Galau?

huuhuuhuuuu...

Semangaaaaatttt..!

Love your job and be proud.

Iyes!

Bekerja sambil belajar.

Masih galau lagi?

No! No! No! Be happy laahhh...!

Ayo ngeblog!

Masa kalah sama Babu Ngeblog?

Kontributor Linglung

Ini adalah kisah seorang kontributor ling lung, seorang wanita yang mempunyai pekerjaan resmi sebagi babu di negaranya Jet Li tapi mempunyai pekerjaan sampingan sebagai guru privat komputer, loper majalah, MC, kontributor sekaligus tukang foto. Kesemua pekerjaan sampingan tersebut dilakuannya pada hari liburnya. Keren khan?

Ya meskipun termasuk dalam habitat TKW, dia lumayan cerdas. Sayangnya dia mempunyai kebiasaan aneh dan tidak sewajarnya, terkadang juga nggilani.

Dia seorang wanita muda, dengan tingkat kecuekan yang teramat tinggi, dengan rambut yang tidak pernah disisir, dengan camera Nikon D90 yang selalu menggelantung dilehernya, dengan MP3 yang nyumpel di kedua belah telinganya dan dengan pakaian yang jauh dari mencolok tapi teramat dekat dengan nyleneh.

Kapan hari dia memakai celana hitam super baggy dengan kaos putih bintil-bintil dipadu dengan scarf warna polkadot pink dan sandal jepit. Kemarinnya dulu dia memakai kaos singlet sedengkul warna hitam dengan percikan cat di sana-sini yang dirangkepin dengan kaos putih bertuliskan "original". Rambutnya kadang dibiarkan tergerai uwel-uwelan, persis sarang burung gagak. Kadang juga dibundel pakek gelang karet hingga jidatnya yang lebar dan kinclong menjadi daya tarik tersendiri Dari jarak 20 meter orang tentu sudah mengenal dia (kalau bukan karena kameranya, tentu karena rambutnya).

Berikut adalah kisahnya:

Kisah 1
Kecintaannya pada dunia potret-memotret sudah ada sejak lima tahun yang lalu. Tak seperti kebanyakan TKW yang memprioritaskan hp ketika gaji pertama mereka diterima, kontributor satu ini memilih membeli kamera. Setelah Yashica dan Nikon yang dirasanya sudah out of date karena masih menggunakan baterai biji-biji itu, pilihan selanjutnya lumayan keren, Nikon D90. Namun sayangnya, entah saking cerdasnya atau karena saking ling lungnya, sampai saat ini dia belum juga menguasai fungsi kamera tersebut.

Suatu Minggu di sebuah acara akbar pengajian yang diadakan oleh TKW Hong Kong yang mengambil tempat di Masjid Tsim Sha Tsoi, dia pun hadir. Rencananya seh mau meliput acara, gitu.

Panitia yang kerap melihat wajah yang tak asing tersebut langsung menyilakannya masuk lengkap dengan sebuah botol aqua dan sekerdus snack untuknya.

Kontributor linglung kita ini cuma pringisan malu tapi swear dalam hati dia udah ngarepin dari tadi, ya sukur-sukur dapet dua kerdus (lumayan khan ga usah beli makan siang).

Begitu masuk dipilihnya tempat paling belakang dan paling pojok. Lima menit kemudian....zzzz...tidur! Lho kok? katanya mau liputan? Bangun! Bangun!

Eh, ujug-ujug mendadak ada setetes air yang mengalir dengan diam-diam dari sudut mulutnya dan jatuh pas persis di atas tangannya. Seketika itu dia terbangun. Seketika itu juga dia teringat apa tujuannya ke datang tempat tersebut. Seketika itu pula diraihnya kamera gedenya dan diarahkan untuk membidik.

Pencet...pencet...
"Lho kok ga ada suara "cekrek"?" pikirnya.

Pencet lagi...pencet lagi... "Lho kok diem aja neh kamera," katanya dalam hati sambil menepuk-nepuk kameranya.

Pencet...pencet...

"Buset, aku dah bangun kok kameraku masih bobo," pikir dia.

Pencet...pencet...masih ga bisa motret juga.

pencet...

pencet...

"Sialan..!" gerutunya dalam hati.

pencet...pencet...

"Ih sialan bener neh kamera!" gerutunya lagi dalam hati.

pencet..blink..blink...

pencet...blink blink blink...

pencet...blink..blink...kemudian...blank...!

"Blaik! Mati aku! cilaka!" gerutunya setelah tau bahwa kamera tidak berbunyi "cekrek" karena ternyata out of battery.

Dengan kemaluan yang amat besar dia berjalan menuju salah satu panitia yang bertugas mendokumentasikan acara dan berbisik,"Mbak pinjem kameranya sebentar dong."

"Buat apa mbak? Ini cuma kamera digital biasa, kamera mbak khan lebih bagus," kata panitia.

"Mmm..begini mbak (garuk-garuk kepala, beberapa ketombe sempat terjatuh karena aksi garuk-garuk kepalanya ini). Mm..begini mbak, saya hanya pengin membandingkan banyaknya pixel yang membentuk gambar kamera saya dengan kamera mbak," jawabnya beralasan.

"Ooo.. (manggut-manggut tapi tampangnya bloon)," jawab panitia. Entah mudeng apa enggak dengan apa yang dimaksud dengan pixel tersebut, atau mungkkin malu karena gaptek, segera dicabutnya memory card dari kamera digital mungil miliknya kemudian diserahkannya kepada kontributor linglung kita.

Untung si kontributor linglung neh selalu menenteng notebooknya. Sejurus kemudian dia memindahkan foto milik panitia ke dalam dokumen notebooknya. Dalam hati dia berkata, "Slamet...akhirnya dapet poto pelengkap liputan nanti, hehhe...."

Wolaa..!!

Kontributor linglung kita ngapusiiiiiiii....!!


Kisah 2
Ada tiga kejadian yang menyebabkan lagu Indonesia Raya berkumandang di negara lain. Satu, saat kunjungan kenegaraan. Dua, saat tim olah raga Indonesia menang. Tiga, saat HP kontributor linglung kita berbunyi. Ketiganya merupakan momen-momen yang paling penting dalam sejarah dunia yang patut dicatat.

Termasuk saat itu, sesorang dari salah satu organisasi menelpon kontributor linglung kita untuk mengundangnya menghadiri acara yang diadakan oleh organisasinya. Pucuk dicinta ulampun tiba, pikir kontributor linglung kita. Jadi tamu undangan itu kehormatan, pikirnya. Sudah dihargai masih juga dapet cemilan dan jajan, pikirnya lagi.

Maka dengaan langkah penuh cuek bebek dia segera menuju tempat diadakannya acara pada Minggu yang sudah diitentukan. Dan seperti biasa setelah dipersilakan duduk dan mendapat sekerdus jajan, sang kontributor linglung ini memilih duduk di tempat yang peling disukainya, disana kembali dia liyer-liyer.

Tak satupun dari apa yang disampaikan dari acara tersebut ditangkap olehnya, beruntung dia sempat menjepret beberapa gambar sebelum adegan liyer-liyer terjadi. Dan walhasil sang kontributor linglung kita ini lagi-lagi mendatangi ketua panitia untuk mengajukan beberapa pertanyaan. Di atas kertas secuil dituliskannya hasil wawancaranya kemudian berlenggang dari tempat tersebut.

Pada malam harinya, ketika dia dihadapkan dengan laptop bututnya dan bermaksud menuangan segala apa yang didapatnya pada siang hari tadi, si kontributor linglung kita heboh. Pasalnya, kertas secuil hasil wawancara siang tadi hilang, sedang dia hingga saat ini masih berjuang keras melawan lupa, ya dia amat sangat pelupa. Akhirnya kontributor linglung kita dengan terpaksa meraih HPnya dan menelpon ketua panitia yang kkemarin hari menelponnya.

Ketua panitia: "Assalamualaikum mbak **^!e^!E**,
Kontributor : "Walekum salam.
ketua panitia: "Ada yang bisa dibantu mbak?"
kontributor : "Eh mbak saya kemaren wawancara apa seh sama mbak? Waduh ini kertasnya ilang (katanya lugu dan jujur banget)."
ketua panitia: "??*$@%??...(kemudian terdengar tawa yang ditahan).

oalahhh...malu-maluiiiinnn...ga profesional banget, wwkwkkkk...