Kawans, ini adalah cerita tentang perusahaan Abang Ijo dan perusahaan Abang Putih, cobalah simak hingga akhir cerita....
Bapak Lesmana adalah pemimpin dari perusahaan Abang Ijo. Dan seperti halnya Raden Lesmana dalam tokoh pewayangan, bapak Lesmana ini seorang pemimpin yang gagah, tampan tapi peragu dan sedikit tolol.
Suatu hari, perusahaan Abang Ijo mengikuti sebuah tender besar. Dalam tender itu dibutuhkan kecepatan dan ketepatan pimpinan perusahaan untuk membuat keputusan.
Bapak Lesmana dengan kepercayaan diri yang meluap-luap berkata, “Aku berjanji, perusahaan Abang Ijo pasti memenangkan tender ini!” Perkataan tersebut tentu saja membuat pegawai perusahaan berbangga hati mempunyai pimpinan yang optimis dan berjanji setinggi gunung.
Kemudian masalah timbul ketika sampai pada pembuatan keputusan. Bapak Lesmana terlalu bijaksana. Beliau menimbang-nimbang beberapa hal dan menerapkan ilmu matematika dalam menghitung untung rugi. Itu dilakukannya berulang-ulang. Kebijaksanaan yang berlebihan yang diterapkan oleh bapak Lesmana ini menjadikannya seorang pemimpin yang peragu, ragu dalam membuat keputusan. Karena ragu membuat keputusan, tender besarpun gagal di dapat dan pegawai perusahaan kecewa terhadap pimpinannya.
Payahnya kejadian seperti ini tidak menjadikan bapak Lesmana menyadari kesalahan dan berbenah diri. Perusahaan Abang Ijo pun gagal mendapatkan tender-tender selanjutnya karena pak Lesmana hanya mampu berjanji tapi tak mampu membuat keputusan. Tidak ada tanda bahwa pak Lesmana mempunyai itikad baik untuk memenuhi janjinya dan memberikan bukti bahwa beliau adalah pemimpin yang mumpuni.
Pegawai-pegawainyanya geram dan mengadakan mogok kerja. Perusahaan menjadi makin terpuruk dan hampir dinyatakan bangkrut. Nah saat itu barulah bapak Lesmana sadar akan kesalahannya dan segera merubah diri dan strategi
Sekarang, ketika perusahaaan Lesmana mengikuti tender atau tawaran kerjasama, bapak Lesmana berpikir cepat, bertindak cepat dan membuat keputusan secara cepat dan tepat pula. Akhirnya perusahaan Lesmana mendapatkan prestise sekaligus prestasi yang luar biasa. Dan bapak Lesmana kini menjadi seorang pemimpin yang disegani sekaligus disayangi oleh pegawai-pegawainya.
……….
Ada banyak cerita serupa yang berisikan tentang nilai hidup seseorang yang berada dalam timbangan baik atau buruk, pahlawan atau pengecut, lakon atau bandit. Kesemuanya mengerucut ke satu sistem tatanan nilai yang hampir sama, bahwa kesetimbangan atas nilai baik dan buruk itu dipertanggungjawabkan pada hasil akhir sebuah proses.
Beruntung bagi bapak Lesmana yang mendapat teguran dari pegawainya lewat pemogokan yang kemudian menjadikannya mengakui kesalahannya dan berbenah diri, Pegawainya pun mengampuni kesalahannya, bahwa salah itu tak mengapa yang terpenting mengakui kesalahan dan jangan melakukan kesalahan yang serupa lagi.
Lepas dari kultur ketimuran atau pola pikir ketimuran, masyarakat manapun, termasuk Indonesia dan Buruh Migran Indonesia-Hong Kong (BMI-HK) pada khususnya, tentu mempunyai pemikiran yang sama. Bahwa kita menghargai sebuah proses sekaligus hasil akhir.
Seperti halnya BMI-HK menunggu sebuah proses dan progress dari pemerintah Indonesia untuk membuat kebijaksanaan dan perlindungan bagi buruh migran pada umumnya dan BMI-HK pada khususnya, namun hingga kini kebijaksanaan dan perlindungan itu masih sebatas janji. Padahal, perlindungan dan kebijaksanaan pemerintah terhadap BMI adalah happy ending dan romantisme dari kisah cinta warga negara (BMI = warga negara) dan pemerintahnya.
Banyak hal yang bisa dilihat dari ketidakromantisan pemerintah. Seperti terminal IV khusus Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang di maksudkan untuk melindungi dan memberikan kenyamanan pada TKI yang baru pulang, ternyata tak lebih dari sebuah gedung megah tempat mangkal para kriminal yang berseragam. Terminal IV itu “rencananya” akan ditutup, namun catat kawan, itu baru “rencana”, entah akan diwujudkan atau tidak tergantung dari pemerintah yang katanya masih berpikir tentang opsi lain yang lebih baik.
Pelanggaran hak asasi manusia pada buruh migran seperti gaji di bawah standar, pelecehan seksual, kekerasan, potongan agen yang mencekik, penahanan paspor adalah momok bagi BMI, yang puluhan tahun sudah berjalan tanpa perbaikan yang berarti.
Konvensi PBB tahun 1990 tentang perlindungan buruh migran yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2004, sampai saat inipun belum diratifikasi padahal jelas ratifikasi konvensi buruh migran ini sangat diperlukan sebagai dasar dari pembentukan kebijakan bagi buruh migran. Pemerintah malah menyerukan dakwahnya dengan mengajak para BMI untuk bersabar. “Tunggu sampai pemerintah siap, sabar ya,” kata Muhaimin Iskandar, Menteri Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi (menakestran) pada dialog yang diadakan di aula gedung Konsulat Jenderal Republik Indonesia-Hong Kong (KJRI-HK) lantai 20, Minggu (27 des ’09).
Meskipun desakan-desakan kepada KJRI untuk meningkatkan pelayanan secara maksimal dan memberikan perlindungan terhadap BMI juga desakan-desakan kepada pemerintah Indonesia untuk meratifikasi konvensi PBB tahun 1990 sekaligus membuat kebijakan baru dan perlindungan utuh sebagai kewajiban dari pemerintah kepada warganya telah dilakukan berulang kali, namun baik KJRI-HK maupun pemerintah masih adem ayem menyaksikan telenovela dari serial drama duka BMI. Pun beberapa dialog yang sempat digelar bersama KJRI dan menakestran, tak lebih hanya sebuah ajang silaturahim yang dipaksakan.
Kesemua itu menunjukkan timbangan kebaikan pemerintah Indonesia yang jauh dari harapan. Ibaratnya janji sudah setinggi gunung, namun bukti baru sebatas mata kaki (antagonisme antara janji dan bukti). Wah rupanya dari tahun ajaran lama (pemerintahan lama) hinggga beberapa kali ganti tahun ajaran (ganti kepemerintahan/pemimpn), tetap saja menggunakan kurikulum (janji) yang sama ya?
Ah, seandainya pemerintah bisa searif bapak Lesmana yang menyadari kesalahannya kemudian memperbaiki diri dengan membuat keputusan secara cepat dan tepat, tentu antagonisme antara janji dan bukti ini tak akan pernah terjadi. Hubungan BMI dan pemerintah/KJRI pun akan mesra lagi, romantis lagi dan sejalan hati.
Apakah mustahil adanya happy ending dari kisah cinta antara BMI dan pemerintah?
Kapitalisme: musuh bersama yang harus segera diusir jauh-jauh dari republik ini. Itu solusinya.
BalasHapusganyang kapitalisme..... sepakat ma Ivan..... Lanjutkan Perjuangan...!!
BalasHapusMembaca blog mba rie rie,ak seperti sedang membaca harian ibukota bertiras ratusan ribu eksplr/hr.Pilihan katanya mudah dicerna tp berbobot.Bagi saya yang masih awam asam garam khdpan,saya selalu yakin proses yang baik akan menghslkan hasil yang baik pula.Saya memang cenderung menikmati proses...hehe
BalasHapusterlalu rumit untuk otak saya yg seuprit ini, mbk. tetap berjuang dan sabar, ya. cz good things come to whom who wait...
BalasHapusRealisasinya, sumpe! suseh setengah mati mbak. :D Nih, saya korban terminal 3 mbak, dulu kena tujuh ratus rebu hahaha, ditambah, naik taksi bandara, jadi sembilan ratus rebu dah.. kagak ape2, kalau pulang, bersikpalha dermawan hihihi...
BalasHapusyup realisasi di lapangan itu yang susah.. perlu di awasi kali yaa..
BalasHapussoalnya udah kebiasaan sih sulit dihapuskan
Mungkin perlu dipikirkan untuk membuat kementrian khusus BMI. Agar proses pemerahan sapi nya bisa lebih fokus dan terarah dan premanisme aparatnya bisa lebih profesional. Kecuali ada gerakan seratus juta pesbuker untuk mendukung ririe jadi mentrinya, aku yakin babungeblog akan tenggelam dan yang eksis adalah mentringeblog.
BalasHapusTulisanmu lho rie, yang bikin aku jatuh cinta dan tak bisa berkata apa-apa...
satu kesalahan yang sering diulang adalah kita tidak mudah mengakui kesalahan kita, dan parahnya hal serupa kembali terulang....
BalasHapusMungkin gengsinya lebih besar daripada keinginan mengakui kesalahan.
BalasHapusSalam kenal mbak. Aku dari blognya mbak Anaz.
ceritany cukup unik
BalasHapusWah, tulisannya keren...
BalasHapusSalam kenal ya, Mbak...
perasaan aku ki ya wis komentar nang tulisan iki lhoooo.... posting nangendi yaa...?
BalasHapuskok diumpetke meneh taaa..! simbok sentimennnttt....
moco tulisan mbak rere aku kok maleh eling presidenku saiki yo...
BalasHapusmudah2an bapak lesmana sgr sadar ya mbak...
BalasHapusmudah2an negri kita gak jd bangkrut ya mbak..
mudah2an makin banyak BMI yg bs bermetamorfosis jad kupu2 yg cantik spt mbak rie..
tenan..aku iri lho..dengki..kok ya susah nulis bagus koyo pnjenengan..ihiks...btw lam kenal dari jeddah..