Galau?

huuhuuhuuuu...

Semangaaaaatttt..!

Love your job and be proud.

Iyes!

Bekerja sambil belajar.

Masih galau lagi?

No! No! No! Be happy laahhh...!

Ayo ngeblog!

Masa kalah sama Babu Ngeblog?

Bukan Sekedar Tuntutan Tahunan

Pernahkah Anda berada di bunderan HI atau di depan gedung DPR atau di depan Istana Negara ataupun daerah-daerah kantong lainnya yang menjadi simbol negara pada tanggal 1 Mei? Kalau jawabnya belum, cobalah lihat melalui layar TV Anda. Menakjubkan bukan?

Hanya di satu tanggal yaitu tanggal 1 Mei sepertinya buruh mendadak menjadi sosok terkenal, bahkan boleh di bilang melebihi terkenalnya artis nasional kita. Kemenderitaannya mendadak menjadi sorotan dan kajian terlaris sehari.

Sepertinya apa yang dikatakan oleh John Lennon dalam lagunya yang berjudul Power To The People menjadi kenyataan.

Oh, when your man is working for nothing
You better give 'em what they really own
We got to put you down
When we come into town


Dan banjir manusia meneriakkan tuntutan-tuntutan. Menuntut kesejahteraan, menghentikan penghisapan, menuntaskan penindasan. Walau pemimpin negeri tak pernah hadir, ribuan buruh tetap berada di jalan dikawal ketat oleh bapak-bapak berseragam coklat dan juga pagar kawat berduri. Ya memang, menuntut itu tidak mudah, tapi kalau tidak menuntut kapan ada perubahan?

Sayangnya, perubahan itu hanya terjadi disaat tuntutan masih panas-panasnya. Begitu tuntutan sudah berkurang kadar kepanasannya menjadi hangat atau suam-suam kuku saja, maka kembali lagi pada awal muasalnya. Dan kita harus memulai lagi, menuntut lagi. Demikian seterusnya.

Bukankah yang demikian itu sama halnya dengan merefresh sebuah halaman yang kita kunjungi di website? Sama, tidak ada bedanya.

Kalau begitu kesan yang didapat dari 1 Mei atau yang juga dikenal sebagai Mayday, adalah kegiatan tuntut menuntut itu seperti ceremonial saja, seperti kegiatan perulangan tahunan yang dilakukan oleh rakyat biasa yang dalam hal ini adalah buruh kepada pemerintahan yang hampir beku untuk menerima tuntutan.

Rupanya pemerintahan yang katanya bersifat demokratis itu ternyata belum demokratis sepenuhnya. Kesadaran pemerintah untuk melindungi buruh belum sepenuhnya dijalankan, seperti halnya masih menyumpal sehingga perlu desakan yang kuat untuk mendorong keluar sumpalan tersebut.

Dan desakan yang dimaksud adalah tuntutan-tuntutan yang dilakukan. Sekali lagi, menuntut itu bukanlah hal yang mudah, tapi demi sebuah perubahan janganlah berhenti menuntut.

Tentunya adalah tuntutan yang didasarkan pada kepentingan bersama dan bukan demi kepentingan golongan ataupun pribadi semata. Dan tuntutan yang bukan hanya bersifat sebatas untuk memenuhi kebutuhan perut semata seperti tuntutan kenaikan gaji/kesejahteraan saja tetapi juga lebih kedalaman pada pembenahan kepemerintahan.

Itulah sebabnya pengorganisasian di dalam buruh itu sekarang sedemikian pentingnya. Sehingga buruh tidak sekedar bersuara sendiri, menuntut sendiri, tapi bersama-sama bersuara, bersama-sama menuntut. Karena kalau seorang buruh bersuara sendiri suaranya akan sangat kecil, hampir tak terdengar atau tidak didengarkan.

We(seperti dalam lagu Power To The People-nya John Lennon), yaitu kita/buruh. Dan hanya oleh kita, golongan buruh/pekerja yang bersatu(buruh bersatu) sebagai satu kelas/serikat yang sadar. Dan sebaiknya juga kalau serikat buruh ini di pimpin oleh dan dari kelasnya sendiri, karena hanya pemimpin oleh dan dari kelasnya sendirilah yang lebih mengetahui dan mengerti keinginan sebenarnya dari para buruh.

Sebaiknya pula kalau menuntut ini bukan hanya dilakukan pada tanggal 1 Mei saja, dan bukan sekedar tuntutan tahunan saja tetapi menuntut setiap adanya ketidakberesan yang terjadi.

Semoga kita akan dapat membina sebuah masyarakat sekaligus pemerintahan demokrasi yang benar-benar bebas, adil dan seksama dengan SEGERA! Selamat Hari buruh sedunia!!

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Kutulis untuk buletin jangkar(sebelum di edit).
Buletin Jangkar adalah buletin dari organisasi buruh di Hongkong, Sekarbumi. Bisa dilihat disini.

Adegan Panas

Iya benar, untuk adegan panas sebaiknya ga usah pakai baju saja. Mumpung juga udara panas, bukankah itu mendukung? Itung-itung sebagai upaya ngirit listrik, ga usah nyalain kipas angin apalagi AC. Bukankah hemat sekarang lagi di sarankan?

Apalagi kalau buka baju yang bisa bikin terkenal, seperti artis-artis Indonesia. Kepalanya, badannya langsung bisa masuk tipi. Menjadi terkenal seketika, sayangnya adalah terkenal karena tercemar.Ga percaya? Tanya saja sama artis-artis yang sudah melakoninya.

Payahnya masyarakatnya seperti pepatah jawa bilang "rubuh gedang" .
"Oiyo si Anu kae ayu banget, awak e puuuutiiihhhh muluz, itunya mlenuk-mlenuk, bokongnya kayak wajan tengkurap, biyuh-biyuhhh ckckckckckck..."
Dan kebanyakan orang bilang begitu, setuju begitu. Putihh, ayuu, muluzz, mlenuk....

Terus dan kemudian ketika pak kyai melihat(melihat juga pak kyainya) dan beliau bilang: "Astagfirullah al adzimm... semoga dirimu diampuni dan di beri jalan terang olehNYA."

Dan mendadak dari yang: biyuh-biyuh...,ckckckck...,puutiiihh..., ayuu..., muluzz..., mlenuk..., mendadak menjadi: "Astagfirullah...."
Ajaib sekali ya?

Nah itulah yang saya maksud dengan rubuh gedang, pendirian/pemikiran yang berubah-ubah sesuai dengan pendapat kebanyakan orang di sekitarnya.

Dan taukah dirimu tentang apa yang dilakukan artis yang mendadak terkenal (karena tercemar) itu? Seperti biasanya, pada umumnya, gelar kegiatan sosial segera dilakukan. Nyumbang sana, nyumbang sini, mengunjungi acara sosial sana sini, menjadi anggota majlis taklim, krudungan rapet(tapi ga tau dengan hatinya), bicara selembut tepung yang di ayak 17 kali kemudian umrah.

Hal semacam ini segera menutup pandangan terdahulu dari masyarakat. "Oiya. si Anu kae alim sekarang ya," demikian pendapat masyarakat rubuh gedang ini. Dan, ya...alim(penampakannya).

Bak pisang goreng, larisnya pas panas-panasnya. Dari yang semula laris karena adegan panas sekarangpun si artis ini laris kembali karena adegan sosial keagamaannya. Kemudian segera tawaran seperti ngeMC, sinetron dan lain-lain. Malah kadang sinetron bernuansa religi, walah walah....wolak waliking jaman....
kok ya isa-isane....
adegan panas...oh...adegan panas...

Kartini Kini Kesrimpet Jarik


Dan apalah artinya perayaan Hari Kartini tanpa
mengetahui pemikiran-pemikirannya?

Dari tahun ketahun peringatan Kartini adalah sama. Yaitu wanita memakai kebaya dan jarik sedangkan yang laki-laki memakai blangkon dan beskap atau setidaknya baju batik dengan celana panjang warna gelap. Betapa membosankan, itu menurutku.

Selain dengan ditandainya pakaian adat yang njawani(menujukkan ke-jawa-annya) juga diadakan lomba-lomba seperti peragaan busana, merias, merancang busana, dan lainnya yang intinya adalah menunjukkan kemampuan kewanitaan.

Paduan suara juga kerap kita dengar melantunkan lagu Ibu Kita Kartini karangan WR Supratman. Lagu yang seharusnya ada tiga bait itu terpaksa dipotong hanya satu bait saja untuk dinyanyikan. Alasannya? Mungkin untuk menyingkat waktu atau mungkin karena bait pertama saja yang lebih mengena. Tapi akan ironis sekali kalau dikatakan dengan sejujurnya bahwa mereka(yang menyanyi itu ataupun Anda yang sedang membaca artikel ini) tidak hafal atau bahkan tidak mengetahui akan bait kedua dan ketiga dari lagu tersebut.

Terlebih kalau diadakan pertanyaan massal tentang segala hal yang menyangkut ke-Kartinian, tentang tanggal lahir atau nama bapa/ibunya, tentang pemikiran-pemikiran hebatnya seperti yang terangkum dalam “Door Duisternis Tot Licht” yang disusun oleh JH Abendanon yang kemudian diterjemahkan oleh Balai Pustaka, Armijn Pane yang lebih kita kenal dengan “Habis Gelap Terbitlah Terang. Adakah yang bisa menjawab dengan benar? Atau adakah yang bisa menjawabnya? Buku terkenal itu lho!!?? Ironis, tragis sekali khan? Berarti kekaguman itu atas dasar apa ya??? Lha wong ditanyai tentang itu aja ga bisa jawab. Jarik dan gelungan yang dipakai mereka itu atas dasar apa? Sebagai trend setter sehari mengingat Kartini dulu selalu berkebaya dan berjarik ataukah hanya karena ingin tampil ayu dan medoki(terlihat kefemininannya)atau ini adalah semacam seremonial saja? Wah lha nek kaya gitu, mending saya katakan pada Kartini untuk pake kaos singlet plus rok mini saja. Ups, mungkin cara penilaian saya salah, ya....semoga saja.

Kartini yang katanya simbah saya yaitu mbah Pramudya Ananta Toer(karena sama-sama dari Blora-nya, hehehe...) adalah sosok yang mempunyai pemikiran-pemikiran luhur yaitu mensetarakan kedudukan pria dan wanita ini adalah anak bupati. Dan itu juga yang menjadi ganjalan dihati saya. ANAK BUPATI !! Ya, bukankah kita telah terbiasa dengan melihat siapa yang ngomong bukan apa yang diomongkan. Dan kalau yang ngomong adalah anak bupati, ya tentu saja...sekali lagi anak bupati je!! Bukankah sesiapapun bisa memiliki pemikiran-pemikiran serupa?? Dalam hal ini Rie pribadi lebih cenderung untuk mengagumi Nyai Ontosoroh seperti dalam novelnya mbah Pramudya AT ataupun mbak Eni Kusuma seorang mantan TKW yang berhasil menjadi penulis hebat itu.

Jelasnya bagi saya, dan masih dalam versi saya, perayaan Kartini adalah perayaan kebangkitan wanita, sebagai tonggak atas munculnya pemikiran-pemikiran dan kesadaran untuk mensetarakan dirinya dengan laki-laki. Pemikiran-pemikiran yang menjadi arus besar yang membawa gelombang jaman dengan semangat jaman bukan menoleh pada peradaban beku yang berkebudayaan masa lalu.

Wanita Indonesia yang menjadi pahlawan adalah wanita(siapapun dia) yang bisa membawa bangsanya ataupun sesiapa pada peradaban dunia yang lebih maju bukan dikekang demi sebuah arus kebodohan atau keuntungan politik.

Kepada pahlawan wanita Indonesia saya ucapkan selamat merayakan hari Kebangkitan Wanita!!

after the show

there's nothing sadder
than flowers past their prime
being swept up
and thrown away

yesterday
I was a star
and today
I am trash

(hongkong, after the Flower Show
kalo Rie adalah bunga itu mungkin inilah yang Rie rasakan)