Erwiana, Facebook, dan Solidaritas Buruh
Akankah negara bicara lantang tentang nasib pekerja rumah tangga Indonesia di Hong Kong?
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menelepon seorang lelaki bernama Rahmat, di
sela-sela rapat kabinet yang berlangsung di Istana Negara, Selasa
(21/1) pagi.
“Pak Rahmat, ini Pak SBY. Saya sedih prihatin terhadap
musibah yang mengenai putri Bapak, Erwiana. Saya juga marah pada yang
berbuat kejahatan. Saya minta hukum dan keadilan ditegakkan,”
demikian SBY menelepon, seperti diberitakan Antara, Selasa.
Tak jelas apa tanggapan dan reaksi
Rahmat menerima telepon mendadak itu. Namun yang pasti, kejutan
Rahmat sudah datang jauh-jauh hari, Sabtu (11/1) lalu, saat putrinya,
Erwiana Sulistyaningsing, datang ke rumah dengan dipapah seorang
buruh migran asal Magetan, seorang perempuan yang baru dijumpai
Erwiana saat di Bandara Chek Lap Kok, Hong Kong.
Wajah dan mata
Erwiana lebam, tubuhnya memar. Rahmat dan istrinya histeris. Baru
delapan bulan Erwiana bekerja di negeri bekas jajahan Inggris itu,
tapi pulang dengan luka di sekujur badan.
Riyanti, buruh migran asal Magetan yang
mengantar Erwiana pulang ke kampung halamannya di Desa Pucangan,
Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, menemukan Erwiana
duduk sendiri di bandara Hong Kong, Jumat (10/1) malam lalu.
Kebetulan malam itu, Riyanti juga memutuskan pulang kampung. Mereka
menumpang penerbangan yang sama.
Riyanti curiga dengan wajah lebam
Erwiana. Namun, Erwiana bungkam ketika ditanya apa yang terjadi
padanya. Ia hanya bilang alergi cuaca.
Tapi, Riyanti tak percaya.
Saat Erwiana minta diantar ke toilet dengan langkah tertatih, Riyanti
makin curiga. Di toilet, Riyanti menemukan Erwiana berganti pampers
untuk pantatnya. Riyanti makin curiga Erwiana mengalami penganiayaan,
tapi perempuan berusia 22 tahun itu tetap bungkam.
Sambil mencoba berkomunikasi dengan
Erwiana, Riyanti berbalas pesan pendek dengan kawannya, Icha, juga
seorang buruh migran asal Malang yang bekerja di Hong Kong. Kepada
Icha, Riyanti mengirim foto Erwiana yang lebam.
Icha-lah yang kemudian menjadi orang
pertama yang mem-posting foto Erwiana di Facebook, Sabtu (11/1) pagi.
Ia tak berpikir panjang. Ia memutuskan melakukan hal tersebut setelah
SMS terakhirnya ke Riyanti yang meminta agar Riyanti menemani Erwiana
pulang hingga ke kampung halamannya, tak berbalas.
Kemungkinan karena
Riyanti sudah berada dalam pesawat bersama Erwiana. “Yang
kupikirkan saat itu (saat mem-posting foto Erwiana di Facebook-red),
itu jalan satu-satunya berharap kepedulian kawan-kawan BMI (buruh
migran Indonesia, sebutan lain untuk tenaga kerja Indonesia-red)
membantu Erwiana,” ucap Icha kepada SH.
Tanggapan dan reaksi pun meluas. Banyak
yang kemudian menyebarluaskan foto ini. Ada yang pro, ada yang
kontra. Tak sedikit pula yang skeptis. Orang yang pro menyebut
Erwiana harus dibantu dan solidaritas harus segera digalang.
Orang
yang kontra melihat foto semacam ini tak bisa sembarangan diedarkan
tanpa izin dari pemiliknya karena dikhawatirkan terjadi sesuatu yang
justru lebih buruk terhadap Erwiana. Sementara itu, orang yang
skeptis menganggapnya sebagai hoax.
Namun, saat informasi lanjutan mengalir
dari Icha dan Riyanti tentang proses perjalanan Erwiana pulang ke
kampung halaman, hingga penanganan terhadapnya, arus pun berubah
cepat. Solidaritas mengalir deras.
Disiksa
Kepada Riyanti, saat berada di dalam
pesawat, Erwiana berkisah bahwa majikan perempuannya, Lo Wan-tung,
memang doyan memukulinya. Ia takut mengaku karena majikannya sempat
mengancam orang tuanya di kampung akan dibunuh jika Erwiana
mengisahkan penganiayaan tersebut.
Selama delapan bulan bekerja pada
majikan tersebut, Erwiana hanya sekali diberi makan nasi setiap hari,
pada pukul 07.00. Siang dan malam hanya dapat jatah satu iris roti
dan satu botol air mineral untuk sehari. Jam tidurnya pun diubah.
Ia
boleh beristirahat atau tidur dari pukul 13.00-17.00. Selebihnya, ia
harus dalam kondisi bangun dan bekerja. Saat ia kelaparan dan mencoba
mengambil roti di lemari, majikan langsung memukulinya, juga setiap
kali dia melakukan kesalahan kecil.
Dokter Imam Fadli, spesialis bedah yang
merawat Erwiana di Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen, mengatakan,
Erwiana tak bisa berjalan dan mengalami pembengkakan otak karena
kepalanya terus dipukuli benda tumpul selama enam bulan terakhir.
Saat bulan pertama mengalami
penganiayaan, Erwiana sebetulnya telah mencoba melapor pada PJTKI
Graha Ayu Karsa Tangerang yang mengirimnya. Namun, alih-alih memberi
perlindungan, PJTKI malah menelepon agen di Hong Kong yang
menyalurkan Erwiana ke Lo Wan-tung dan sang agen memberi tahu majikan
tersebut tentang keinginan Erwiana untuk hengkang. Jadilah, Erwiana
kembali jadi bulan-bulanan.
Minggu (19/1), sebuah aksi menuntut
keadilan bagi Erwiana digelar di Hong Kong. Sekitar 5.000 orang turun
ke jalan menuju kantor pemerintah Hong Kong dan markas polisi Hong
Kong.
Sejumlah organisasi pekerja migran mengoordinasi aksi tersebut.
Warga Hong Kong yang bersimpati terhadap kasus Erwiana juga turun ke
jalan. “Lebih dari 100 warga lokal ikut dalam aksi ini,” kata
Sring Atin, juru bicara Komite Keadilan untuk Erwiana dan Semua
Pekerja Migran Rumah Tangga.
Hari itu juga polisi memeriksa Susi,
pekerja migran asal Malang yang juga menjadi korban penganiayaan Lo
Wan-tung. Sring mendampingi Susi dalam pemberian kesaksian tersebut.
Kepada SH, Sring mengatakan, pada Jumat (17/1), polisi Hong Kong
menghubunginya. “Mereka bilang jika Susi bisa bersaksi, mereka akan
menangkap majikan Erwiana, Minggu (19/1) malam,” Sring menjelaskan.
Meski mundur sehari, polisi menepati
janjinya. Senin (20/1) malam, Lo Wan-tung dicokok Imigrasi Hong Kong
di bandara saat hendak terbang ke Bangkok. Perempuan tersebut
ditangkap atas tuduhan menganiaya dua PRT asal Indonesia.
Hari yang
sama, empat penyidik dari Unit Kejahatan Kepolisian Hong Kong dan
pejabat Departemen Perburuhan Hong Kong terbang ke Indonesia untuk
memeriksa Erwiana. Polisi butuh keterangan dan hasil medis Erwiana
sebagai bahan investigasi untuk menjerat Lo Wan-tung.
Aksi solidaritas terhadap kasus ini dan
juga soroton media internasional membuat Hong Kong jengah. Mereka tak
ingin disamakan dengan Arab Saudi jika kasus ini gagal ditangani.
Presiden Yudhoyono tampaknya juga
terusik hingga merasa perlu untuk menelepon ayah Erwiana. Tapi,
penghiburan saja memang tak cukup.
Kamis (23/1) dan Minggu (26/1) nanti,
organisasi dan jaringan buruh migran Indonesia di Hong Kong kembali
menggelar aksi. Mereka akan mendatangi kantor Departemen Perburuhan
Hong Kong dan kantor agen Chans Asia Recruitment Centre yang
menyalurkan Erwiana, menuntut agar agen ditutup dan pemerintah Hong
Kong meninjau ulang aturan yang mengharuskan PRT asing tinggal di
rumah majikan. Secara kebetulan agen Chans berkantor di kawasan
Causeway Bay, tempat perwakilan pemerintah Indonesia juga berkantor.
Para pekerja migran asal Indonesia ini
telanjur memercayai bukti bahwa bukan para pejabat negara
yang akan menuntaskan masalah dan nasib mereka, tapi diri mereka
sendiri. (SU Herdjoko)
Alhamdulillah Mbak T_T di sini isunya tenggelam banjir, koruptor, dan instagram Bu Ani u.u Semoga tidak akan lagi ada Erwina-Erwina lainnya u.u
BalasHapusErwiana maksudku Mbak u.u
Hapusaamiin.
HapusSemoga bentuk kepedulian pak sby yg di pertontonkan kemarin bisa terealisasi secepatnya dan mbak erwiana mendapatkan keadilan dan hak nya...
BalasHapusSaya harap juga demikian Menolong warga negarnya yang mengalami musibah dan masalah di negeri orang harusnya asas kemanusiaan yang didahulukan. Toh mereka adalah Pahlawan Devisa negaa juga. Pak SBY harus sunggug sungguh dan IKHLAS dalam membantu
Hapussemoga tidak akan terulang lagi kejadian seperti ini
BalasHapusTurut prihatin dengan pahlawan devisa negara,,,
BalasHapusKita berharap semoga kejadiannya tidak terulang kembali, turut prihatin...
BalasHapus