Galau?

huuhuuhuuuu...

Semangaaaaatttt..!

Love your job and be proud.

Iyes!

Bekerja sambil belajar.

Masih galau lagi?

No! No! No! Be happy laahhh...!

Ayo ngeblog!

Masa kalah sama Babu Ngeblog?

antara HP Warisan dan Mbakyuku yang Pikun

Smsku tak pernah terbalaskan, hampir putus asa rasanya karena sewaktu ditelpon ke rumah, tak ada seorangpun yang mengangkatnya. 2 kakak perempuanku tak bisa dihubungi, sedangkan kakak laki-lakiku tak bisa kudengar suaranya sewaktu tepon tersambung, selalu begitu. Sedangkan hanya tiga nomer itu saja yang kuketahui.

Aku tak tahu harus berbuat apa. Apakah mereka(kakak2ku) menghindariku dan merahasiakan apa yang terjadi di rumah sana? Apakah aku tak berhak untuk mengetahui kabar mereka? Kabar orang tuaku terutama bapakku yang sedang sakit parah itu?

Pikiranku jadi kacau, kapan hari aku bermimpi kehilangan gigi, gigi geraham pula. Bukankah itu kata orang pertanda yang buruk? Walaupun kenyataannya akupun kemudian benar-benar kehilangan gigi geraham kanan atasku(dicabut) karena kebanyakan makan coklat.

Aku jadi membayangkan yang enggak-enggak.

Keadaan ini membuat hatiku tak keruan, ditambah lagi dengan sikap bos yang sedang "kurang sajen" dan seakan-akan ingin menelanku hidup-hidup saja. Aku merasa Hong Kong sedemikian panas dan sesaknya. Dan HP warisan dari simbah (ibunya bos lakiku) yang 2 minggu yang lalu diberikannya padaku itupun menjadi luapan kekesalanku. Ianya kini hampir tak berbentuk, hancur di tangan kecilku yang tak berperike-HP-an.

Dan memang benar kata pepatah, sesal itu datangnya kemudian. Kembali kupunguti pecahan Hp yang yang layar retak disana sini dan penutup  bagian belakang HP tidak bisa lagi di gunakan karena ada bagian yang pecah dan hilang sehingga HP terpaksa di beri dua buah karet gelang dan solasi di bagian layarnya.

Di tengah penyesalan akan kebrutalanklu terhadap Hp yang tak bersalah itu aku tertawa gelak melihat penampilan terakhir dari Hp warisan tersebut.

Kembali aku mendial nomer kakakku yang tercinta.

"Hallo ndhuk," kata mbak Titik, kakakku.

Hatiku rasanya lega teramat legaaa.... Sepertinya ini adalah suara mbak Titik yang termerdu yang pernah kudengar.

"Kok di-sms ga dibales mbak?" sergapku.

"Lha wes tak bales ngono kok. (Lha sudah aku balas kok)," jawabnya enteng.

"Lambemu mbak, wong ora ana sms saka dirimu kok(tidak ada sms darimu kok)," kataku.

"Sik tak delok e(bentar, aku cek dulu),"

Jeda sesaat.

"Oalaaaahhh...tibake tak kirim ning nomermu sing ndisik ya, hehehehe...(Oalaaaahh..rupanya aku kirim ke nomerku yang dulu, hehehehe..)," mbak Titik tertawa.

"wooo...pikun," kataku.

"Lha kok di telpon ga isa (Lha kok di telpon ga bisa kenapa)?" sergapku lagi.

"Nganu ya ga ana sinyal paling wong aku ora ning Cabak (desaku) kok, ning ndukuh kana (itu karena ga ada sinyal soalnya aku lagi di pelosok),"

"Pak e kabare piye mbak(Gimana kabarnya bapak, mbak)?" tanyaku segera.

"Lha kae. Wes mari ya, wingi kae di dongakna wong sak RT nduk. Alhamdulillah dongane mandhi. Pake tak kon tenguk-tenguk ga gelem. Kae wonge saiki lagi resik-resik latar njabuti suket. Jare ben kethok resik nek kowe muleh,...............(Lha itu. Sudah sembuh kok, di doakan oleh orang-orang se RT, Alhamdulillah doanya terkabul. Bapak aku suruh istirahat aja ga mau. Itu sekarang dia lagi mencabuti rumput. Katanya biar kelihatan bersih waktu kamu pulang nanti....) "

..........................

Hatiku legaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa sekali.

Alhamdulillah.

Mengikhlaskan


Kabar itu begitu singkat tersurat dalam satu kalimat yang terdiri dari tiga suku kata: "Nduk, mbahe meninggal". Ianya terkirim via sms pukul 5 pagi hari ini tanggal 11 oktober 2009. Innalillahi wa innalillahi rojiuunn...

Terkenang percakapan dengan beliau saat aku menemuinya sewaktu aku mudik dua bulan yang lalu, nenek menangis seperti anak kecil karena tidak diijinkan untuk menjemputku di bandara.
"Mbakyumu kuwi nakal kok, aku mau isuk wes adus wis salin tapi kok gak oleh melu mapak kowe. Aku pengin weruh kowe mudhun saka montor mabur," katanya sambil sesenggukan. Kami tertawa mendengarnya. Usianya sudah 90 tahun lebih(kami tak tahu usia sesungguhnya) sifatnya menjadi kekanak-kanakan dan manja. Saat itu nenek sedang sakit sehingga mbakku tidak mengijinkannya untuk ikut menjemputku. Innalillahi wa innalillahi rojiuunn...dariNya kembali padaNya, berusaha untuk mengikhlaskan kepergiannya, semoga nenekku di terima di sisiNya. Amiiinn...

Surat Seorang Istri Yang Jadi TKW

Aku menangkap wajah cinta seorang ibu dengan bola matanya yang berbinar indah ketika sabtu kemaren aku menikmati pening kepalaku di pinggiran Victoria Park.(bukan dalam gambar, gambar itu cuma diambil dari web yang ..udah lupa linknya).

"Wis maem durung Le(sudah makan belum Nak?)?" tanyanya pada anaknya lewat hubungan kawat.

Betapa merdu terdengar kata-kata itu. Selama ini aku hanya menjadi pendengar atas pertanyaan itu, belum menjadi penanya(secara aku belum beranak). Aku merinding merasakan dasyatnya pengaruh dari kalimat tanya itu, betapa tulus dan mesranya... Maka kuputuskan menikmati pening sambil menguping obrolan sang ibu.

"Kenapa mbak?" tanyaku lugu setelah selesai percakapannya. Kulihat sang ibu tersebut mengusap sudut matanya.
"Aku kangen anakku," katanya sendu.
"Sing sabar dan tabah mbak," bujukku.

Ya benar, hidup adalah sebuah pilihan. Menjadi TKW juga pilihan, sekalipun itu bukan pilihan yang layak disebut sebagai pilihan. Seseorang memilih menjadi TKW tentunya tidak semudah memilih mau makan dengan sambel trasi atau dengan ayam panggang. Keputusan yang tentu saja membutuhkan renungan yang panjang, pemikiran yang dalam dan pertimbangan yang matang. Seandainya saja hidup ini semudah apa yang pernah didendangkan oleh koesplus...

Surat Seorang Istri Yang Jadi TKW

Mas,
Apakah Ucok sudah minum susu?
Apakah Mas masih main kartu?
dari uang yang kukirim seminggu yang lalu
dari perasan keringat dan airmataku

Mas,
Pernahkah Ucok bertanya padamu
Pernahkah dia berseru
"Dimana emakku, aku rindu!"
Betapa itu lagu termerdu
di sela piluku

Mas,
Kemarin aku bermimpi
Kau kembali menjadi lelaki
dan aku menanak nasi
Kapan mimpi bisa terbukti

Mas,
Aku lelah berjumpalitan
Bertukar peran
Aku ingin kembali
menjadi istri

Mungkinkah mas?