Pernahkah Anda berada di bunderan HI atau di depan gedung DPR atau di depan Istana Negara ataupun daerah-daerah kantong lainnya yang menjadi simbol negara pada tanggal 1 Mei? Kalau jawabnya belum, cobalah lihat melalui layar TV Anda. Menakjubkan bukan?
Hanya di satu tanggal yaitu tanggal 1 Mei sepertinya buruh mendadak menjadi sosok terkenal, bahkan boleh di bilang melebihi terkenalnya artis nasional kita. Kemenderitaannya mendadak menjadi sorotan dan kajian terlaris sehari.
Sepertinya apa yang dikatakan oleh John Lennon dalam lagunya yang berjudul Power To The People menjadi kenyataan.Oh, when your man is working for nothing
You better give 'em what they really own
We got to put you down
When we come into town
Dan banjir manusia meneriakkan tuntutan-tuntutan. Menuntut kesejahteraan, menghentikan penghisapan, menuntaskan penindasan. Walau pemimpin negeri tak pernah hadir, ribuan buruh tetap berada di jalan dikawal ketat oleh bapak-bapak berseragam coklat dan juga pagar kawat berduri. Ya memang, menuntut itu tidak mudah, tapi kalau tidak menuntut kapan ada perubahan?
Sayangnya, perubahan itu hanya terjadi disaat tuntutan masih panas-panasnya. Begitu tuntutan sudah berkurang kadar kepanasannya menjadi hangat atau suam-suam kuku saja, maka kembali lagi pada awal muasalnya. Dan kita harus memulai lagi, menuntut lagi. Demikian seterusnya.
Bukankah yang demikian itu sama halnya dengan merefresh sebuah halaman yang kita kunjungi di website? Sama, tidak ada bedanya.
Kalau begitu kesan yang didapat dari 1 Mei atau yang juga dikenal sebagai Mayday, adalah kegiatan tuntut menuntut itu seperti ceremonial saja, seperti kegiatan perulangan tahunan yang dilakukan oleh rakyat biasa yang dalam hal ini adalah buruh kepada pemerintahan yang hampir beku untuk menerima tuntutan.
Rupanya pemerintahan yang katanya bersifat demokratis itu ternyata belum demokratis sepenuhnya. Kesadaran pemerintah untuk melindungi buruh belum sepenuhnya dijalankan, seperti halnya masih menyumpal sehingga perlu desakan yang kuat untuk mendorong keluar sumpalan tersebut.
Dan desakan yang dimaksud adalah tuntutan-tuntutan yang dilakukan. Sekali lagi, menuntut itu bukanlah hal yang mudah, tapi demi sebuah perubahan janganlah berhenti menuntut.
Tentunya adalah tuntutan yang didasarkan pada kepentingan bersama dan bukan demi kepentingan golongan ataupun pribadi semata. Dan tuntutan yang bukan hanya bersifat sebatas untuk memenuhi kebutuhan perut semata seperti tuntutan kenaikan gaji/kesejahteraan saja tetapi juga lebih kedalaman pada pembenahan kepemerintahan.
Itulah sebabnya pengorganisasian di dalam buruh itu sekarang sedemikian pentingnya. Sehingga buruh tidak sekedar bersuara sendiri, menuntut sendiri, tapi bersama-sama bersuara, bersama-sama menuntut. Karena kalau seorang buruh bersuara sendiri suaranya akan sangat kecil, hampir tak terdengar atau tidak didengarkan.
We(seperti dalam lagu Power To The People-nya John Lennon), yaitu kita/buruh. Dan hanya oleh kita, golongan buruh/pekerja yang bersatu(buruh bersatu) sebagai satu kelas/serikat yang sadar. Dan sebaiknya juga kalau serikat buruh ini di pimpin oleh dan dari kelasnya sendiri, karena hanya pemimpin oleh dan dari kelasnya sendirilah yang lebih mengetahui dan mengerti keinginan sebenarnya dari para buruh.
Sebaiknya pula kalau menuntut ini bukan hanya dilakukan pada tanggal 1 Mei saja, dan bukan sekedar tuntutan tahunan saja tetapi menuntut setiap adanya ketidakberesan yang terjadi.
Semoga kita akan dapat membina sebuah masyarakat sekaligus pemerintahan demokrasi yang benar-benar bebas, adil dan seksama dengan SEGERA! Selamat Hari buruh sedunia!!
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Kutulis untuk buletin jangkar(sebelum di edit).
Buletin Jangkar adalah buletin dari organisasi buruh di Hongkong, Sekarbumi. Bisa dilihat disini.
selamat hari buruh, mohon maaf lahir dan bathin
BalasHapusyak sesma buruh mari saling memaapkan, wakakakakkak...
BalasHapusBukan sekedar tuntutan tahunan atau silahturahmi setahun sekali ya...
BalasHapusTetapi memang harus slalu di ingatkan tuh pemerintah, meskipun sekali setahun.
sepertinya lebih sering lebih baik, hehehe...
BalasHapusPercuma kita demo dan teriak2 ampek kita nggak punyak suara, gak bakal di dengerin oleh orang yang duduk di atas meja DPR??? kita semua pasti dianggap anjing yang menggogong??? kekekekke
BalasHapuswah emang dirimu mau dianggep anjing, weekss. aq ga mau lho, hehehe...
BalasHapussaya juga nulis ttg hari buruh beberapa hari yang lalu.
BalasHapusMaap, mbak Rie. Blog saya yang ini kena hack. Saya gak bisa login kesana. Sekarang pindah di
antownholic.blogspot.com
>> Antown, oooww gitu ya? PAntes aja gambare serem gituh. Tak ganti deh blogrollq. Thanks yak!
BalasHapusMbak rie-rie...benarkah anda hanya seorang pembanturumah yg bekerja di Hongkong..saya tidak percaya sama sekali...saya sudah membaca hampir 15 postingan mu...dari sini saya yakin anda bukan seorang pembantu rumah tangga.....Anda hanya mengetengahkan kisah PRT di Hongkong dan berbagai cerita lainnya. Bila saya amati jalinan cerita ,cara penulisan, susunan kata dan ayat dari berbagai topik yg anda tulis..akhirnya saya pasti anda bukan seorang PRT. Mengapa ?.. Mengapa anda harus bersembunyi dibalik label PRT, mengapa anda tidak mengetengahkan siapa diri anda yg sebenarnya.
BalasHapusSalam dari Malaysia.
@havez, terimakasih sudah singgah di blog saya dan membaca beberapa postingan. Ya saya mau bilang apa kalau Anda sudah tidak percaya duluan...dan bahwa teman-teman ngeblog saya tahu kalau saya adalah pembantu alias babu bin TKW di Hong Kong, ya udah gitu saja. Mengapa pula tidak percaya seorang babu bisa berbuat sesuatu yang beda? Yang bukan melulu kain pel dan gagang sapu, seperti mempunyai blog dan menulis, misalnya.
BalasHapusSaya lho belum seberapa bila dibandingkan dengan yang lain. ada yang jadi kontributor majalah/koran (saya sendiri juga pernah sih) ada yang nyambi jadi novelis, cerpenis atau penyair. Coba browsing lagi, pasti ketemu.