaikkan gaji BMI sebesar HK$ 100. Dari HK$ 3480 sekarang menjadi HK$ 3580. Kenaikan gaji ini efektif diterapkan mulai tanggal 11 Juli 2008 bagi kontrak baru.

ATKI-HK(Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia-Hong Kong) seperti disiarkan dalam sms berantai membenarkan akan hal tersebut. Adapun bagi ATKI-HK, kenaikan gaji tersebut masih di nilai belum memadai di masa krisis seperti ini. ATKI tetap menuntut gaji minimal HK$ 4.000 dan penghapusan pajak.


Di lain pihak, Hindun, BMI asal Kendal-Jawa Tengah yang sedang melakukan proses penambahan kontrak untuk kedua kalinya pada satu majikan yang berada di Lamtin itu menyambut gembira kabar tersebut. Katanya selama empat tahun bekerja di Hongkong baru kali ini gajinya naik.

Namun kekecewaan juga sempat di ungkapkannya begitu dia mengetahui jumlah kenaikan gajinya. “Lha kok cuma seratus dolar tho? ” katanya.

Kekecewaan yang sama juga di ungkapkan oleh Anez, BMI asal Menado yang bekerja di Yau Ma Tei. Dia menganggap bahwa pemerintah Hongkong hanya separuh hati menaikkan gaji BMI, terbukti dengan cara pemerintah Hongkong menaikkan gaji sedikit demi sedikit.
“Naikin gaji kok seperti anak kecil yang mau ngasih biskuitnya ke orang lain aja. Ngasihnya sedikit demi sedikit, seperti ga ikhlas gitu,” katanya.

Tak sedikit BMI yang mempunyai pemikiran yang sama. Sehingga rencana untuk mendemo pemerintahan Hong Kong akan terus dilakukan sampai pemerintahan Hongkong benar-benar memberikan tuntutan mereka.

Gaji memang sebuah dilema berkesinambungan bagi BMI. Kenaikan gaji sesuai dengan harapan para BMI adalah hal yang wajar dan layak mengingat perekonomian di Hong Kong yang sudah membaik dan juga peran BMI terhadap perbaikan perekonomian tersebut.

Puisi Pagi Yang Hujan

Di kirim lewat email oleh bang Aminhad untuk Rie(pas banget,pagi ini memang hujan, hehehe...) terima kasih Bang!!


PUISI PAGI YANG HUJAN

salam & selamat pagi yang hujan
apakah hujan itu mendera
atau kita yang salah mentafsir rahmat-Nya?

usah gelisah jikalau dilanda payah
usah merungut jikalau cinta tersangkut
segalanya mengajar kita menjadi dewasa.

kepingin diam tetapi kerap bergumam
kepingin dirindu tetapi kerap keburu
prihatin akan diri dan perbaiki ukhrawi.


salam & selamat pagi yang hujan
datanglah dalam jiwa ketika ribut
nanti kita kenal erti menangani kelam-kabut.

hidup bukan sahaja pagi atau siang cerang
kembaralah dalam jiwa yang lapang
nanti kita depani ranjau api tanpa walang.

AMINHAD,
Seri Indah - Putrajaya.

What's Wrong With "Babu Ngeblog"??

Saya kerap sekali mendapat teguran secara langsung, melalui email,atau lewat chat tentang nama blog saya, - "BABU NGEBLOG"- yang beralamat di www.babungeblog dot blogspot dot com.

Teguran juga pertanyaan yang berintikan sama yaitu menyalahkan pemilihan kata saya untuk nama blog saya tersebut. Bagi mereka, sebutan atau kata "babu" dinilai sangat kasar/sarkastik bahkan ada juga yang mengatakan bahwa judul blog saya terkesan menyombongkan diri.

Benarkah? Demikiankah? Coba simak penjelasan saya berikut ini:

Bagi saya kata "babu" adalah kata yang lumrah, yaitu sebutan untuk sebuah profesi. Sekalipun babu dalam bahasa Indonesia dinilai sebagai kata-kata yang kasar toh tetap saja dalam hal arti tetep sama. TKW, pembantu, buruh, babu...sama saja khan? O iya, kalau pembantu presiden yang malu disebut sebagai babu presiden, mungkin sedikit bisa di maklumi (weks). Lagipun kata babu bisa menarik perhatian dengan segera sehingga dalam sekali gepuk oleh mbah Gugel (google), pasti deh larinya ke blogku. Jadi kalau kata "babu" itu sendiri bisa memberikan keuntungan plus-plus buatku kenapa tidak?


Bagiku semua profesi membutuhkan profesionalisme. Seperti guru harus bisa mengajar, dokter harus bisa menyuntik, presiden harus bisa memimpin. Sama, babu juga butuh profesionalisme itu, bahkan berbagai profesionalisme! Ia harus bisa membersihkan rumah, mengatur belanja, momong anak, momong jompo, memasak dan mengambil hati majikan. Bayangkan saja, saya baru diakui membersihkan rumah dengan bersih setelah kerja selama 2 tahun! Sebelum 2 tahun itu bos selalu mengeluh tentang kurang bersihnya rumah! Betapa untuk membersihkan rumah saja butuh profesionalisme!


Dari keuntungan menggabungkan dua kata nyentrik "babu" dan "ngeblog" aku bisa menunjukkan pada dunia maya bahwa aku bukan babu biasa. Orang selalu berfikir bahwa seorang babu itu seorang yang bodoh. Orang selalu berfikir bahwa intelektualitas seseorang itu itu dihitung dari banyaknya ijasah yang berhasil diraih. Lalu kalau aku yang bertitel babu dan tidak punya banyak ijasah ini berhasil melompat sedikit lebih tinggi, akankah mereka mempertanyakan ijasahku?

Di tahun 2006-2007 orang ramai ber-friendster, multiply dan blog. Itu seperti juga intelektualitas mereka terhadap dunia maya, teknologi komputerisasi. Sepertinya orang akan terlihat gagah dan pinter kalau sudah punya ketiganya (yang ketiganya juga aku miliki semenjak September 2007). 

Itu pulalah yang mmeotivasi atau menjadi tujuanku membuat blog ini. Ajang narsisku, tempatku menelurkan uneg-uneg yang ada dalam otakku (yang ingin kusimpan selamanya) dan juga merupakan salah satu caraku untuk menunjukkan pada dunia tentang keeksistensianku. Salahkah? Bukankah setiap orang mempunyai keinginan untuk diakui keberadaannya? Terlepas dari status sosial apa dibelakangnya, termasuk babu, misalnya.

Nah, yang menjadi masalah adalah banyaknya pemikiran untuk mengkastakan suatu profesi. Mengotak-kotakannya, melapis-lapiskannya, memberi batas atau sekat yang kentara atas semua jenis profesi, dan tentu saja profesi babu ini berada di tingkatan terbawah, sudra, hina (itupun kalau mereka mengakui babu sebagai profesi).

Seandainya saya berpapasan dengan seseorang dan memanggil saya dengan kata "Babu, apakabar?" atau "Babu, mau kemana?" maka hal itu tidak akan membuat saya down, sedikitpun tidak! Karena seperti yang saya katakan, kalau saya menilai babu sebagai sebuah profesi, profesi yang membutuhkan profesionalitas. Seperti halnya seorang guru yang disapa "Pak Guru, apakabar?" / "Pak Guru, mau kemana?" atau "Jendral apakabar?" / "Jendral, mau kemana?". Guru dan jendral juga merupakan profesi.

Saya bangga karena tidak membiarkan diri saya menjadi peminta-minta di bawah ketiak emak bapak atau orang lain, saya bangga tidak menjadi pegawai yang di gaji buta hanya karena berstatus pekerja dinas. Saya bangga karena saya mampu mempertahankan hidup saya, keluarga saya dengan hasil keringat sendiri. Dan untuk itu saya berterimakasih kepada profesi saya yaitu babu. Dan kalau saya mewujudkan kebanggaan terhadap diri saya dan rasa terima kasih terhadap profesi saya dalam wadah blog ini apakah ini merupakan bukti dari kesombongan saya?

Saya seorang babu yang penuh dengan rasa ingin tahu, karena rasa keingintahuan itulah modal saya untuk berkembang, berpikiran dan berwawasan sedikit lebih maju dari sekedar kain lap dan gagang sapu. Dan apakah salah kalau saya menuangkannya dalam bentuk tulisan, blog? 


Memangnya hanya orang-orang pinter, juragan, dan artis saja yang boleh ngeblog? Memangnya hanya artikel pendidikan dan kesehatan saja yang boleh diposting? Memangnya wadul, umuk, rasan-rasan seorang babu nggak layak ditulis?

So, what's wrong with BABU NGEBLOG? Mengapa mempermasalahkannya?