Kurang lebih 1500 massa mengepung Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Hong Kong pada Minggu (25/3) pukul 14.00-17.00 PM. Massa yang notabene adalah Buruh Migran indonesia (BMI/TKW) menyatakan kekecewaannya sehubungan dengan kegagalan SBY untuk menyediakan lapangan kerja bagi rakyatnya dan isu terakhir tentang rencana akan dinaikkannya harga BBM.
"Hakikat dari pengiriman buruh migran besar-besaran ke luar negeri adalah karena pemerintah gagal menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi rakyatnya. Jadi rakyat terpaksa harus bermigrasi untuk mencari pekerjaan," kata Eni Lestari, ketua International Migrant Alliance dalam orasinya.
"Dan sekarang ditambah lagi dengan akan dinaikkannya harga BBM yang tentunya akan berimbas pada BMI," tambah Eni.
Menurut wanita asal Jawa Timur ini, meningkatnya harga BBM akan mengakibatkan meningkatnya harga-harga lainnya sehingga mengakibatkan keluarga di indonesia akan meminta pengiriman uang lebih banyak lagi dari biasanya, sedang gaji BMI di Hong Kong masih tetap.
Demo yang mengambil saat yang tepat, yaitu saat SBY berkunjung ke Hong Kong ini merupakan serangkaian acara penyambutan kedatangan SBY ke Hong Kong. Sehari sebelumnya SBY telah didemo di lain tempat. Bahkan pada hari ini (25/3) demo diadakan dua kali di tempat yang berbeda. Demo pertama diadakan di depan Shangri La Hotel di mana SBY beserta rombongannya menginap.
BMI yang tergabung dalam aksi demo di depan gedung KJRI kali itu sepakat bahwa SBY tidak berpihak kepada rakyat apalagi buruh migran. Kedatangannya ke Hong Kong inipun dinilai hanya setakat kunjungan untuk membicarakan bisnis untuk meningkatkan pemasokan buruh migran ke Hong Kong tanpa menyinggung tentang perlindungan sejati bagi buruh migran, apalagi SBY menolak duduk bersama untuk berdialog dengan perwakilan BMI untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Intinya, SBY dinilai tidak mau mendengarkan keluhan BMI yang sebenarnya.
"Tolak kenaikan BBM dan wujudkan perlindungan sejati terhadap buruh migran," kata salah satu orator yang disambut dengan gemuruh tampik yel-yel anti SBY.
Seperti demo-demo yang lain, tak satupun pihak KJRI yang menjumpai para pendemonstran di saat demo sedang berjalan. Namun uniknya, saat demo bubar tampak beberapa staf KJRI keluar untuk mengambil gambar.
Kendati aksi diikuti oleh banyak massa, namun hanya kurang lebih 20 polisi saja yang tampak mengatur jalannya demo. Polisi juga terkesan memberikan kebebasan sepenuhnya kepada BMI untuk menumpahkan semua uneg-unegnya.
Pada hari yang sama juga, di Hong Kong sedang diadakan pemilihan Chief Executive. Ini tentu saja menjadikan polisi lebih menitikberatkan pengawasan di kawasan Central. Kebebasan yang diberikan kepada BMI ini juga dikarenakan polisi menganggap demo-demo penyambutan SBY di Hong kong sebelumnya terlihat tertib dan teratur. Sehingga polisi percaya bahwa BMI tidak akan bertindak anarkhis.
lanjutkan... beh salut dengan TKW "masakini", semangat..semangat... lanjtkan perjuang kita...
BalasHapussalam gan ...
BalasHapusmenghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
di tunggu kunjungan balik.nya gan !
Anarchis ki apa je artinee...?
BalasHapusAnarchis kuwi hudu tindak ngrusak lhooo... Tulung di benerke ukara sing salah kaprah iki...
Btw, ncen presiden sak jajarane ki ya persis kurawa owkkk... kakehan cangkem ra temanja gawene...