Galau?

huuhuuhuuuu...

Semangaaaaatttt..!

Love your job and be proud.

Iyes!

Bekerja sambil belajar.

Masih galau lagi?

No! No! No! Be happy laahhh...!

Ayo ngeblog!

Masa kalah sama Babu Ngeblog?

Helvy Tiana Rosa di Hong Kong

Meningkatnya minat tulis Buruh Migran Indonesia (BMI-TKW) Hong Kong sudah diketahui oleh penulis-penulis handal di Indonesia. Beberapa penulis sekaliber Pipiet Senja, Habiburrahman El Shirazy, Kang Romel pun sudah acap kali datang ke Hong Kong untuk menginspirasi sekaligus memberi bimbingan menulis bagi TKW Hong Kong.

Pada Minggu (25-26 Februari 2012) pendiri Forum Lingkar Pena, Helvy Tiana Rosa (HTR), juga tampak hadir di tengah-tengah BMI Hong Kong.

Kedatangannya tersebut selain untuk memberikan workshop "Menulis & Membaca Puisi dan Drama" juga sebagai ajang peluncuran buku kumpulan puisinya, Mata Ketiga Cinta.

Acara yang dimulai dari Sabtu hingga Minggu (25-26) Februari tersebut meski hanya dihadiri oleh 40 BMI yang tengah gencar-gencarnya menggeluti dunia kepenulisan dan akting, namun tampak gayeng.Hal ini dikarenakan metode pembelajaran yang diberikan oleh HTR terkesan berbeda dan mengena bagi peserta workshop.

Peserta dituntut untuk bisa menulis puisi dalam waktu lima belas menit. Tak hanya itu, peserta juga dipaksa untuk membuat puisi dengan dua belas kata pilihan yang diberikan oleh HTR.

"Kedua belas kata-kata itu walau kayaknya enggak ada hubungannya tapi bisa jadi satu kesatuan puisi. Karena puisi itu adalah akrobatik kata-kata. Jadi pinter-pinternya merangkai. Tapi ingat, jangan sampai tidak ada maknanya," kata HTR.

Para peserta yang dibagi menjadi enam kelompok pun berhasil membuat puisi. Ada yang dinilai menarik, ada pula yang dinilai kurang menarik. Puisi-puisi yang telah ditulis itu kemudian dibacakan di hadapan peserta yang lain. Hal ini sebagai salah satu cara untuk langkah selanjutnya, belajar drama/akting.

HTR juga sempat memberikan contoh tehnik pembacaan puisi. Penulis yang juga pendiri dari Teater Bening Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI) ini membacakan salah satu puisinya dari buku Mata Ketiga Cinta yang berjudul Puisi Seorang Ibu Yang Mendobrak Pulazi. Hal ini terang saja langsung mendapat sambutan yang meriah karena HTR tak hanya membaca puisi tapi juga menyanyikan puisi tersebut, ini merupakan pelajaran baru bagi BMI Hong Kong.

Dalam sesi drama, hampir semua peserta mempunyai andil dalam memperagakan akting yang dinilai dan dibenahi secara langsung oleh HTR. HTR yang juga dosen di FSUI ini acap kali mengapresiasi antusias para peserta.

"Ini pelajaran buat satu semester lho, tapi saya mengajarkan sama kalian satu setengah jam saja dan kalian bisa nangkep," ujar HTR.

Ibu dari dua anak ini juga menyarankan kepada peserta untuk terus berlatih menulis dan akting di waktu liburnya. .

Acara yang disponsori oleh Tabloid Apakabar, bank Mandiri dan Telkom Indonesia-Hong Kong itu berjalan hingga pukul lima sore dan berakhir dengan foto bareng peserta workshop.

Ketika Wanita Berkalung Kotang

Perempuan Berkalung Sorban? Wow kerenn…!

Saya telah menyaksikan film yang berjudul Perempuan Berkalung Sorban dan saya akui film itu memang hebat. Kesan hebatnya itu sudah saya dapati semenjak baru mendengar judulnya saja.

Judul itu berhasil membangkitkan tomboyitas saya. Seolah-olah dan saya membayangkan seorang wanita perkasa. Dan betapa kerennya seorang wanita kalau dia terlihat perkasa (tidak pasrah), selama masih di level kewajaran.

Tapi ketika emak saya berseloroh bahwa BH-nya sekarang kebesaran semua, saya jadi tertawa sedih. Lantaran saya membayangkan beliau begitu kurus kering menanti atau pun juga memikirkan saya, meski beliau mengatakan kalau beliau sehat-sehat saja.

“Kaya kalungan BH, kegedhen kabeh saiki nduk (seperti berkalung BH, kebesaran semua sekarang nak),” katanya sambil terkekeh.

Degg!! Perempuan berkalung BH? Oh tidakk…!
Saya tak bisa turut terkekeh, saya membayangkannya aneh dan ngeri. Selanjutnya berkelebatan wanita-wanita dengan kutang yang semakin hari semakin ngglambreh kebesaran karena berbagai alasan. Dan kalau alasannya adalah kegagalan negara menunaikan tugasnya sebagai pengayom perut rakyat, maka mungkin akan menjadi seperti puisi yang saya tuliskan ini:


Ketika Wanita Berkalung Kutang

Ketika wanita berkalung kutang
Inilah tuan kesejahteraan kami yang sekarang
Dada telah rata dan keriput
Dihisap janji tuan
Janji yang lobang-lobang
Lobang-lobang
Karena rakus tuan

Ketika wanita berkalung kutang
Inilah tuan protes kami yang sekarang
Karena tenggorokan kami terlalu kering
Untuk berteriak nyaring

Ketika wanita berkalung kutang
Tolong tuan kembalikan air susu kami
Untuk hidup dan anak
Untuk malu dan negara

Kapan tuan dengar protes kami?
Apakah tuan menunggu
Celana dalam yang terlorot
Dan berkibar setengah tiang
Di hadapan tuan?


gambar dari sini