Galau?

huuhuuhuuuu...

Semangaaaaatttt..!

Love your job and be proud.

Iyes!

Bekerja sambil belajar.

Masih galau lagi?

No! No! No! Be happy laahhh...!

Ayo ngeblog!

Masa kalah sama Babu Ngeblog?

Antara Pembantu, Momongan dan Sebuah Bola

Ini bulan puasa ya? Saya sudah ngingetin diri berkali-kali, ga harus nunggu puasa untuk bersabar. Hal ini (sabar) adalah makanan setiap hari. Namun walau itu sudah makanan pokok dari manusia sejenis saya (babu ndableg) toh saya belum berhasil menyikapinya dengan seharusnya. Selain dengan kecuekan dan kendablegan yang kian hari kian menebal. Sebodo!

Seperti halnya sore ini. Perkumpulan pegawai BCA (baca=Babu Cina Asing) di indoor playground (tempat bermain di dalam ruangan) di daerah Happy Valley yang terletak tak jauh dari rumah bos saya itu penuh dengan pembantu teladan (teladan=telat mangan edyaan). Sebagian besar berpakaian rapi dengan rambut rapi dan menggunakan bahasa Tagalog (bahasa daerah dari Filipina). Ya iyalah, karena mereka adalah pegawai BCA yang berasal dari Filipina.

Tapi ampuuunn...ada tiga orang yang berwajah acak-acakan (yang ini neh wajah-wajah Indonesia). Salah satu dari tiga orang tersebut adalah yang terparah. Dia mengenakan kaos oblong bergambar tokoh wayang Rama dan Shinta, celana pendek dan sandal jepit yang kebesaran. Rambutnya acak-acakan dan asal dibundel dengan karet gelang warna biru. Dia terlihat ndesoni banget. Namanya Rie Rie. LHO??? KOK???

Oeeiii...saya tau kalian kecewa karena ternyata Rie Rie ga cuma kelakuannya yang super menjengkelkan tapi juga dandanannya. Makanya saya menyarankan bagi yang lagi nyidam atau bagi yang punya bini hamil muda sebaiknya nyebut "jabang bayi" tujuh kali dan berdoa semoga anaknya persis plek seperti saya. Ha?

Saya tahu, khan ada pepatah "Don't look at the book by it's cover" gitu khan? Tapi kayaknya banyak yang belum tahu. Khususnya pegawai BCA yang bergerombol nungguin momongannya sambil ngobrol-ngobrol dengan sesama bangsanya itu.

Sungguh kawan, saya tahu juga tahu bahwa ini adalah diskriminasi  saat mereka tuh melihat saya dengan pandangan gimanaa...gitu. Boro-boro mau nyapa, senyum aja kagak, bahkan menghindar sambil bisik-bisik.

Trus terjadilah bencana itu.

Sebenarnya bukan bencana seh.

Eh termasuk bencana ding.

ah masa iya seh?

iya bukan ya?

Eh iya bener. Kayaknya bener-bener masuk kategori bencana deh.

Begini...

Ada banyak anak bermain di dalam indoor playground tersebut, masing-masing dari anak tersebut tentunya diikuti oleh seorang "cece" (pengasuhnya). Seorang bocah berumur kira-kira 4 tahun sedang bermain dengan beberapa bola dan Katelyn (momongan saya) mengambil salah satu dari bola itu dan berlalu. Si bocah menangis, sedetik kemudian si cece yang sebelumnya asyik cekikikan entah dengan siapa lewat ponselnya, dia kemudian datang bertanya kepada si bocah.

"What happen?" tanya si Cece.
"My ball...huwaaa ...hiks...," kata si bocah sambil menangis dan menunjuk kearah Katelyn.

Cece kemudian bergegas menuju Katelyn, aku mengikutinya.

"I'm sorry," kataku padanya. Di luar dugaanku dia mencekal tangan Katelyn dan mengambil bola dari tangan Katelyn dan kemudian...PLAKK!" Cece memukul tangan Katelyn. Aku kaget, Katelyn tak kalah kagetnya kemudian berlari memelukku dan hampir menangis.

"Why? Why did you do that to her?" tanyaku dengan penuh keheranan.

"Do you know why? Cos she took away the ball, she didn't ask any permission from Daniel (nama si Bocah itu)."

"So what's the difference? Apa bedanya? Kamu mengambil bola itu darinya tanpa permisi juga kok!" bentakku.

"You see," tangannya menunjuk padaku.
"Your girl took away the ball, Daniel is so upset. He cried!" katanya.

"Excuse me, there are so many balls and they are not his. I don't think that is necessary to ask anyone permission. By the way, if you think what Katelyn has been doing is wrong, I'm sorry, but I think you should talk nicely to her.  She is only a kid, you know. I am taking care of her for 5 years and I never hit her with wrong reason like you. Then who do you think you are?!" bentakku.

"You stupid daughter of bicth! He is playing with the balls, and she took it away. She is wrong and you defend her?" katanya dengan nada meninggi.
"Oh I'm sorry. But still, I think you should not hit her but talk to her. Kenapa harus pakek mukul? Saya yakin Katelyn akan merasa bersalah kalau diajak ngomong baik-baik," kataku. Give back the ball to Daniel, Katelyn. And say sorry to him," perintahku pada Katelyn yang kemudian segera dilakukannya.

"You Indonesian idiot!" tangannya menudingku.
"Oh please! Jangan bawa-bawa nama negara saya. There is no relationship! Ga ada hubungannya!"
"So what? It's true, the typical of you, cannot think well. And you cannot teach her manner!" katanya sinis.
"Talking about manner if yourself have none. So do you think you are greater than me, huh? Just see, if you take care of that boy in that way for another year, I can guanrantee you that he will be a rascal!" bentakku lagi.

"HA!! What a nonsense!"

"Hei...hei...hei...! Kalian di sini ngapain? Mo hai lito takau a. Jangan berantem disini!" kata penjaga playground melerai kami.

"Emhai takau a Ayi. Bukan berantem kok. Tanhai goi canhai so so tei. Tapi dia itu semprul," kataku sambil berlalu dan menarik tangan Katelyn pergi dari tempat itu.

Di rumah, Katelyn menghadap naughty wall , berdiri tegak menghadap dinding karena kesalahannya. Tapi jauh di dalam hati ini berkata bahwa Katelyn tidak bersalah. Dia hanya mengambil satu bola dari sekian banyak bola yang ada, saya rasa dia tidak bermaksud merebutnya...tapi....

****

Merawat dan melindungi anak mempunyai cara yang berbeda-beda, tapi seyogyanya kalau itu dibarengi dengan tanggung jawab moral terhadap anak tersebut. Dan kemudian melepaskannya untuk bersosialisasi dengan yang lain. Membiarkannya bermain sendiri berakibat fatal pada perkembangan emosinya. Egois, cengeng, pemalu...saya sungguh tak ingin momongan saya atau bahkan anak saya nanti mempunyai sifat itu.

repost dari Multiply

Diuber Petugas Imigrasi Hong Kong Hingga Jadi Lonthe Murahan

Tiga e-mail mampir di keranjang inboxku. Bukan spam, itu e-mail benar. Yang artinya memang tiga orang yang mengirim e-mail padaku sengaja menuliskan dan atau mengharapkan bertemu denganku. Dan hari ini (8 Agustus'10), itu terjadi. Aku berjumpa dengan mereka, tak hanya mereka bertiga tapi sembilan!

Mereka bukan kawan dekatku, bukan pula orang yang pernah kukenal. Satu kalipun aku belum pernah menjumpai mereka. Namun mengapa aku percaya dan segera menemui mereka begitu waktu yang telah disetujui tiba? Padahal seharusnya pukul 8 malam aq sudah harus pulang ke rumah majikanku. Mengapa? Tentu ada alasan yang amat kuat. Begini...

Mereka mengenalku di sini, di dunia maya melalui jejaring blogspot yang sudah kubangun sejak 17 September 2007 lalu, hampir tiga tahun. Saat itu mereka mengaku jengah bermain dengan Yahoo Messenger ataupun Facebook dan mencari kesibukan lain dengan browsing artikel tentang TKW-Hong Kong atau berita dari Indonesia.

Kesembilan wanita umur 30-41 tahun, rata-rata telah berkeluarga. Dan dari latar belakang kehidupan yang berbeda-beda namun hampir senada. Kesembilan dari mereka Over Stay (OS), yaitu sebuah istilah untuk sebutan TKW yang tinggal secara illegal di Hong Kong. Penyebabnya adalah karena mereka gagal untuk mencari majikan setelah masa tenggang dua minggu setelah kontrak kerjanya berakhir. Lihat, di Hong Kong mempunyai aturan two weeks rule yang artinya TKW diharuskan mendapat majikan lagi selama masa dua minggu, kalau dia tidak bisa mendapatkan majikan selama dua Minggu maka dia harus pulang ke Indonesia. Umumnya, kebutuhan ekonomi yang makin tinggi di Indonesia menjadikan mereka takut untuk pulang karena gagal. Maka itu mereka kemudian memilih untuk bersembunyi dari Imigrasi yang menyebabkan status mereka berubah illegal.

Beberapa yang pandai melapor pada imigrasi Hong Kong untuk mendapatkan Immigration Ordinance, sebuah surat yang menyatakan bahwa seseorang itu boleh tinggal (tinggal di Hong Kong) dengan catatan tidak boleh bekerja. Keadaan ini menyulitkan, mengingat kebutuhan hidup di Hong Kong relatif tinggi. Walaupun masing-masing mendapat tunjangan berupa uang 1000 dolar, beras, susu dan makanan kering pada setiap bulannya, toh itu belum bisa menutup biaya hidup mereka selama sebulan. Maka mereka akan membanting tulang untuk menutup biaya hidup sekaligus mengirim uang ke kampung halaman. Tak jarang, banyak yang bekerja di warung-warung makan sebagai tukang cuci atau tukang masak, bisnis kecil-kecilan seperti menjual makanan, pulsa atau alat-alat elektronik. Bahkan tak sedikit pula dari mereka, entah karena kurang gigih bekerja atau karena kemampuan mereka terbatas dan kurang beruntung kemudian menjajakan diri di pinggir-pinggir jalan sebagai, maaf, lonthe! Yang harga jualnya semalam tak lebih dari 200 dolar Hong Kong atau sekitar Rp.230.000 plus ketakutan terjangkit penyakit kelamin.

Mereka berkeluh kesah padaku. Kadang ada isak tangis kadang pula tawa kami tergelak. Banyak cerita yang membuat dadaku sesak dan berkali-kali aku mengucapkan syukur pada Tuhan bahwa aku adalah orang yang beruntung, beruntung masih menjadi pembantu yang normal, dalam artian tidak terbentur dengan masalah-masalah pelik seperti mereka. Alhamdulillah.

Bayang-bayang petugas imigrasi menghantui setiap hari-hari mereka, bayang-bayang besarnya kebutuhan yang harus dikirim ke Indonesia untuk keluarga juga meresahkan mereka. Keadaan sulit ini diperparah pula dengan rasa iri benci yang kadang ada diantara sesama kawan dari Indonesia (sesama kawan OS) yang melihat keberuntungan teman lainnya kemudian melapor/menelpon polisi yang berujung ke imigrasi. Simalakama! Ibarat sudah jatuh tertimpa traktor pula.

Banyak yang aku petik dari pertemuan dengan mereka. Masih dan akan selalu terngiang ucapan mereka, "Jangan membayangkan enaknya hidup di negri orang, semua ini perjuangan keras. Utamanya kalau kamu memutuskan untuk OS, hidup mati taruhannya. Dan skill apa yang kamu miliki untuk bisa OS?"

Ya, kalau kerja keras memang sudah menjadi ciri dari pembantu, buruh, namun skill/kemampuan/kelebihan juga mutlak dimiliki untuk bertahan di kerasnya kehidupan di perantauan. Tak ada pundak untuk airmata cengeng itu, karena airmata bukan hak dari pekerja keras seperti kami.