Dia hanya berbobot 39 kilogram, dengan tinggi badan 158 cm, bayangkan! Wajahnya pucat, mengingatkanku akan
Edward di film
Twilight, film
vampire falling in love yang sukses itu. Tulang-tulang tubuhnya yang panjang tampak menonjol dengan kentara. Tulang pipi dan dahinya semakin jelas sedang matanya cekung dan berlingkar hitam. Namun senyum itu masih samar terlihat di bibirnya yang kering pecah-pecah, sewaktu bertemu denganku minggu 20 September 2009.
Biasa kupanggil dia Cus, 31 th berasal dari Kebumen, Jawa Tengah. Seperti halnya aku dan dua orang temanku yang menjumpainya hari itu Cus adalah TKW-Hongkong. Aku mengenalnya 5 tahun yang lalu sewaktu masih di Indonesia.
Benar, manusia membawa nasib sendiri-sendiri di bahunya, ketika aku masih setia pada satu majikan selama 4 tahun ini maka tidak demikian yang terjadi pada Cus, dia telah ganti 3 majikan. Kontrak pertamanya berhasil diselesaikannya dengan susah payah, kemudian di terminit(di PHK) setelah 3 bulan kerja di kontrak keduanya selanjutnya dia memutuskan kontrak pada majikan ketiganya setelah tak lagi mampu menerima siksa bathin dari majikannya.
Bertempat di daerah Leon Court, Wong Nai Chung Gap Road dimana rumah seluas 2.200 sq ft dengan sepasang nyonya-tuan dan anak perempuannya tinggal di situlah Cus mengalami tekanan bathin.
Sering Cus mengeluhkan padaku tentang gajinya yang di bayar telat, tentang liburnya yang tak teratur, tentang kerjanya hingga pukul 1 malam, tentang HP dan buku-bukunya yang di sita, tentang makanannya yang tak sehat(tidak segar karena makanan sekali masak untuk satu minggu), juga tentang bosnya yang terkadang mempraktekan jurus tampar muka kepadanya juga aji-aji marah bin misuh-misuh. Singkat kata semakin lama bekerja dengan nyonya-tuan yang luar biasa tersebut Cus mengalami depresi.
Ada lagi satu hal yang menakjubkan sekali yang di lakukan oleh sepasang nyonya-tuan bermobil 2 tersebut kepada Cus, mereka memberhentikan jatah makan Cus ketika Cus menyampaikan bahwa dia tidak makan babi. Praktis Cus harus rela mengeluarkan dolar demi dolarnya di setiap liburnya untuk membeli stok makanan. Lha wong tenagane di peres kok wetenge babune ora di urus, menakjubkan sekali!
Terhitung sejak 12 Agustus 2009 Cus menyerahkan one month notice(surat peringatan pengunduran kerja sebulan sebelum dia keluar dari pekerjaannya) dan sejak saat itu seharusnya Cus hanya oleh tinggal di rumah majikan tersebut hingga 12 September 2009(seharusnya kontrak kerja berakhir tgl 12 sept, untuk kemudian Cus masih boleh tinggal di HK selama 14 hari lagi setelah kontrak kerja berakhir). Namun entah karena sang bos masih mempunyai rasa sedikit cinta kepada Cus atau entah karena apa kepulangannya diundur. Sedang jatah tinggal 14 harinya setelah selesai masa kontrak di tiadakan oleh sang nyonya-tuan karena nyonya-tuan kemudian membelikan tiket kepada Cus dengan waktu yang mepet.
Kepada Agensi di mana Cus disalurkan sang nyonya mengatakan bahwa dia telah membelikan tiket jurusan Hongkong-Surabaya untuk Cus pada tanggal 20 September 2009. Aneh bukan? Cus yang tinggal di Kebumen/jawa tengah tetapi tiket pesawatnya jurusan Surabaya. Lebih anehnya lagi adalah tiket tersebut tidak diserahkan kepada Cus dengan alasan sang nyonya membeli tiket dengan menggunakan passpor Cus jadi nyonya bilang tidak usah menunjukkan tiket tidak apa-apa cukup dengan menunjukkan passpor.
Pukul 11.40 pada September 2009 kami(aku, Cus dan 2 orang kawanku yang lain) berangkat menuju Hongkong International Airport dengan canda tawa tanpa mengetahui bahwa kegemparan akan kami dapati di Airport. Cus pun terlihat bahagia bisa terlepas dari tekanan bathinnya dan akan segera bertemu dengan keluarga pada lebaran kedua.
Antrian yang puanjaaang berlipat-lipat panjangnya dari hari biasa(selamat kepada Garuda IA), menguji kesabaran kami hingga perutpun berdendang lagu kelaparan sedang pantat tak habis-habisnya mengeluarkan bau yang tak enak, ya benar, kentut. Beruntung ada mbak-mbak yang jualan nasi bungkus dan jajanan di airport. Tapi karena tinggal dua bungkus saja maka kami berempat layaknya bebek kelaparan saling sosor satu sama lain dengan tak lepasnya pula ketawa dan grememengan juga cekikikan(tipikal Rie Rie cs).
Waktupun tiba ketika sang petugas melambaikan tangannya kepada kami dengan senyum termenawannya dan kebetulan dia adalah petugas yang paling tampan di antara deretan petugas-petugas yang lain, namanya lupa karena kemudian pembicaraan kami mendadak menjadi serius.
Sang petugas meminta E-Ticket(Electronic Ticket=tiket pesawat) dan Cus hanya mampu memberikan passpor saja. Ketika sang petugas menyatakan bahwa tak ada tiket dengan nama Cus di hari itu kami seperti tersengat listrik bertegangan 400 volt, kok bisa??!! Aku meminta sang petugas untuk cross check, mengechek dari minggu sebelumnya hingga hari itu(tgl 20 sept) juga hari-hari setelah hari itu(setelah tgl 20 sept) selama 15 menit kami berada di depan konter dengan perasaan dag dig dug, bahkan sang petugas hingga mengecek di kelas executive. Kemudian di dapati bahwa pada tanggal 21 September(senin) ada penerbangan ke jurusan Surabaya dengan nama Cus, namun petugas tak berani memberikan ticket itu kepada kami dan menyuruh kami pulang mengambil tiket. Cus pucat pasi, airmatanya hampir jatuh.
Kemudian seorang petugas lagi datang menghampiri kami, ku jelaskan semua bahwa kami tidak mempunyai tiket karena sang bos tak mau memberikan tiketnya kepada Cus. Perdebatan antara aku dan dua orang petugas di airportpun tak terelakkan, setengah jam aku berargumen bersama mereka, hingga sebuah keputusan pun di dapat aku harus membayar 160 dolar untuk memajukan penerbangan dari tgl 21 menjadi tanggal 20 sept, aku sepakat tetapi rupanya Cus tak beruntung. Kepala petugas datang dan menekantegaskan bahwa setidaknya kami harus memberitahu nomer tiket saja untuk mendapatkan penerbangan hari itu. Cus menghubungi majikannya dan dengan suara rendah memohon kepada sang nyonya untuk memberitahukan nomer tiketnya tapi sang nyonya tidak memberitahukan dengan berasan dia sedang ada di kantor, bahh!! Hari minggu di kantor?? Alasan yang tak masuk akal.
Kami beranjak dari Hongkong International Airport dengan perasaan kacau dan geram, bukan geram kepada sang petugas melainkan pada sang nyonya bos.
Lagi Cus menelpon nyonya dan lagi sang nyonya mengelak dengan menggantung kami untuk menunggu telpon darinya. Waktu akhirnya datang pada acara perpisahan dengan 2 orang sahabatku yang lain, hanya aku dan Cus yang kemudian nantinya berhadapan dengan sang nyonya-tuan.
Menunggu adalah hal yang teramat tak kusukai terlebih karena yang di tunggu adalah sebangsa manusia yang menganggap babu adalah budak belian sedangkan dia sendiri menganggap dirinya sebagai gusti yang makan babi.
Jam 10.35pm ketika sedan mulus itu memasuki arena parkir dan sang pemilik sedan nyonya-majikan melihat kami maka tak pelak sumpah serapah yang kemudian kami dengar. Dalam hatiku, kalau dia ikut casting film Mak Lampir bersama Farida Pasha tentu saja dia yang akan terpilih melakonkan Mak Lampir dan film Mak Lampir kemudian akan menjadi box office di seluruh dunia.
Dari bicara secara halus kepadanya seperti kita mengemis padanya agar memberikan tiket atau setidaknya memberitahukan nomer tiketpun tak di hindahkannya, merekapun menyuruh satpam untuk mengusir kami, hanya satu yang bisa aku teriakkan,"Yuko lei em pei goi keibiu wakce keibiu number leh, goi tim fan ogei cek? Yuko goi dingyat emfan ogei leh, ngo tei wui hoi Labour, liko hai lei ke fucak(Kalau kamu tak memberinya tiket atau setidaknya nomer tiket itu, bagaimana dia bisa pulang? KAlau dia besok tidak pulang, kita bakal lapor ke Labour/departemen tenaga kerja, kepulangannya adalah tanggung jawabmu). Aku bergetar dalam kemarahanku, pengin rasanya aku meludahi wajahnya atau melemparinya dengan sepatuku.
Kami hampir saja bertolak ketika satpam berujar pada kami bahwa ini bukan pertama kalinya dia berbuat seperti itu kepada babu-babunya terdahulu dan kemudian telepon satpam berdering, sang nyonya berteriak-teriak dalam telpon menyebutkan nomer tiket Cus. Kami pulang ke tempat masing-masing dengan doa dan harapan semoga nomer tiket yang di berikannya itu benar dan semoga besok pemeriksaan di Airport tak ada kendala juga perjalanan pulang Cus lancar. Semalaman aku tak bisa tidur demikian pula Cus. Berharap dan cemas akan apa yang akan terjadi esok harinya...
Senin 21 Oktober 2009, Cus kembali ke Airport sedangkan aku tak bisa lagi mengantarnya karena aku harus bekerja. Dua sms Cus kuterima, pertama saat dia akan berangkat ke airport dan kedua sesampainya dia di airport, kusarankan padanya untuk datang pagi-pagi agar bisa antri paling depan. Jam 10.30 HP ku berdering lagi, terdengar suara Cus kebingungan.
"SLI(nama panggilanku), bosku nelpon aku, dia nyuruh aku, maksa-maksa, aku di suruh ambil tiket," katanya
"Cisiinnn(Gila)," jawabku kaget.
"Aku sudah bilang kalau aku di bandara, tapi dia bentak-bentak gak percaya," tambahnya pula.
"Kamu ga ada waktu buat bolak-balik Cus. Telpon agensimu, bilang sama agen tentang apa yang terjadi kemarin dan gimana perlakuan dia pada kita kemaren. Bilang sama agensi kalau kita sudah pergi kerumahnya dan diapun ga mau ngasih tiketnya, seharusnya agensimu berada di pihakmu, wong kamu ga salah kok," kataku.
Lima menit kemudian aku mendapat sms lagi dari Cus, "Agen bilang jgn pedulikan dia. Kalo hari ni aq ga bs plg, kita lapor Labour. titik."
Aku lega, berarti agen ada di pihak kami. Kusarankan pula kepada Cus agar tak menerima telpon dari sang nynya lagi.
Sang nyonya-tuan rupanya ketakutan, karena telponnya tak di angkat dan juga tak percaya kalau Cus sudah berada di Airport. Mereka pergi ke tempat penginapan Cus untuk mencari tahu tentang Cus. Hal ini di ceritakan teman Cus kepada Cus yang kemudian membuat kami tertawa, rasain!
Akhirnya Cus berhasil check in. Lolos di pengecekan kedua dan berhasil menemukan pintu/gate ke pesawatnya. Kemudian menumpang seorang kawan yang membawanya ke terminal Bungurasih untuk naik bis ke Yogjakarta. Dan tiba di rumahnya pada Selasa jam 9.30 malam.
Cus....We'll miss U, selamat bertemu kembali dengan keluargamu, berjuanglah di sana jangan kembali ke Hongkong, kamipun akan segera pulang...jangan lupakan kami yah....
sholat Id tgl 20 sept'09 di Lapangan Victoria-Hongkong, dua buah lapangan sepakbola penuh TKW!!