Ini bulan puasa ya? Saya sudah ngingetin diri berkali-kali, ga harus
nunggu puasa untuk bersabar. Hal ini (sabar) adalah makanan setiap hari.
Namun walau itu sudah makanan pokok dari manusia sejenis saya (babu
ndableg) toh saya belum berhasil menyikapinya dengan seharusnya. Selain
dengan kecuekan dan kendablegan yang kian hari kian menebal. Sebodo!
Seperti halnya sore ini. Perkumpulan pegawai BCA (baca=Babu Cina Asing) di indoor playground
(tempat bermain di dalam ruangan) di daerah Happy Valley yang terletak
tak jauh dari rumah bos saya itu penuh dengan pembantu teladan
(teladan=telat mangan edyaan). Sebagian besar berpakaian rapi dengan
rambut rapi dan menggunakan bahasa Tagalog (bahasa daerah dari
Filipina). Ya iyalah, karena mereka adalah pegawai BCA yang berasal dari
Filipina.
Tapi ampuuunn...ada tiga orang yang berwajah
acak-acakan (yang ini neh wajah-wajah Indonesia). Salah satu dari tiga
orang tersebut adalah yang terparah. Dia mengenakan kaos oblong
bergambar tokoh wayang Rama dan Shinta, celana pendek dan sandal jepit
yang kebesaran. Rambutnya acak-acakan dan asal dibundel dengan karet
gelang warna biru. Dia terlihat ndesoni banget. Namanya Rie Rie. LHO???
KOK???
Oeeiii...saya tau kalian kecewa karena ternyata Rie Rie ga
cuma kelakuannya yang super menjengkelkan tapi juga dandanannya.
Makanya saya menyarankan bagi yang lagi nyidam atau bagi yang punya bini
hamil muda sebaiknya nyebut "jabang bayi" tujuh kali dan berdoa semoga
anaknya persis plek seperti saya. Ha?
Saya tahu, khan ada pepatah
"Don't look at the book by it's cover" gitu khan? Tapi kayaknya banyak
yang belum tahu. Khususnya pegawai BCA yang bergerombol nungguin
momongannya sambil ngobrol-ngobrol dengan sesama bangsanya itu.
Sungguh
kawan, saya tahu juga tahu bahwa ini adalah diskriminasi saat mereka
tuh melihat saya dengan pandangan gimanaa...gitu. Boro-boro mau nyapa,
senyum aja kagak, bahkan menghindar sambil bisik-bisik.
Trus terjadilah bencana itu.
Sebenarnya bukan bencana seh.
Eh termasuk bencana ding.
ah masa iya seh?
iya bukan ya?
Eh iya bener. Kayaknya bener-bener masuk kategori bencana deh.
Begini...
Ada banyak anak bermain di dalam indoor playground
tersebut, masing-masing dari anak tersebut tentunya diikuti oleh
seorang "cece" (pengasuhnya). Seorang bocah berumur kira-kira 4 tahun
sedang bermain dengan beberapa bola dan Katelyn (momongan saya)
mengambil salah satu dari bola itu dan berlalu. Si bocah menangis,
sedetik kemudian si cece yang sebelumnya asyik cekikikan entah dengan
siapa lewat ponselnya, dia kemudian datang bertanya kepada si bocah.
"What happen?" tanya si Cece.
"My ball...huwaaa ...hiks...," kata si bocah sambil menangis dan menunjuk kearah Katelyn.
Cece kemudian bergegas menuju Katelyn, aku mengikutinya.
"I'm
sorry," kataku padanya. Di luar dugaanku dia mencekal tangan Katelyn
dan mengambil bola dari tangan Katelyn dan kemudian...PLAKK!" Cece
memukul tangan Katelyn. Aku kaget, Katelyn tak kalah kagetnya kemudian
berlari memelukku dan hampir menangis.
"Why? Why did you do that to her?" tanyaku dengan penuh keheranan.
"Do you know why? Cos she took away the ball, she didn't ask any permission from Daniel (nama si Bocah itu)."
"So what's the difference? Apa bedanya? Kamu mengambil bola itu darinya tanpa permisi juga kok!" bentakku.
"You see," tangannya menunjuk padaku.
"Your girl took away the ball, Daniel is so upset. He cried!" katanya.
"Excuse
me, there are so many balls and they are not his. I don't think that is
necessary to ask anyone permission. By the way, if you think what
Katelyn has been doing is wrong, I'm sorry, but I think you should talk
nicely to her. She is only a kid, you know. I am taking care of her for
5 years and I never hit her with wrong reason like you. Then who do you
think you are?!" bentakku.
"You stupid daughter of bicth! He is
playing with the balls, and she took it away. She is wrong and you
defend her?" katanya dengan nada meninggi.
"Oh I'm sorry. But still, I
think you should not hit her but talk to her. Kenapa harus pakek mukul?
Saya yakin Katelyn akan merasa bersalah kalau diajak ngomong
baik-baik," kataku. Give back the ball to Daniel, Katelyn. And say sorry
to him," perintahku pada Katelyn yang kemudian segera dilakukannya.
"You Indonesian idiot!" tangannya menudingku.
"Oh please! Jangan bawa-bawa nama negara saya. There is no relationship! Ga ada hubungannya!"
"So what? It's true, the typical of you, cannot think well. And you cannot teach her manner!" katanya sinis.
"Talking
about manner if yourself have none. So do you think you are greater
than me, huh? Just see, if you take care of that boy in that way for
another year, I can guanrantee you that he will be a rascal!" bentakku
lagi.
"HA!! What a nonsense!"
"Hei...hei...hei...! Kalian di sini ngapain? Mo hai lito takau a. Jangan berantem disini!" kata penjaga playground melerai kami.
"Emhai
takau a Ayi. Bukan berantem kok. Tanhai goi canhai so so tei. Tapi dia
itu semprul," kataku sambil berlalu dan menarik tangan Katelyn pergi
dari tempat itu.
Di rumah, Katelyn menghadap naughty wall
, berdiri tegak menghadap dinding karena kesalahannya. Tapi jauh di
dalam hati ini berkata bahwa Katelyn tidak bersalah. Dia hanya mengambil
satu bola dari sekian banyak bola yang ada, saya rasa dia tidak
bermaksud merebutnya...tapi....
****
Merawat dan
melindungi anak mempunyai cara yang berbeda-beda, tapi seyogyanya kalau
itu dibarengi dengan tanggung jawab moral terhadap anak tersebut. Dan
kemudian melepaskannya untuk bersosialisasi dengan yang lain.
Membiarkannya bermain sendiri berakibat fatal pada perkembangan
emosinya. Egois, cengeng, pemalu...saya sungguh tak ingin momongan saya
atau bahkan anak saya nanti mempunyai sifat itu.
repost dari Multiply
0 comments :
Posting Komentar
Matur suwun wis gelem melu umuk...