Galau?

huuhuuhuuuu...

Semangaaaaatttt..!

Love your job and be proud.

Iyes!

Bekerja sambil belajar.

Masih galau lagi?

No! No! No! Be happy laahhh...!

Ayo ngeblog!

Masa kalah sama Babu Ngeblog?

Kunjungan Menakestrans Di Sambut Demo

Minggu (27 Des'09), kedatangan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (menakertrans), Muhaimin Iskandar, ke Hong Kong dalam rangka kunjungan kerja yang teragenda dalam 100 hari kerjanya selaku menakertrans baru di sambut demo oleh anggota Indonesian Migran Union (IMWU).

Demo di gelar di depan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) mulai pukul 10:30 AM hingga pukul 1:30 PM waktu setempat, tepat di saat menakertrans cs dan KJRI melakukan dialog bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan 50 orang perwakilan dari semua organisasi Buruh migran Indonesia (BMI=TKW).

Dalam demo tersebut mereka menuntut adanya pelayanan maksimal kepada BMI, perlindungan kepada BMI berupa penindakan tegas kepada agen atau PJTKI nakal, ratifikasi konvensi buruh migran. Hal lain yang di singgung adalah pembubaran terminal IV dan pelibatan BMI dalam pembuatan kebijakan tentang BMI.

"Lihat, pak mentri datang dengan uang kita, ingin tahu tentang kita. Lalu setelah tahu bisa apa? Dari jaman pemerintahan dulu sampai sekarang janjinya muluk-muluk mau melindungi kita (BMI) tapi buktinya mana? Masih banyak pemerasan bahkan di terminal IV yang katanya terminal itu didirikan untuk melindungi TKW yang lagi mudik, tapi apa? Di sana banyak kawan kita yang malah diperas dan diancam. Potongan agen yang katanya lima bulan buktinya masih tetap potongan tujuh bulan. Olehe sengsara mangan omelan dan ngosek WCne Cina di pakek buat mbayar agen. Agen menahan paspor kita juga tidak ditindaklanjuti. Saat kita butuh pelayanan oleh KJRI, KJRI-ne malah tutup. Tong kosong bunyinya nyariiiing!" kata Anik, wakil ketua IMWU dalam orasinya.

"Kita butuh bukti, bukan janji!" teriak mereka bersama-sama.

Eufimisme Babu vs Koruptor


Ketika kata “maling uang rakyat” diganti dengan kata “koruptor” itu dimaksudkan untuk memperhalus bahasa. Di sini, penghalusan bahasa (eufimisme) yang dilakukan menjadikan kita tampak lebih santun dan beradab, meskipun kata koruptor itu sendiri adalah sebuah kata serapan dari bahasa Inggris, corrupt, toh kata serapan tersebut lebih dinilaiartikan daripada bahasa sendiri. Karakter orang Indonesia yang ramah dan sopan sangat mendukung penghalusan bahasa ini, walau sebenarnya bahasa Indonesia telah dihagemoni (dikuasai tanpa sadar) oleh bahasa asing.


Sama halnya dengan kata “babu” yang kemudian diperhalus menjadi "pembantu", dan bila sang pembantu ini keluar negeri (untuk mbabu) maka akan diperhalus lagi sebutannya menjadi "Tenaga Kerja Indonesia Informal (TKII)" atau bahkan lebih kerennya lagi dengan pangkat “Pahlawan Devisa”. Eufimisme tersebutpun dimaksudkan sama yaitu untuk memperhalus bahasa. Sayangnya, bahasa yang terdengar halus ini tidak dibarengi dengan nilai kesantunan dan keberadaban. Apalagi kalau TKII yang dimaksud adalah TKII Hong Kong, sudah karib suatu "prokem" untuk menambahkan candaan dengan frasa "Hong Kong". Sampai-sampai sebuah lagupun asyik digoyang dengan frasa “Hong Kong” …dandan moblong-moblong, kayak bintang Hongkong (Iwak Lohan).

Payahnya, masyarakat seolah terlena dengan eufimisme pada maling uang rakyat dan babu ini sedangkan banyak rakyat awam yang berada di daerah-daerah terpelosok yang masih belum mengetahui arti dari kata koruptor yang sesungguhnya. Ramai mereka (rakyat awam) hanya ikut-ikutan saja meneriakkan yel-yel anti korupsi tetapi ketika ditanya tentang arti korupsi atau koruptor yang sebenarnya merekapun tak tahu, sedangkan koruptornya sendiri melenggang dengan bangganya karena toh sebutan koruptor terdengar keren.

Mungkin akan beda halnya kalau mereka disebut sebagai maling, rakyat akan segera paham dan tanggap dan mungkin juga sang koruptor akan sedikit mikir untuk melakukan tindak korupsi karena rasa malu. Maling gitu loh...siapa sih yang tak akan malu kalau di sebut sebagai maling? Ah! Atau seandainya saja KPK(Komisi Pemberantasan Korupsi) di ubah menjadi KPMUR (Komisi Pemberantasan Maling Uang Rakyat), maka semua akan melek arti. Tapi lagi-lagi karena orang Indonesia itu ramah dan sopan dan bahasa serapan itu lebih dinilaiartikan, maka hal itu (eufimisme) dilakukan. Apalagi kalau dilihat KPMUR itu adalah singkatan yang terlalu panjang, ah susah menghafalkannya!

Lain koruptor lain pula TKII. Dalam penghalusan kata ini justru yang menjadi korban adalah TKII itu sendiri. Sudah menjadi korban prokem nasionalis yang sengkuniisme (pengamalan atas sifat-sifat Sengkuni), masih pula sebagai korban trafficking dan atau kebijakan pemerintah yang (belum) bijak sebagaimana seharusnya. Eloknya seorang pahlawan (pembantu=pahlawan devisa) adalah mereka yang dielu-elukan karena keberhasilannya membawa perbaikan/kemajuan bagi sesiapa ataupun negara. Namun, pahlawan yang satu ini (pahlawan devisa) justru kerap dielu-elukan penderitaannya atau dielu-elukan dalam artian melecehkan. Dan kalau sang pahlawan devisa ini pulang tinggal nama (mati), ya wajar sajalah namanya juga pahlawan. Pahlawan mati mah sudah biasa, wajar saja!

Bagaimanapun eufimisme yang digunakan untuk memperhalus bahasa terhadap kata "babu" tak akan berguna bila tak dibarengi dengan tindakan menghargai dan mengakui bahwa mereka itu manusia dan pekerja. Manusia yang perlu dimanusiakan dan pekerja yang perlu dihargai keberadaannya dan dilindungi hak-haknya. Kalau bisa memilih tentu saja para pembantu itu lebih suka di sebut sebagai babu dengan perlindungan hak dan dimanusiakan daripada disebut sebagai pahlawan devisa tetapi hak-haknya dirampas dan didiskriminasi. Leres ta, Mbak Yu?

Kawan, itu hanya dua buah contoh dari salah kaprah fungsi dari majas eufimisme, masih banyak lagi salah kaprah yang lain, yang belakangan amat digandrungi untuk menutupi fakta yang sebenarnya.




antara HP Warisan dan Mbakyuku yang Pikun

Smsku tak pernah terbalaskan, hampir putus asa rasanya karena sewaktu ditelpon ke rumah, tak ada seorangpun yang mengangkatnya. 2 kakak perempuanku tak bisa dihubungi, sedangkan kakak laki-lakiku tak bisa kudengar suaranya sewaktu tepon tersambung, selalu begitu. Sedangkan hanya tiga nomer itu saja yang kuketahui.

Aku tak tahu harus berbuat apa. Apakah mereka(kakak2ku) menghindariku dan merahasiakan apa yang terjadi di rumah sana? Apakah aku tak berhak untuk mengetahui kabar mereka? Kabar orang tuaku terutama bapakku yang sedang sakit parah itu?

Pikiranku jadi kacau, kapan hari aku bermimpi kehilangan gigi, gigi geraham pula. Bukankah itu kata orang pertanda yang buruk? Walaupun kenyataannya akupun kemudian benar-benar kehilangan gigi geraham kanan atasku(dicabut) karena kebanyakan makan coklat.

Aku jadi membayangkan yang enggak-enggak.

Keadaan ini membuat hatiku tak keruan, ditambah lagi dengan sikap bos yang sedang "kurang sajen" dan seakan-akan ingin menelanku hidup-hidup saja. Aku merasa Hong Kong sedemikian panas dan sesaknya. Dan HP warisan dari simbah (ibunya bos lakiku) yang 2 minggu yang lalu diberikannya padaku itupun menjadi luapan kekesalanku. Ianya kini hampir tak berbentuk, hancur di tangan kecilku yang tak berperike-HP-an.

Dan memang benar kata pepatah, sesal itu datangnya kemudian. Kembali kupunguti pecahan Hp yang yang layar retak disana sini dan penutup  bagian belakang HP tidak bisa lagi di gunakan karena ada bagian yang pecah dan hilang sehingga HP terpaksa di beri dua buah karet gelang dan solasi di bagian layarnya.

Di tengah penyesalan akan kebrutalanklu terhadap Hp yang tak bersalah itu aku tertawa gelak melihat penampilan terakhir dari Hp warisan tersebut.

Kembali aku mendial nomer kakakku yang tercinta.

"Hallo ndhuk," kata mbak Titik, kakakku.

Hatiku rasanya lega teramat legaaa.... Sepertinya ini adalah suara mbak Titik yang termerdu yang pernah kudengar.

"Kok di-sms ga dibales mbak?" sergapku.

"Lha wes tak bales ngono kok. (Lha sudah aku balas kok)," jawabnya enteng.

"Lambemu mbak, wong ora ana sms saka dirimu kok(tidak ada sms darimu kok)," kataku.

"Sik tak delok e(bentar, aku cek dulu),"

Jeda sesaat.

"Oalaaaahhh...tibake tak kirim ning nomermu sing ndisik ya, hehehehe...(Oalaaaahh..rupanya aku kirim ke nomerku yang dulu, hehehehe..)," mbak Titik tertawa.

"wooo...pikun," kataku.

"Lha kok di telpon ga isa (Lha kok di telpon ga bisa kenapa)?" sergapku lagi.

"Nganu ya ga ana sinyal paling wong aku ora ning Cabak (desaku) kok, ning ndukuh kana (itu karena ga ada sinyal soalnya aku lagi di pelosok),"

"Pak e kabare piye mbak(Gimana kabarnya bapak, mbak)?" tanyaku segera.

"Lha kae. Wes mari ya, wingi kae di dongakna wong sak RT nduk. Alhamdulillah dongane mandhi. Pake tak kon tenguk-tenguk ga gelem. Kae wonge saiki lagi resik-resik latar njabuti suket. Jare ben kethok resik nek kowe muleh,...............(Lha itu. Sudah sembuh kok, di doakan oleh orang-orang se RT, Alhamdulillah doanya terkabul. Bapak aku suruh istirahat aja ga mau. Itu sekarang dia lagi mencabuti rumput. Katanya biar kelihatan bersih waktu kamu pulang nanti....) "

..........................

Hatiku legaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa sekali.

Alhamdulillah.

Mengikhlaskan


Kabar itu begitu singkat tersurat dalam satu kalimat yang terdiri dari tiga suku kata: "Nduk, mbahe meninggal". Ianya terkirim via sms pukul 5 pagi hari ini tanggal 11 oktober 2009. Innalillahi wa innalillahi rojiuunn...

Terkenang percakapan dengan beliau saat aku menemuinya sewaktu aku mudik dua bulan yang lalu, nenek menangis seperti anak kecil karena tidak diijinkan untuk menjemputku di bandara.
"Mbakyumu kuwi nakal kok, aku mau isuk wes adus wis salin tapi kok gak oleh melu mapak kowe. Aku pengin weruh kowe mudhun saka montor mabur," katanya sambil sesenggukan. Kami tertawa mendengarnya. Usianya sudah 90 tahun lebih(kami tak tahu usia sesungguhnya) sifatnya menjadi kekanak-kanakan dan manja. Saat itu nenek sedang sakit sehingga mbakku tidak mengijinkannya untuk ikut menjemputku. Innalillahi wa innalillahi rojiuunn...dariNya kembali padaNya, berusaha untuk mengikhlaskan kepergiannya, semoga nenekku di terima di sisiNya. Amiiinn...

Surat Seorang Istri Yang Jadi TKW

Aku menangkap wajah cinta seorang ibu dengan bola matanya yang berbinar indah ketika sabtu kemaren aku menikmati pening kepalaku di pinggiran Victoria Park.(bukan dalam gambar, gambar itu cuma diambil dari web yang ..udah lupa linknya).

"Wis maem durung Le(sudah makan belum Nak?)?" tanyanya pada anaknya lewat hubungan kawat.

Betapa merdu terdengar kata-kata itu. Selama ini aku hanya menjadi pendengar atas pertanyaan itu, belum menjadi penanya(secara aku belum beranak). Aku merinding merasakan dasyatnya pengaruh dari kalimat tanya itu, betapa tulus dan mesranya... Maka kuputuskan menikmati pening sambil menguping obrolan sang ibu.

"Kenapa mbak?" tanyaku lugu setelah selesai percakapannya. Kulihat sang ibu tersebut mengusap sudut matanya.
"Aku kangen anakku," katanya sendu.
"Sing sabar dan tabah mbak," bujukku.

Ya benar, hidup adalah sebuah pilihan. Menjadi TKW juga pilihan, sekalipun itu bukan pilihan yang layak disebut sebagai pilihan. Seseorang memilih menjadi TKW tentunya tidak semudah memilih mau makan dengan sambel trasi atau dengan ayam panggang. Keputusan yang tentu saja membutuhkan renungan yang panjang, pemikiran yang dalam dan pertimbangan yang matang. Seandainya saja hidup ini semudah apa yang pernah didendangkan oleh koesplus...

Surat Seorang Istri Yang Jadi TKW

Mas,
Apakah Ucok sudah minum susu?
Apakah Mas masih main kartu?
dari uang yang kukirim seminggu yang lalu
dari perasan keringat dan airmataku

Mas,
Pernahkah Ucok bertanya padamu
Pernahkah dia berseru
"Dimana emakku, aku rindu!"
Betapa itu lagu termerdu
di sela piluku

Mas,
Kemarin aku bermimpi
Kau kembali menjadi lelaki
dan aku menanak nasi
Kapan mimpi bisa terbukti

Mas,
Aku lelah berjumpalitan
Bertukar peran
Aku ingin kembali
menjadi istri

Mungkinkah mas?

Dari YM ke Facebook, Cinta...oh...Cinta


Cinta tuh..
ada karena kita bisa saling mengerti,
saling peduli, comfort/nyaman..

but terus gimana kalau semua itu bisa kita dapat dari dunia maya????,,,,is that love or just having fun??


Ada 3 demam yang terjadi di Indonesia sejak sebelum Juli tahun 2009, yaitu Pemilu, BBM dan Facebook. Taruh saja demam pemilu sudah lewat, juga demam BBM yang sudah mulai "dimaklumi". Namun demam facebook ternyata maha dasyat sehingga panasnya masih dirasa hingga saat ini.

Pertumbuhan pengguna facebook di Indonesia sangatlah luar biasa. Menurut checkfacebook.com(25 Sept'09) Indonesia merupakan negara terbesar ketujuh pengguna facebook sebanyak 9.642.620 orang. Indonesia menurut Alexa.com berada pada posisi kelima penyumbang trafik tertinggi ke situs facebook.com. Dan bahkan peta “top-sites” (masih menurut alexa.com)yang dikunjungi oleh pengguna Internet di Indonesia telah berubah. Facebook.com kini merangsek ke pertama, mengalahkan Google.com dan Yahoo.com.

Bayangkan! Mulai dari Presiden, sampai dengan anggota Persatuan BCA(baca=Babu Cina Asing alias TKW) sekarang mempunyai waktu dan cara yang unik untuk menjelajah dan berlenggang di jejaring sosial yang satu ini.

Sering si Liya, teman saya(seorang babu HK seperti saya) terlihat masyuk di pojok dapur. Kadang tersenyum sendiri kadang pula cemberut. Tangannya aktif seperti gerakan orang bertasbih sedang bibirnya menciptakan guratan-guratan perasaannya. Namun rupanya si Liya bukannya sedang bertasbih ataupun wiridan melainkan update status atau memberi komentar atas status-status temannya. Beruntung bos Liya adalah sepasang nenek kakek jompo yang hanya makan bubur setiap harinya, jadi kegiatan bertasbihnya tersebut aman-aman saja.

Ada juga seorang anggota DPR yang saking rajinnya dan tidak ingin mengecewakan rekan ataupun fansnya kemudian memanfaatkan waktu di sela-sela rapat paripurna untuk sekedar menengok facebook tercintanya.

Praktis memang, jejaring yang satu ini. Segala informasi dapat di lihat di sini, ianya seperti buku telpon, seperti buku alamat, seperti diary, sekaligus seperti ajang kenarsisan(hayuh ngaku!!). Facebook adalah sebuah fenomena yang fenomenal.

Ada satu hal unik yang sering aku jumpai belakangan ini ketika aku membuka facebookku, ianya di penuhi dengan status yang indah bak seorang yang sedang kasmaran, dengan gombalan-gombalannya mulai dari gombal mukiya hingga gombal mbelgedes.Herannya cuma menggombal di facebook atau dunia maya saja kok ya manjur gombalannya, buktinya wall/dinding facebookpun di penuhi dengan cinta mode on**. Sayangnya setelah mereka putus kembali status dan wall facebook berisikan sumpah serapah,cacian dan makian. Mbok yao di tulis di inbox khan bisa tho, kok sukanya mempermalukan diri sendiri...

Di jamannya Yahoo Messenger/chat masih di puja sebagai dewa penghubung, hal seperti ini juga sering terjadi. Ada yang benar-benar cinta(serius) tapi tak sedikit juga yang tipu daya, hanya kesenangan sementara saja.

NIAT, kejujuran dari kedua belah pihak menjadi dasar dari hubungan di dunia maya ini, bagaimanapun YM/e-mail/facebook hanyalah sebuah sarana atau media, sepenuhnya itu tergantung dari diri kita sendiri untuk mengapresiasikannya. Kadang secara sadar atau tidak kita tidak menjadi diri kita sendiri, menciptakan image baru dengan tujuan untuk mendapat simpati, ini petaka.

NALAR, bener ga seh si dia naksir atau suka sama kamu? Gelagat atau gestur seseorang pasti kentara kalau dia menerima kita dengan lapang dada. Asal ga kepedean saja menyimpulkan sesuatu, artinya jangan menilainya dari satu sisi saja.

NYOCOKIN, dalam segala hal. Pengertian dari kedua pihak adalah mutlak, nyocokin juga berarti bertemu. Walaupun niat sudah ada dan sama, jugapun sudah bisa dinalar namun tetap saja bertemu difatwakan wajib.

"Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta-minta agar disegerakan (datang)nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan." (QS. 16 : 1).


(merenung untuk diri sendiri dan seorang kawan yang di landa bimbang...)

Bila Majikan Adalah Gusti Yang Makan Babi

Dia hanya berbobot 39 kilogram, dengan tinggi badan 158 cm, bayangkan! Wajahnya pucat, mengingatkanku akan Edward di film Twilight, film vampire falling in love yang sukses itu. Tulang-tulang tubuhnya yang panjang tampak menonjol dengan kentara. Tulang pipi dan dahinya semakin jelas sedang matanya cekung dan berlingkar hitam. Namun senyum itu masih samar terlihat di bibirnya yang kering pecah-pecah, sewaktu bertemu denganku minggu 20 September 2009.

Biasa kupanggil dia Cus, 31 th berasal dari Kebumen, Jawa Tengah. Seperti halnya aku dan dua orang temanku yang menjumpainya hari itu Cus adalah TKW-Hongkong. Aku mengenalnya 5 tahun yang lalu sewaktu masih di Indonesia.

Benar, manusia membawa nasib sendiri-sendiri di bahunya, ketika aku masih setia pada satu majikan selama 4 tahun ini maka tidak demikian yang terjadi pada Cus, dia telah ganti 3 majikan. Kontrak pertamanya berhasil diselesaikannya dengan susah payah, kemudian di terminit(di PHK) setelah 3 bulan kerja di kontrak keduanya selanjutnya dia memutuskan kontrak pada majikan ketiganya setelah tak lagi mampu menerima siksa bathin dari majikannya.

Bertempat di daerah Leon Court, Wong Nai Chung Gap Road dimana rumah seluas 2.200 sq ft dengan sepasang nyonya-tuan dan anak perempuannya tinggal di situlah Cus mengalami tekanan bathin.

Sering Cus mengeluhkan padaku tentang gajinya yang di bayar telat, tentang liburnya yang tak teratur, tentang kerjanya hingga pukul 1 malam, tentang HP dan buku-bukunya yang di sita, tentang makanannya yang tak sehat(tidak segar karena makanan sekali masak untuk satu minggu), juga tentang bosnya yang terkadang mempraktekan jurus tampar muka kepadanya juga aji-aji marah bin misuh-misuh. Singkat kata semakin lama bekerja dengan nyonya-tuan yang luar biasa tersebut Cus mengalami depresi.

Ada lagi satu hal yang menakjubkan sekali yang di lakukan oleh sepasang nyonya-tuan bermobil 2 tersebut kepada Cus, mereka memberhentikan jatah makan Cus ketika Cus menyampaikan bahwa dia tidak makan babi. Praktis Cus harus rela mengeluarkan dolar demi dolarnya di setiap liburnya untuk membeli stok makanan. Lha wong tenagane di peres kok wetenge babune ora di urus, menakjubkan sekali!

Terhitung sejak 12 Agustus 2009 Cus menyerahkan one month notice(surat peringatan pengunduran kerja sebulan sebelum dia keluar dari pekerjaannya) dan sejak saat itu seharusnya Cus hanya oleh tinggal di rumah majikan tersebut hingga 12 September 2009(seharusnya kontrak kerja berakhir tgl 12 sept, untuk kemudian Cus masih boleh tinggal di HK selama 14 hari lagi setelah kontrak kerja berakhir). Namun entah karena sang bos masih mempunyai rasa sedikit cinta kepada Cus atau entah karena apa kepulangannya diundur. Sedang jatah tinggal 14 harinya setelah selesai masa kontrak di tiadakan oleh sang nyonya-tuan karena nyonya-tuan kemudian membelikan tiket kepada Cus dengan waktu yang mepet.

Kepada Agensi di mana Cus disalurkan sang nyonya mengatakan bahwa dia telah membelikan tiket jurusan Hongkong-Surabaya untuk Cus pada tanggal 20 September 2009. Aneh bukan? Cus yang tinggal di Kebumen/jawa tengah tetapi tiket pesawatnya jurusan Surabaya. Lebih anehnya lagi adalah tiket tersebut tidak diserahkan kepada Cus dengan alasan sang nyonya membeli tiket dengan menggunakan passpor Cus jadi nyonya bilang tidak usah menunjukkan tiket tidak apa-apa cukup dengan menunjukkan passpor.

Pukul 11.40 pada September 2009 kami(aku, Cus dan 2 orang kawanku yang lain) berangkat menuju Hongkong International Airport dengan canda tawa tanpa mengetahui bahwa kegemparan akan kami dapati di Airport. Cus pun terlihat bahagia bisa terlepas dari tekanan bathinnya dan akan segera bertemu dengan keluarga pada lebaran kedua.

Antrian yang puanjaaang berlipat-lipat panjangnya dari hari biasa(selamat kepada Garuda IA), menguji kesabaran kami hingga perutpun berdendang lagu kelaparan sedang pantat tak habis-habisnya mengeluarkan bau yang tak enak, ya benar, kentut. Beruntung ada mbak-mbak yang jualan nasi bungkus dan jajanan di airport. Tapi karena tinggal dua bungkus saja maka kami berempat layaknya bebek kelaparan saling sosor satu sama lain dengan tak lepasnya pula ketawa dan grememengan juga cekikikan(tipikal Rie Rie cs).

Waktupun tiba ketika sang petugas melambaikan tangannya kepada kami dengan senyum termenawannya dan kebetulan dia adalah petugas yang paling tampan di antara deretan petugas-petugas yang lain, namanya lupa karena kemudian pembicaraan kami mendadak menjadi serius.

Sang petugas meminta E-Ticket(Electronic Ticket=tiket pesawat) dan Cus hanya mampu memberikan passpor saja. Ketika sang petugas menyatakan bahwa tak ada tiket dengan nama Cus di hari itu kami seperti tersengat listrik bertegangan 400 volt, kok bisa??!! Aku meminta sang petugas untuk cross check, mengechek dari minggu sebelumnya hingga hari itu(tgl 20 sept) juga hari-hari setelah hari itu(setelah tgl 20 sept) selama 15 menit kami berada di depan konter dengan perasaan dag dig dug, bahkan sang petugas hingga mengecek di kelas executive. Kemudian di dapati bahwa pada tanggal 21 September(senin) ada penerbangan ke jurusan Surabaya dengan nama Cus, namun petugas tak berani memberikan ticket itu kepada kami dan menyuruh kami pulang mengambil tiket. Cus pucat pasi, airmatanya hampir jatuh.

Kemudian seorang petugas lagi datang menghampiri kami, ku jelaskan semua bahwa kami tidak mempunyai tiket karena sang bos tak mau memberikan tiketnya kepada Cus. Perdebatan antara aku dan dua orang petugas di airportpun tak terelakkan, setengah jam aku berargumen bersama mereka, hingga sebuah keputusan pun di dapat aku harus membayar 160 dolar untuk memajukan penerbangan dari tgl 21 menjadi tanggal 20 sept, aku sepakat tetapi rupanya Cus tak beruntung. Kepala petugas datang dan menekantegaskan bahwa setidaknya kami harus memberitahu nomer tiket saja untuk mendapatkan penerbangan hari itu. Cus menghubungi majikannya dan dengan suara rendah memohon kepada sang nyonya untuk memberitahukan nomer tiketnya tapi sang nyonya tidak memberitahukan dengan berasan dia sedang ada di kantor, bahh!! Hari minggu di kantor?? Alasan yang tak masuk akal.

Kami beranjak dari Hongkong International Airport dengan perasaan kacau dan geram, bukan geram kepada sang petugas melainkan pada sang nyonya bos.

Lagi Cus menelpon nyonya dan lagi sang nyonya mengelak dengan menggantung kami untuk menunggu telpon darinya. Waktu akhirnya datang pada acara perpisahan dengan 2 orang sahabatku yang lain, hanya aku dan Cus yang kemudian nantinya berhadapan dengan sang nyonya-tuan.

Menunggu adalah hal yang teramat tak kusukai terlebih karena yang di tunggu adalah sebangsa manusia yang menganggap babu adalah budak belian sedangkan dia sendiri menganggap dirinya sebagai gusti yang makan babi.

Jam 10.35pm ketika sedan mulus itu memasuki arena parkir dan sang pemilik sedan nyonya-majikan melihat kami maka tak pelak sumpah serapah yang kemudian kami dengar. Dalam hatiku, kalau dia ikut casting film Mak Lampir bersama Farida Pasha tentu saja dia yang akan terpilih melakonkan Mak Lampir dan film Mak Lampir kemudian akan menjadi box office di seluruh dunia.

Dari bicara secara halus kepadanya seperti kita mengemis padanya agar memberikan tiket atau setidaknya memberitahukan nomer tiketpun tak di hindahkannya, merekapun menyuruh satpam untuk mengusir kami, hanya satu yang bisa aku teriakkan,"Yuko lei em pei goi keibiu wakce keibiu number leh, goi tim fan ogei cek? Yuko goi dingyat emfan ogei leh, ngo tei wui hoi Labour, liko hai lei ke fucak(Kalau kamu tak memberinya tiket atau setidaknya nomer tiket itu, bagaimana dia bisa pulang? KAlau dia besok tidak pulang, kita bakal lapor ke Labour/departemen tenaga kerja, kepulangannya adalah tanggung jawabmu). Aku bergetar dalam kemarahanku, pengin rasanya aku meludahi wajahnya atau melemparinya dengan sepatuku.

Kami hampir saja bertolak ketika satpam berujar pada kami bahwa ini bukan pertama kalinya dia berbuat seperti itu kepada babu-babunya terdahulu dan kemudian telepon satpam berdering, sang nyonya berteriak-teriak dalam telpon menyebutkan nomer tiket Cus. Kami pulang ke tempat masing-masing dengan doa dan harapan semoga nomer tiket yang di berikannya itu benar dan semoga besok pemeriksaan di Airport tak ada kendala juga perjalanan pulang Cus lancar. Semalaman aku tak bisa tidur demikian pula Cus. Berharap dan cemas akan apa yang akan terjadi esok harinya...

Senin 21 Oktober 2009, Cus kembali ke Airport sedangkan aku tak bisa lagi mengantarnya karena aku harus bekerja. Dua sms Cus kuterima, pertama saat dia akan berangkat ke airport dan kedua sesampainya dia di airport, kusarankan padanya untuk datang pagi-pagi agar bisa antri paling depan. Jam 10.30 HP ku berdering lagi, terdengar suara Cus kebingungan.

"SLI(nama panggilanku), bosku nelpon aku, dia nyuruh aku, maksa-maksa, aku di suruh ambil tiket," katanya
"Cisiinnn(Gila)," jawabku kaget.
"Aku sudah bilang kalau aku di bandara, tapi dia bentak-bentak gak percaya," tambahnya pula.
"Kamu ga ada waktu buat bolak-balik Cus. Telpon agensimu, bilang sama agen tentang apa yang terjadi kemarin dan gimana perlakuan dia pada kita kemaren. Bilang sama agensi kalau kita sudah pergi kerumahnya dan diapun ga mau ngasih tiketnya, seharusnya agensimu berada di pihakmu, wong kamu ga salah kok," kataku.

Lima menit kemudian aku mendapat sms lagi dari Cus, "Agen bilang jgn pedulikan dia. Kalo hari ni aq ga bs plg, kita lapor Labour. titik."

Aku lega, berarti agen ada di pihak kami. Kusarankan pula kepada Cus agar tak menerima telpon dari sang nynya lagi.

Sang nyonya-tuan rupanya ketakutan, karena telponnya tak di angkat dan juga tak percaya kalau Cus sudah berada di Airport. Mereka pergi ke tempat penginapan Cus untuk mencari tahu tentang Cus. Hal ini di ceritakan teman Cus kepada Cus yang kemudian membuat kami tertawa, rasain!

Akhirnya Cus berhasil check in. Lolos di pengecekan kedua dan berhasil menemukan pintu/gate ke pesawatnya. Kemudian menumpang seorang kawan yang membawanya ke terminal Bungurasih untuk naik bis ke Yogjakarta. Dan tiba di rumahnya pada Selasa jam 9.30 malam.

Cus....We'll miss U, selamat bertemu kembali dengan keluargamu, berjuanglah di sana jangan kembali ke Hongkong, kamipun akan segera pulang...jangan lupakan kami yah....


sholat Id tgl 20 sept'09 di Lapangan Victoria-Hongkong, dua buah lapangan sepakbola penuh TKW!!

Calon Wurung

Arep nyang ndi?" pitakone kanthi ulat sujana.
"Yogja mbok," sumaure Sarwoto blaka.
"Ketemu sapa? Nek arep ketemu calon mantuku ya kana, ning nek mung arep kiya-kiya aja!" kandhane maneh. Tangane malang kerik, sikile mbegagah ngebaki lawang ngarep, ngadang kanthi polat ngancam marang Sarwoto.

Sarwoto unjal ambegan, meh dawa kaya sepur Argo Dwipangga jurusan Solo Balapan-Yogjakarta sing pangancange bakal ngebatke lakune tumuju kutho kang durung nate di weruhi kuwi.

Lanang dhuwur pideksa kanthi rikma sapundhak kang di jarke nyamun gulune kang dawa ngula-ula kuwi ndingkluk. Pikirane ambyur ing segara bingung lan wedi kang ora duweni pesisir.

"Nyuwun palilah lan pangestune, aku arep ketemu calon mantumu mbok," sumaure alon, meh wae ora keprungu amarga keslamur suara pitik blorok sing pating petok.

Oh ora! Kanggone nyi Sarwi suara kuwi mau bantere kaya mercon clorot dor sing kerep disumet ing prapatan ngarep omahe.

"Tenan? Ora goroh tho?"
"Tenan mbok, nek menawa cocok mengko..,"
"Rene le rene! ngganggoa klambine kangmasmu sing nembe tuku wingi kae, aja nganggo kaos oblong ngono kuwi. Mbok nek arep ketemu calon ki macak sing ngganteng sithik tho le..le.... Aja ngono kuwi, ora ilok. Kuwi rambute sing gondrong di potong dhisik kana. Oalah le...mbok ngomong kit wingi rak simbok isa mrenahke awakmu tho" pituture simbok, ulatane wes malih 180 drajat. Saka netrane ana rasa bungah kang audubillah gedhene.
Mantu! Calon mantu! Mengkono wola-wali kang ana ing pikire nyi Sarwi.

"Wes tho mbok, bocahe seneng aku apa anane kok. Ora usah ndadak macak barang, kaya wong wedhok wae," kandhane Sarwoto karo jumrantal nyaut jaket ireng kang cumenthel ing paku ing sak cedhake lawang. Rumangsa wes enthuk palilah dening simboke, Sarwoto ngeblas tanpa pamit maneh.

"Di tuturi wong tuwa kok suwala terus! Sida wurung tenan mengko sing dadi calonmu kuwi!" pambengoke nyi Sarwi karo getem-getem, gregeten nyawang anak ragile kang wes ngancik umur patang dasawarsa kuwi.

Degg!! Embuh sing kaping pirane omongan sing kaya mengkono kuwi keprungu dening Sarwoto. Biyen nalikane sepisanan ketemu Endah, kenya brang wetan omahe kang di sir udakara 2 tahun suwene lan nalikane dheweke wes yakin lan ngajak Endah bebrayan, tanpa dinuga sak durunge yen Endah nampik karep becike. Uga biyen kae nalika dheweke pacaran karo Lusi, kenya manis putrine pak Sukur, tembung penambik uga sing di trima. Banjur maneh sapa kae...ah embuh pirang kenyo sing nampik di jak bebrayan karo Sarwoto.

Kroncalan dening rasa kang ngebaki atine, wola-wali Sarwoto unjal ambegan. Ngliwati dalan tumuju stasiun Solo BAlapan netrane nyawang cah cilik gegojegan karo ibune. Uga nyawang cah cilik sing lagi nangis njaluk es krim marang bapake, lan uga nyawang wanodya ayu meh memper karo Fitri, kenya sing bakal di temoni, lagi mlaku reruntungan karo sisihane, kekarone lumaku alon, kala-kala sing lanang ngaras wetenge sing wadon kanthi kebak tresna. Sarwoto mesem kecut.

Sauntara kuwi uga keprungu suarane tukang ngamen kang ngobral lagu kang nemani atine Sarwoto, Cari Jodoh duweke Wali Band.
"Dancuk!" pisuhe Sarwoto karo ngebatke lakune.

Tanpa mangerteni kang ana ing omahe Fitri kang ana ing sacedhake stasiun Tugu, papan dununge Fitri, Sarwoto ngandelke tekad lan mupuk lemu rasa tresnane, ngronce tetembungan kepriye carane dheweke ngajak bebrayan karo Fitri lan kepriye mengko ngomong karo wong tuwane Fitri.

....

"Mas Totok!" panyeluke Fitri.

"Dhik Fitri!" sumaure Sarwoto.

Atine Sarwoto playon lan lunjak-lunjak, bungah. Oh..Pungkasane dheweke ketemu maneh karo wanodya ayu sing tansah ndekem ing pangimpene kuwi.

"Dhewe mas? Piye kabare?" pitakone Fitri.

"Dhewe," sumaure Sarwoto. Lambene dumadakan mendeg anggone mesem nalikane nyumurupi ana lanang gagah pideksa lan sarwa necis penganggone ngawasi kekarone saka udakara 5 meteran sakmburine Fitri. Mripate Sarwoto nyawang Fitri kanthi kebak pitakonan lan antuk wangsulan kang di rasa mecahke sakabehaning pangimpene.

"Aku di pacangake karo wong tuwaku mas," kandhane Fitri.

"oohh...," sumaure Sarwoto gumantung.

Lagi wae jam 3 sore, mung sepuluh menit anggone nemoni geganthilaning atine, Sarwoto nggegeri wanodya ayu kuwi tanpa pamit. Fitri ora nggondheli lakune lan Sarwoto ora mlengak memburi maneh.

Sarwoto sompok. Dheweke rumangsa salah sawijining lakon uripe wis paripurna. Panggung wis di padhangi dening cahya lampu, para pamirsa wis keplok-keplok, para pemain wis ganti sandangan lan bali nyang omahe dhewe-dhewe.

"Simbok, aku wes ketemu calon mantumu, calon wurung, wurung dadi mantumu," guneme alon kanthi netra krethil-krethil, ngguguk, kerem ing samudraning sedih sing embuh kapan tinemu watese.


@@kanggo mitraku ing Kuningan-Jakarta. "Dia bukan satu-satunya kawan, lihatlah dunia dari mata burung bukan dari dalam tempurung."

Babu Ngeblog Updated!

Blog ini mengalami masa hiatus yang sedemikian panjang, sempat di beberapa email dari kawan menanyakan ada apa gerangan? Himbauan untuk posting kembalipun banjir dari beberapa kawan, ada pula yang menyayangkan turunnya pagerank blog ini dari PR 3 menjadi PR 1. Terima kasih kawans atas dukungannya…

Semua itu karena sang pemilik blog(ya aq sendirilah…) lagi pulang kampung, menengok emak dan bapak dan menghadiri beberapa acara(halah gayane…). Eh tapi bener loh, ada acara Festival Sastra Jawa yang di gelar di Trenggalek Jawa Timur(sebagian foto di sini), ada karnaval(hehehehe…Rie Rie kebagian tugas dari pak lurah untuk turut mendandani pamong praja yang macak ala kethoprak, uhuuuiii....fotonya di sini) ups! Sempet bertemu dengan beberapa kawan dekat dan beberapa blogger, terlebih bisa cuap-cuap dengan pak Suparta Brata, Tiwik SA, Blontank Poer dan Pak Guru(sama P Blontank dan Pak Guru ga sempet ketemu, cuma lewat kawat/hp) dan banyak lagi lainnya.

Uiyah, makasih atas seseorang yang nganter Rie pulang dari Cepu-Padangan(makasih atas sego pecel nya, maap Statusnya jadi adik P. Hury, wkwkwk…). Trus sempet ke Yogja ketemu Afif(ga perlu di sebut linknya yah..) makasih dah nganter ke Malioboro untuk nyari oleh-oleh titipan dari si wedus Wanthy(Wanthy ngerjain Rie, hiks…). Trus ke jakarta ketemu mbak Uci, makasih dah nemenin Rie selama 2 hari dan makasih atas hotel terindah di Jakartanya yah, hehhe…) dan beberapa kawan yang lain. Munyuk…makasih atas ancol, monas dan gambirnya juga atas riding-ridingnya, hehehe… Munyuk-munyuk yang ga mau di sebutin nama dan linknya(awas lu!). Dan juga seseorang..eh dua orang…di Citos membicarakan tentang....(hohoho…rahasia!), makasih ice chocolatenya. Juga teramat makasih buat seseorang yang kujumpai di Rembang, unforgetable...

Eh iya makasih buat P. Hury yang sering nengokin Rie dan ngajak Rie muter-muter Blora lihat karnaval di Blora yang “njelehi” sehingga Rie milih potong rambut dan pijet sementara Pak Hury sibuk motret, hehehehe….

Makasih pada semua kawan dari Bojonegoro yang memberi kesempatan Rie untuk nyinden di depan warga desa Cakul-Dongko-Trenggalek dengan suara nggleyor seperti kaset nglokor, wkwkwkwk….pemaksaan suara, huahahaha….

Makasih pada mbak Ira dari Indo Suara Taiwan beserta temennya dan Kang Bon yang nyempetin dolan ke Blora.

Makasih pada semua kawanku…

(lho kok postingan kali ni tentang ucapan makasih, hiks...)

But, ternyata Rie Rie membawa virus, firus flu(untung bukan flu babi), hampir semua kawan yang ketemu Rie trus jatuh sakit, kesiaaan deh…

So, jadi….sepertinya bakal banyak yang akan kutulis, banyak yang akan kuceritakan, banyak yang akan ku complainkan….

Maka dengan ini Rie nyatakan BABU NGEBLOG UPDATED !!
(Halah gayane…..)post signature

Pahlawan Mimpi

Pada acara "A Taste of Culture" yang di adakan di Small World Kindergarten(sekolah TK Katelyn), semua anak memakai baju yang mewakili negara asalnya. Nicole dengan pakaian putri di jaman dinasti Tang(China), Edwina dengan kostum koala(Australia), Tong En dengan kostum Gaoshan(Taiwan), sedang Katelyn dan beberapa teman yang lainnya memakai pakaian China kebanyakan.

Ratusan jepret foto beserta rekaman video mereka telah aku ambil dan aku jengah. Di sana akulah satu-satunya pembantu atau babu di tengah-tengah para guru, anak-anak dan orang tua mereka, bosku berhalangan hadir.

Maaf, bukan aku hendak memberitakan tentang jalannya sebuah acara kanak-kanak dengan iringan lagu Twinkle Twinkle Little Star dan Haleluyyah yang membosankan, melainkan suatu hal lain yang menyinggung kepedulianku pada Indonesia(kalau tak boleh di bilang nasionalis).

Adalah Edward dan Emma yang kemudian menarik perhatianku, kostum yang mereka kenakan membuat pikiranku berloncatan dan percakapan singkatku dengan merekapun menjadikan renunganku di hari itu.

"Hi Edward, Emma! Nice costume," kataku pada mereka.

"Thank you. I'm Superman, you see," kata Edward.

"Yeah, and I am Wonder Women," kata Emma.

"I see. But why are you wearing these costumes?

"Cos they are hero, American Hero!" jawab mereka hampir serentak.

Seketika aku merasa telah salah kostum, melihat saat itu aku memakai celana jeans dan kaos warna biru, keduanya tidak mencerminkan Indonesia ataupun hero/pahlawan dari Indonesia. Detik itu juga aku membayangkan memakai kebaya ala Kartini atau kain merah putih yang melilit minim seperti peragawati, detik selanjutnya aku menyalahkan bayangan pertamaku tadi kemudian menggantikannya dengan sebuah sosok lain yang lebih pantas di sebut sebagai pahlawan untuk saat ini dan aku tersedak. Pilihannya banyak, namun aku belum yakin kalau mereka pantas aku pilih.

Bukan lantaran mereka tak mempunyai kekuatan super seperti halnya Superman ataupun Wonder Women, terbang tanpa sayap dengan keyakinan mantap, bukan.

Tapi karena mereka(pahlawan Indonesia) terlalu fasih menyanyikan lagu "Hero" daripada lagu "Kulihat Ibu Pertiwi" :
I can be your hero, baby.
I can kiss away the pain.

I will stand by you forever.

You can take my breath away.(enrique iglesias)

mendadak menjadi proffesional singer setara Enrique Iglesias, menyanyikan politik umuk dan menjanjikan multiple orgasme. bah!

Telah banyak fakta yang melenceng jauh dari janji para (katanya)pahlawan praja. Entah karena mereka telah dengan suksesnya mengubah kita menjadi gedibal yang bodoh ataupun mereka yang membodohkan diri sendiri. Keduanya adalah sangat mungkin.

Tingkat kemiskinan yang di kabarkan menurun(seperti dalam pidato SBY dalam sidang paripurna di gedung DPR/MPR) sangat ironis dengan fakta perebutan BLT dan atau perebutan zakat di pasuruan atau bahkan lebih ironis lagi bila di bandingkan dengan jumlah kekayaan yang menculek mata dari para penggede yang berebutan simpati dan kursi di atas punggung-punggung tak berdaging rakyatnya. Pengupayaan perbaikan ekonomi rakyat dengan memperbanyak pengiriman TKI ke luar negeri yang tidak di ikuti dengan pengakuan hak dan perlindungan yang layak adalah hal lumrah yang merupakan warisan dari generasi ke generasi kepemimpinan. Atau ingin bukti ketimpangan dan pelencengan yang lain?

Oh...mungkin Bonnie Tyler dengan "I need a hero" akan menjadi cocok untuk menggantikan lagu "Indonesia Raya"
I need a hero.
I'm holding out for a hero 'til the morning light.
He's gotta be sure
and it's gotta be soon
And he's gotta be larger than life!(Bonnie Tyler)

Sembari mengurut dada yang berkotang 32 D(cuilik men, hiks..), aku mempunyai sebuah pertanyaan yang di akhiri dengan sebuah tanda tanya yang amat sangat besar sekali:
Bila para penggede dan (katanya)pahlawan bangsa menggunakan kuasa dan kekuasaannya melenceng jauh dari janji dan tujuan semula, apakah kita siap dengan kemungkinan yang terparah?


post signature

Flu Babu

Dengan kepala pusing, bersin-bersin, batuk, hidung tersumbat, ingusan, radang tenggorokan, sariawan dan demam yang datang pada satu waktu, aku merasakan dirikulah pemilik dari 8 keajaiban dunia.

Selama sebulan blog ini tak tersentuh, karena flu datang dan pergi dan datang lagi, hingga saat aku menuliskan postingan ini ianyapun belum sepenuhnya pergi.

4 kali kencan dengan dokter membuatku menangis. Bukan karena kuitansi yang harus kubayar(khan ada asuransi) tetapi karena oleh-oleh yang di berikan sang Dokter berupa obat warna-warni dan aneka macam. Aku takut minum obat. Bayangkan, dengan 1 gelas air baru aku bisa menelan 1 biji obat, sedangkan setidaknya ada 5-6 biji obat yang harus kutelan, berarti....6 gelas??!! Oh tidaaaakkkkk...!!

Pergantian cuaca di Hongkong membuatku sakit, di tambah dengan pekerjaan yang semakin padat hingga larut jam 11.30 malam baru terselesaikan. Masihpun memaksakan diri untuk membuka internet ataupun membantu beberapa teman menginstall netbook atau memindahkan foto dari memory card ke CD. Tenagaku benar-benar terforsir melampaui kemampuanku. Dan kalau flu ini kudapatkan, inilah akibat dari tidak menghormati dan mengerti kebutuhan jasmani diri sendiri, setimpal.

Ada beberapa kenangan unik selama aku flu. Ketika aku di haruskan memakai masker(karena bersin dan batuk) yang tampak hanyalah dua butir mataku yang memerah dan berkaca-kaca membuat orang di sekelilingku takut. Apalagi saat ini sedang ramai-ramainya swine flu/flu babi. Itu membuatku kesulitan untuk bertanya ketika aku tersesat jalan atau bingung, tiada sesiapapun yang mau menjawab pertanyaanku, itu susahnya.

Tapi akulah raja di MTR(kereta bawah tanah) karena tidak ada orang yang berani mendekatiku aku bisa duduk dengan leluasa, 6 deret kursi hanya milikku. Hal ini menelurkan ide yang cemerlang bagiku. Kebiasaan burukku sampai saat ini adalah memakai masker di MTR dan pura-pura batuk hingga semua orang menghindar dariku dan aku bisa menguasai banyak kursi, hehehe...

......

Sayang sekali aku terlewatkan beberapa momen penting yang bisa dijadikan tulisan menarik(setidaknya bagiku) untuk di renungkan...
Ada pesta budaya di Hongkong, hari buruh, hari ibu, penipuan terhadap TKW, gonjang-ganjing kenaikan upah TKW lokal dan migran, caleg...dan banyak lagi. Hopefully I can catch up with other news/story soon... Happy blogging to you and meself....!!

post signature


Cute Dog VS Cute Babu

Langkahku lebar-lebar menarik tangan momonganku, Katelyn, dengan tangan kiriku. Sementara Katelyn berusaha mensejajarkan diri dengan berlari-lari.

"Not too fast, not too fast!" protesnya.

Aku berhenti. Kulihat dia tampak kepayahan dan bersungut-sungut. Di wajah imutnya  tergambar kejengkelannya padaku. Kulirik tatanan rambutnya, masih rapi. Dan roknyapun menggantung indah di tubuhnya dan berkibar-kibar ditiup angin.

"Sorry," kataku.

Kami kemudian berjalan pelan menuju Central Library, perpustakaan pusat Hong Kong.

Di belakangku sana masih terlihat kerumunan anak sekolah yang mengelilingi hewan berkaki empat yang bermuka seperti anjing.

Makhluk hidup berkaki empat yang mempunyai nasib sepuluh kali lebih beruntung dariku. Yang digendong mesra oleh seorang nyonyah superdupercerewet dan sok cantik dengan high heel 10 inchi dan eye shadow seperti sinden kesiangan.  Duh, hatiku bergemuruh.

Katelyn tadi sempat menarikku ke kerumunan tersebut, curious selalu menjadi sifatnya. Selalu ingin tahu segala hal yang menarik perhatiannya. Di sana, si nyonyah superdupercerewet dan sok cantik dengan high heel 10 inchi dan eye shadow seperti sinden kesiangan itu sedang memamerkan makhluk tuhan paling menjengkelkan. Hewan berkaki empat itu menjulur-julurkan lidahnya padaku seakan ingin berkata begini: "Hai babu! Aku anjing tercantik dan terberuntung bukan?"

Sialan!

Si nyonyah superdupercerewet dan sok cantik dengan high heel 10 inchi dan eye shadow seperti sinden kesiangan itu berkoar-koar tentang predikat yang baru diterima oleh anjingnya.

"My son (anjing itu) just won a competition, the prettiest dog in town," katanya seraya memamerkan medali kemenangan tersebut. "He is so cute, isn't he?" tambahnya lagi.

Semua orang yang kebanyakan adalah anak-anak SMP St. Paul itu mengangguk-angguk menyetujui di barengi dengan serentetan pujian lainnya. Bah!

"Look cece, it's so cute. Verry handsome dog," Katelyn trut memuji.

"It's only a dog. You are cuter than him," jawabku pada KAtelyn.

Pernyataanku yang spontan tadi kiranya membuat hati si wanita superdupercerewet dan sok cantik dengan high heel 10 inchi dan eye shadow seperti sinden kesiangan itu mendidih.

"Hey you! You are so impolite! Your employer's doughter know how to behave, but your behavior is no where to be seen. Has you got your brainwash to forget how to behave? So impolite!" kata wanita superdupercerewet dan sok cantik dengan high heel 10 inchi dan eye shadow seperti sinden kesiangan itu.

"Sorry, it's only a dog. So what? I wouldn't praise it more than a baby should have. It's only a dog," jawabku.

Kutarik tangan Katelyn menjauh dari kerumunan tersebut. Si wanita superdupercerewet dan sok cantik dengan high heel 10 inchi dan eye shadow seperti sinden kesiangan itu mengomel dan marah tak keruan. Anak-anak St. Paul juga ada yang turut mengomel.

Dunia ini sungguh tak adil dan kejam. Kenapa lebih memihak kepada makhluk tuhan paling menjengkelkan tersebut? Tahu enggak? Dulu aku pernah digigit anjing hingga harus di suntik rabies. Saat itu aku baru SD kelas 2, pantatku menjadi perhatian seekor anjing superjelekdanjahat. Dan serta merta saja dia menggigit keras hingga rokku sobek dan bokongku berlobang, dan si empunya anjing hanya melihat dari dalam rumah saja kemudian memanggil masuk anjingnya tanpa melihat ataupun menanyakan keadaanku.

Ketika bapakku melabrak si empunya anjing, jawaban yang di diberikannya adalah, "Itu khan anjing tho pak, mau gimana lagi?"

Beruntung kemudian keesokan harinya didapati anjingnya telah terlindas truk.

So? It's only a dog, so what gitu loh???

Kesempatan dalam Kesempatan

Lima buah netbook Lenovo S9 aku bawa dengan perasaan riang. Berat tubuhku seolah seperti kapas, melayang ringan hampir tak berbobot. Terbang bersama debu-debu di sepanjang Great George Street setelah semenit yang lalu turun dari sebuah mall yaitu Windsor House yang berada di Causewaybay. Sedemikian ringan hingga membuaiku sendiri dalam bayangan antara dolar hongkong dan rupiah Indonesia.

Aku merasa terbang meninggi dan semakin tinggi hingga menyentuh awan-awan yang lembut. Setiap satu langkah seperti satu lompatan indah menuju awan putih yang lain. Namun mendadak sudah tak ada awan putih lagi di hadapanku dan langkahkupun terhenti total. Dua awan hitam diam menghadangku. Dan tiba-tiba saja sebuah kilat menyambarku.

"Lei keh sanfencing a, emkoi!" kata seorang polisi.

"Your ID card, please!" kata polisi satunya lagi.

Awan hitam itu menjelma sebagai dua orang polisi yang tinggi tegap berseragam biru. Dengan pistol menggantung di samping kanan pinggangnya. Tak ada tanda-tanda bahwa mereka marah kepadaku namun tak ada juga tanda-tanda bahwa mereka ramah. Wajahnya begitu datar, ekspresi yang terlihat adalah keseriusan akan pekerjaan yang mereka jalankan.

"Siuce, san fencing a emkoi! Your ID card!" kata polisi pertama lagi, nadanya meninggi.

"Sanfencing? ID card?" bathinku. Mengapa mereka meminta KTP Hongkongku? Apa kira-kira kesalahanku? Apakah aku mencurigakan?

Kuletakkan dua tas yang berisikan netbook tersebut kemudian mengambil Ktp yang tersimpan di dompet yang menggantung di leherku. Kuserahkan kepada mereka dengan sebuah pertanyaan, "Why? Did I do something wrong? Ngo yau me cho cek(Apa aku berbuat salah?)?"

"Mo ye lah, ngotei check ha kamma(Tak ada apa-apa, kami hanya ngecek saja)" kata polisi pertama.

"Lei come ling kemto ko netbook keh?(Mengapa kamu membawa banyak netbook?)" tanya polisi kedua.

Aku berpikir sejenak, kalau aku salah memberi jawaban, saat itu juga mereka akan membawaku ke kantor polisi di interogerasi untuk kemudian di laporkan ke Imigrasi, sedangkan 20 menit lagi aku sudah harus berada di tempat les Mandarin Katelyn, jam 11 les Mandarinnya selesai. Saat itu jam 10. 40.

Hari itu kebetulan adalah jadwal les Mandarin Katelyn. Biasanya aku menunggunya di hingga selesai les. Pikirku daripada aku menunggu selama satu jam lima belas menit di sana, lebih baik aku menuju ke Computer center di mall Windsor House untuk mengambil pesananku(5 buah lenovo S9), yang aku pesan secara online seminggu yang lalu yang sebenarnya tinggal menunggu kurir untuk mengantarkannya. Dan, ah aku sudah tak sabar menunggu kurir sehingga hari itu aku berinisiatif untuk mengambilnya sendiri. Toh hanya netbook saja, masing-masing hanya 1,2 kg saja, pasti tak berat, pikirku.

Seminggu sebelumnya aku mendapat kabar dari bos bahwa di mall Windsor House ada netbook kosong(tanpa hardisk) yang di jual murah. Selang beberapa jam kemudian beberapa sms segera aku kirimkan kepada teman-temanku, dan ketika aku mengajak Kateln untuk bermain di tamanpun aku sempat bercerita tentang netbook tersebut kepada kawan-kawanku di sana. Singkat kata mereka tertarik dan menyuruhku untuk memesan, membeli sekaligus menginstall windows beserta beberapa aplikasi lainnya untuk kemudian mereka memberiku upah atas susah payahku. Aku setuju, pikirku inilah yang di sebut simbiosis mutualisme yang sebenarnya, kami sama-sama beruntung. Mereka bisa mendapat netbook dengan harga jauh lebih murah sedangkan aku bisa mendapat upah, adil bukan?

Menginstall tak membutuhkan waktu lama, hanya satu jam untuk satu netbook dan upahnya lebih banyak daripada saat aku mencoba menjual nasi bungkus keliling di Victoria Park kemarin hari. Kemarin hari waktu liburku aku mencoba menjual beberapa nasi bungkus keliling lapangan Victoria(hanya penasaran saja pengin nyoba seperti mbak-mbak yang lain). Mungkin karena aku tak berjiwa dagang atau mungkin karena wajahku tak meyakinkan dan suaraku saat meneriakkan tawaran nasi bungkus tak selantang mbak-mbak yang lain atau mungkin karena terlalu banyak penjual nasi bungkus hari itu sehingga setelah berjalan keliling selama 3 jam baru 20 nasi bungkus tersebut habis. Dan uang yang kudapatpun tak sebanding dengan capek di kakiku dan suara serakku.

Dan di banding dengan uang yang kudapat saat aku mengamen cara baru di Victoria park, yang semakin hari semakin menurun peminatnya, menginstall komputer ini lebih mengasyikkan. Taukah apa artinya mengamen cara baru tersebut? Begini, ku download iTune di laptopku(laptop pinjeman dari bos) kemudian meminjam CD dari teman dan perpustakaan Hongkong untuk di convert ke MP3(go n try it!!!). Berbekal seabrek lagu di laptop pinjeman tersebut, maka aku duduk manis dengan menggelar plastik di Victoria Park dan menawarkan bantuan untuk mentransfer lagu ke MP3 atau Hp teman-teman(tkw) yang lalu lalang di hari libur tersebut dengan mematok harga murah 40 sen perlagu. Minggu pertama, kedua dan ketiga berjalan sempurna, namun dengan semakin pandainya mereka(tkw) juga semakin up to date-nya HP mereka(bluetooth) maka semakin menurun pula pendapatanku dari mengamen cara baru tersebut.

"Siuce, lei mei tap ngo. Timkai lei ling kemto ko netbook keh?(Nona kamu belum menjawabku. Mengapa kamu membawa banyak netbook?)" tanya polisi kedua lagi.

"Timkai? Mengapa? Yanwai ngo lopan kiu lo. Bosku nyuruh saya mengambil netbook ini. Sekarang bolehkah saya pergi karena saya harus menjemput momongan saya jam 11," kataku. Aku cemas karena kudengar polisi pertama menelpon petugas imigrasi. Namaku di sebut-sebut, dia(polisi pertama) juga menanyakan perihal aku kepada petugas imigrasi dan saat itu menit demi menitpun berlalu tanpa aku bisa berbuat apa-apa.

"Pak, bolehkah saya pergi sekarang? Momongan saya sudah hampir keluar dari lesnya. Kalau dia tidak melihat saya di sana pasti dia akan berteriak-teriak mengangis," kataku padanya.

"Tang tang a. Lei ke bosi number leh?(tunggu. Nomer telpon bosmu mana?)" tanya polisi kedua.

Aku semakin gelisah. Saat itu tak seharusnya aku klayapan. Seharusnya aku duduk manis menunggu Katelyn keluar dari lesnya. Dan kalau aku menelpon bos dan mengatakan kalau polisi menghadangku sedangkan ada lima buah lenovo S9 bersamaku apa kata mereka nanti, pikirku.

Nekat, serta merta ku dial nomer telpon bos. Kukatakan padanya kalau dua orang polisi menghadangku dan mereka mencurigaiku karena aku membawa lima buah lenovo S9. Beruntung bos pengertian, karena sewaktu aku memesan netbook kemarin mereka mengetahuinya, dan merekalah juga yang meminjamiku beberapa soft ware.

Polisi pertama bercakap-cakap dengan bosku. Dalam bahasa kantonis fasih yang tidak aku kuasai sepenuhnya. Dan kemudian menutup pembicaraan, menyerahkan hpku kemudian mengucap terimakasih dan maaf karena telah mengganggu tugasku. Aku lega. Segera saja aku setengah berlari menuju tempat les Katelyn. Baru beberapa menit sebelum sampai aku di tempat les Katelyn aku dikejutkan lagi oleh dering HP ku. Mr. Wong, demikian tertera pada layar Hp ku.

"Cece, we will talk about it tonight," katanya tegas. Oh ya pasti, beberapa wejangan akan didendangkan oleh sang bos. Duh...

Ada 19 netbook lenovo S9 yang berhasil aku install(sekarang sudah ga ada stok lagi, hiks..), untuk kemudian aku bisa memiliki netbook sendiri(membeli netbook lenovo S10) tanpa mengurangi gajiku. O iya, pernah juga mencoba menginstall Mac(macintosh) ke lenovo S9 dan berhasil. Ada yang mau coba?


post signature


Seharusnya Kartini Ngeblog

SK Presiden RI (Ir. Soekarno) No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 tentang penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dan hari lahirnya (21 April) dijadikan sebagai peringatan hari besar/hari nasional.

Adalah penghargaan tinggi oleh wanita tinggi(drajatnya) seperti Kartini, yang lahir dari kalangan ningrat dengan kemudahan dan keberuntungan yang di perolehnya lebih dari wanita pada jamannya.

Ketika seorang wanita diamuk gelisah(gelisah dengan sistem yg tak adil dan menciptakan jurang kaya-miskin yg lebar) dan ketika seorang itu adalah Kartini, seorang anak bupati Jepara yang jiwa nasionalisnya terbukti sekaligus teruji sekaligus mempunyai rasa cinta dan pengertian terhadap kemajuan(pendidikan) putrinya, maka tak heran pengaruh yang di timbulkannya sedemikian hebat. Pemikirannya(pemikiran Kartini) yang kritis sampai saat inipun masih relevan.

105 pucuk surat, catatan harian Kartini, sebuah sajak, dan sebuah Nota tentang pendidikan dan pengajaran, yang di maksudkan untuk dikirimkannya kepada pemerintah Belanda, seperti yang terangkum dalam buku “Door Duisternis Tot Licht” yang disusun oleh JH Abendanon yang kemudian diterjemahkan oleh Balai Pustaka, Armijn Pane yang lebih kita kenal dengan “Habis Gelap Terbitlah Terang"(yang kenyataan sebenarnya adalah habis gelap belum terang beneran), adalah bukti bahwa Kartini adalah seorang pemikir dan berkeinginan untuk mentranformasikan pemikirannya kepada orang lain.

Seandainya pada jaman Kartini dulu sudah ada Internet, saya yakin dia akan ngeblog dan menjadi selebriti blog yang kondang, melebihi nama-nama beken seperti nDara Kakung, Hakim Tea, kang Rohman, Kang Noval atau mbak Maya. Sehingga dia bisa menuangkan pemikiran, memanfaatkan teknologi komunikasi informasi untuk berinteraksi, melakukan transformasi dan memberikan inspirasi.

Dan berbicara tentang menuangkan pemikiran, siapapun juga bisa menjadi pemikir, tak hanya Kartini. Kelebihan dari Kartini adalah dia datang dari, kepada, dan pada waktu yang tepat yaitu datang dari keturunan ningrat anak bupati, kepada Nyonya Abendanon, Ovink-Soer dan Nona Zeehandelaar yang pinter dan berpengaruh, waktu agama masih belum mampu untuk meluruskan adat kuno yang kolot.

Dan oh ya, saya sudah tak sabar ingin menulis surat untuk Nyonya Abendanon, Ovink-Soer, dan Nona Zeehandelaar dan bercerita tentang polah laku para politikus "umuk" dan diskriminasi pada wanita Indonesia khususnya pada Buruh Migran Indonesia(babu), untuk kemudian di bukukan dalam mmm... mungkin, mmm... "Sudah Terang tapi masih Byar Pet", hum....

Kartini hanyalah seorang pemikir, blogger juga seorang pemikir asalkan blognya tak melulu bertemakan blog keluh kesah saja tetapi juga berupaya untuk saling berbagi, mengeluarkan ide atau opini ataupun kritik yang diharapkan bisa mendapatkan tanggapan positif sekaligus diskusi interaktif yang positif pula.

Masih terngiang celotehan terdahulu:

...dalam versi saya, perayaan Kartini adalah perayaan kebangkitan wanita, sebagai tonggak atas munculnya pemikiran-pemikiran dan kesadaran untuk mensetarakan dirinya dengan laki-laki. Pemikiran-pemikiran yang menjadi arus besar yang membawa gelombang jaman dengan semangat jaman bukan menoleh pada peradaban beku yang berkebudayaan masa lalu.

Wanita Indonesia yang menjadi pahlawan adalah wanita(siapapun dia) yang bisa membawa bangsanya ataupun sesiapa pada peradaban dunia yang lebih maju bukan dikekang demi sebuah arus kebodohan atau keuntungan politik.


Mungkin kelak akan ada hari Rie Rie, hari mbak Maya, hari lady Ellen, hari ....peblogger wanita lainnya. Tidak hanya hari Kartini saja. Dan tidak hanya menandai hari kebangkitan wanita(bukan hari Kartini) dengan jarik dan kebaya saja tetapi juga dengan ngeblog.

Selamat hari kebangkitan wanita!!



post signature


Capres ataupun Caleg, Aku PKB

Selamat pagi dan selamat datang tanggal 9 April 2009.
Sebuah sejarah baru yang hendak ditorehkan di buku sejarah perpolitikan Indonesia, pesta demokrasi (katanya demokrasi) pemilu 2009.

Hidup memang sebuah pilihan tapi PKB bagiku bukan sebuah pilihan melainkan destiny, takdir. PKB adalah takdirku. Lepas dari ke-43 partai lain yang kesemuanya menjanjikan diri sebagai pembela rakyat, partainya rakyat (rakyat yang mana??) de el el. Hingga setiap caleg maupun capres layaknya penjual balon yang menjanjikan warna-warni indahnya kehidupan tetapi begitu balon itu di terima segera saja meletus di udara dan yang tertinggal adalah tali yang melilit-belit tak dapat terlepaskan. Well, siapa suruh beli balon, emang anak kecil??

Dan..ya benar PKB adalah takdirku karena aku tumbuh di sana. Kepala dan hati yang keras ini karena gemblengannya. Airmata ini juga karenanya. Tak heran bahwa pemilu kali ini atau pemilu-pemilu yang akan datang aku tetap PKB. Bahkan ketika pemilu yang diadakan pada tahun 1999 pun aku PKB. Heran? Khan aku sudah bilang kalau PKB itu takdirku.

PKB, Putri Kelahiran Blora.
Bukankah aku PKB? Putri Kelahiran Blora?? got U!!

Bila Babu Berevolusi


"We are not a nation of servants! We are not a nation of slave! We are..We are a nation of professional workers! NO RACISM, NO DISCRIMINATION!!"

Suara itu terdengar menggelegar dari seorang bernama Delia(34) pembantu rumah tangga asal Filipina. Suara-suara seruan lain yang senada juga terdengar dari pedemo yang berjumlah lebih dari 1000 orang yang berarak mengelilingi Central - Hong Kong pada minggu, 5 April 2009.

Sebuah artikel yang ditulis oleh jurnalis kenamaan Hongkong, Chip Tsao, di HK Magazine tanggal 27 maret menjadi pemicu kemarahan warga Filipina yang berada di Hongkong tersebut. Tsao dalam tulisannya yang berjudul "War At Home" telah menoreh luka yang dalam di hati warga Filipina dimanapun mereka berada, khususnya bagi para pembantu rumah tangga Filipina yang berada di Hongkong. "As a nation of servants, you don't flex your muscles at your master, from whom you earn most of your bread and butter," tulis Tsao.

Sengketa diplomatik antara Cina dan Filipina mengenai kepulauan Spratly yang diyakini mempunyai cadangan mineral dan minyak yang melimpah membakar jiwa patriotik Tsao. Tsao yang menamakan dirinya sebagai "Patriotic Chinese Man" pun telah memulangkan pembantunya yang dinilai membangkang secara terang-terangan juga diyakini sebagai musuh di dalam rumahnya. "I would have to end her employment and send her straight home, because I would not risk the crime of treason for sponsoring an enemy of the state by paying her to wash my toilet and clean my windows 16 hours a day. With that money, she would pay taxes to her Government, and they would fund a navy to invade our motherland and deeply hurt my feelings."

Kendati permintaan maaf telah disampaikan oleh Tsao juga HK magazine namun demo masih tetap di gelar, sekaligus sebagai tuntutan kepada pemerintah Hong Kong untuk memberikan dan melindungi hak-hak warga Filipina yang berada di Hongkong juga memberikan sanksi kepada mereka yang telah melakukan tindak diskriminasi.

Di lain tempat, para buruh migran Indonesiapun tak kalah gigihnya melakukan demonstrasi. Bertolak dari 3 titik yaitu lapangan rumput(Victoria Park), kolam perahu dan di depan perpustakaan Causewaybay-Hongkong, massa yang telah tergalang berkumpul di samping SOGO(sebuah departement store)-Causewaybay. Selanjutnya massa berarak menuju KJRI dengan kawalan ketat para polisi.

Massa yang adalah Aliansi BMI-HK cabut UU no. 39 yang terdiri dari 41 organisasi Buruh Migran Indonesia tersebut melakukan orasi sekaligus menyuarakan 3 tuntutan yaitu:
1. Mencabut UUPTKILN No. 39/2004.
2. Meratifikasi Konvensi PBB Tahun 1990 tentang perlindungan buruh migran dan keluarganya.
3. Melibatkan BMI dalam setiap proses pembuatan kebijakan buruh migran.

UUPTKILN(Undang-Undang Penempatan dan Perlindungan TKI ke Luar Negeri) No.39/2004 dinilai hanya menitik beratkan pada pengaturan penempatan TKI tanpa memasukkan kebijakan ataupun perlindungan kepada TKI. Sebuah UU yang di buat oleh birokrasi politik yang alih-alih sebagai pengaturan penempatan dan perlindungan TKI tetapi sebenarnya adalah usaha mengekspor TKI dengan mudah tanpa adanya pengakuan hak yang sebenarnya dan tanpa adanya perlindungan yang berarti. Ironis bukan?

Terlebih dengan adanya pesta negara yang akan di gelar besok pada tanggal 9 April(Pemilu) maka semakin tersisih bahkan terlupakan pula kondisi dan kebutuhan sebenarnya TKI.

"Ketika UUPTKILN no 39 di sahkan, ketika itu pula pemerintah melepaskan kewajiban yang seharusnya di berikan kepada TKI-nya, warganya. Dan sepenuhnya TKI di kuasai oleh PJTKI, yang kita tahu sendiri bahwa PJTKI itu hanya mau untungnya saja. Nah, devisa yang kita berikan kepada negara sekian milyar pertahun itu kemudian apa yang diberikan kepada kita?" kata Iweng di saat orasinya.

"Dan sekarang di saat pemilu sudah di ambang pintu, kenapa kok kita diuber-uber untuk memilih?" tambahnya pula.

Ingar-bingar politik di Indonesia, pemilu, perebutan kursi hingga onani, maaf, orasi di pinggir jalan sampai blusukan(kunjungan) yang tidak pernah dilakukan sebelumnya dan yang kini(terpaksa) dijalankan untuk mencari simpati masyarakat adalah pengulangan sejarah perpolitikan Indonesia. Suatu pengulangan kebodohan politik yang entah dikarenakan kurang sadarnya masyarakat(karena bodoh-kurang pendidikan & pengetahuan) atau karena kepandaian penguasa yang mampu memutarbaliktengkurapterlentangkan situasi demi keuntungan pribadi.

Di sini, revolusi adalah keharusan. Dan di sini(Hong Kong) para buruh migran asal Filipina maupun asal Indonesia memperjuangkannya. Revolusi yang kita kehendaki adalah mutlak, tak peduli meski buruh, pembantu, babu, maid, helper or whoever yang menyuarakannya.


post signature


Kapan Kamu Nikah?

"Kapan kamu nikah?" tanya Chamid temenku beberapa bulan yang lalu.

"Setelah kamu," jawabku cuek.

"Insyaallah kalau kontrak ini selesai aku mau pulang nikah. Tapi kemudian balik sini lagi, kerja lagi 2 tahun lagi," kata Chamid sambil mendesah.

"Orang sudah nikah kok ditinggal," kataku.

"Habis mau gimana lagi, lha wong belum ada celengan. Kamu khan tahu aku nyekolahin adikku, dua masih kecil-kecil, sedangkan adik lakiku yang besar, kemarin baru saja nikah.
Hhhh....kecelakaan," kata Chamid mendesah.

Kecelakaan, pikirku. Aku tahu di desa-desa semboyan seperti LKMD amatlah wajar adanya. Bukan lantaran semboyan tersebut begitu merakyat melainkan karena semboyan tersebut akrab dengan kehidupan yang serba simple tapi grusa-grusu. Ups! LKMD yang saya maksud adalah Lamaran Keri Meteng Dhisik (lamaran belakangan hamil duluan).

Dan hari ini tepatnya tgl 3 April sebelum bertolaknya Cathay Pasific menuju Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Chamid masih sempat bertanya padaku lewat telepon, "SLI(nama panggilan akrabku olehnya), SLI kapan nikah?"

Aku tersenyum. Pikirku, ah itu pertanyaan yang lumrah yang gampang saja aku jawab dengan: kapan-kapan atau kalau sudah ketemu jodoh atau kalau sudah sampai waktunya atau cukup dengan tertawa hingga nampak ke-32 buah gigi-gigiku yang kakakku bilang miji waluh (besar-besar dan tak beraturan).

Namun di hari ini, di hari yang sama dan dengan pertanyaan yang sama pula, aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu dengan kapan-kapan atau kalau sudah ketemu jodoh atau kalau sudah sampai waktunya atau tertawa hingga nampak ke-32 buah gigi-gigiku, karena sang penanyanya adalah bapak. Seorang yang tidak pernah menyinggung sedikitpun kepadaku tentang hal itu, seseorang yang membebaskan aku untuk memilih dan mengamini semua keputusan yang aku tetapkan.

Entahlah, kalau terjadi maka terjadilah. Aku tak hendak memaksa diriku dengan menyumpali pemikiranku tentang  akan ada atau tidaknya seseorang dalam hidupku di kemudian hari. Bukan lantaran keputusasaan namun ada banyak hal yang sama nilai atau bahkan jauh lebih tinggi nilainya ketimbang hanya memikirkan hal itu dan menjadi priorritasku untuk saat ini.

Bapak, maafkan anakmu ini yang tidak bisa menjawab pertanyaan dan harapanmu. Maafkan atas keputusanku ini. Pak, dua bulan lagi anakmu ini akan pulang, tunggu aku dengan senyummu yang dulu. Yang sehat ya pak. Love you pak...so very much.

Titip Rindu Buat Bapak

Mendengarkan tangisnya kemarin yang pecah di tengah-tengah sesak nafas dan batuk yang beriak darah yang tak berhenti sepanjang hari, mendadak aku mengutuk sebuah benda yang menjadi surga bapak selama muda hingga tuanya itu, rokok.

Kemarin dokter sempat berbicara padaku tentang paru-paru bapak yang semakin payah, aku tak bisa berkata apa-apa, hanya menjadi pendengar dengan hati pilu teriris juga geram tertahan dan sesal tiada arti.

Bapak dulu seorang berbadan kekar, tinggi, gagah. Aku masih ingat ketika borok di kakiku semakin membusuk dan tiada sesiapa mau menyentuhku, bapaklah yang menggendongku ke dokter, mencuci bersih kakiku dengan air yang berwarna seperti betadin, mengeringkannya kemudian memoleskan salep merata di kedua belah kakiku. Aku masih ingat, akan selalu ingat ketika aku berteriak-teriak kesakitan karena salep tersebut seperti membakar kulit kakiku, bapak membentakku.

"PLAKK!" bapak menampar keras pipi kiriku. Meninggalkan goresan merah, semerah kulit yang baru di keroki, sebanyak empat garis melintang yang adalah gambar empat ruas jari kanannya yang kekar.

"Kowe pengin mari apa ora! Aku ki pengin kowe ndang mari, ndang sekolah! Ape dadi apa nek sikilmu bonyok? Ape dadi open terus? Terus sing ngopeni aku sapa?"
(Kamu ingin sembuh enggak? Aku igin kamu segera sembuh, segera sekolah! Mau jadi apa kalau kakimu membusuk? Mau dirawat terus? Lalu yang merawat aku nanti siapa?)

Waktu itu aku kelas 3 SD, sebuah penyakit kulit yang akrab di sebut kurma menguasai kedua belah kakiku. Kurma, penyakit kulit yang amat menjijikkan, menyebabkan kedua kakiku membengkak dan mengalirkan hawa panas di sekujur tubuhku. Semula bintil-bintil kecil yang berwarna kuning tampak menggerombol, tumbuh dengan cepatnya hingga keesokan harinya sudah pecah dan mengeluarkan nanah dan berbau amis yang amat menusuk.

Tiada satupun temanku yang mendekatiku. Aku tahu perasaan jijik mereka juga larangan dari orang tua mereka tentulah yang menghalangi mereka untuk mendekatiku. Masa kecilku adalah masa kesendirian, kesepian dan tersisih. Tak ada cerita yang bisa aku tuturkan tentang teman-temanku yang bermain riang bersamaku, karena kenyataannya tidak ada teman yang bermain riang denganku. Bagaimana mungkin aku menceritakan sesuatu yang tak pernah ada? Aku bukan pendusta.

Bapak sempat bercakap sebentar denganku kemarin, dengan nafas memburu antara ingin mengucapkan banyak hal tetapi hanya tersekat di kerongkongan, tak mampu dikeluarkan seutuhnya.

"Aku kangen ndhuk," katanya.

"Saya juga kangen pak. Pak, dirawat di rumah sakit saja pak," kataku takut.

"Aku ga mau mati di rumah sakitttttttttt...!!" teriak bapak kemudian di iringi batuk dan suara nafas satu-satu.

"Sudah jangan ngomong gitu sama bapak," kata mbak Titik, kakakku.

"Kalau kamu omongin rumah sakit dia malah ga bisa diam, malah tambah parah," tambah kakakku. Di belakang sana kudengar sayup-sayup tangis emakku dan suara keponakanku berseru,"ndang mulih lik!(Cepat pulang lik).

"Kowe gak pengin ketemu aku ta ndhuk? (kamu enggak kepingin ketemu aku ndhuk?)" tanya bapakku dengan suara berat.

"Ingin pak ingiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnn sekali, saat ini juga aku ingin terbang dengan pesawat apapun agar bisa segera berada di sampingmu, tapi enggak mungkin," jawabku. Air mataku jatuh satu-satu.

Di sini, aku tertambat kertas hijau muda yang hanya dua lembar saja itu, yang mengikat kebebasanku. Kertas hijau muda yang adalah kontrak kerjaku sebagai pembantu, babu di negara Cina yang kaya ini.

"Biar di rumah saja, biar aku rawat di rumah saja, jangan paksa bapak lagi, jangan suruh ke rumah sakit lagi. Ini bukan masalah uang ndhuk, tapi bapak enggak bisa kalau nginep di rumah sakit," kata kakakku.

Aku iri dengan kakakku yang bisa mendampingi bapakku di saat-saat dia sakit begini. Dulu aku yang selalu menjaga bapak ketika beliau sakit. Aku yang mengeroki punggungnya, yang memijitinya, yang membantunya makan ataupun membuang pispotnya, tapi kini...?? Anugrah seperti itu bukan lagi milikku. Aku iri dengan kakakku yang bisa mendengarkan suara batuk bapakku atau teriakan minta ember untuk tempat meludah ataupun pispot untuk berak, aku iri. Seharusnya aku berada di sana, di sisi bapakku.

Aku diliputi rasa takut, ketakutan yang belum pernah aku miliki sebelumnya, sungguh aku takut. Takut kalau bapak belum sadar bahwa aku mencintainya, takut kalau bapak belum tahu bahwa aku merindukannya dan takut teramat takut kalau bapak meninggalkanku tanpa aku bisa melihatnya.

Kawans, maaf kalau postinganku ini tak berkenan, sungguh aku merasa seandainya bapak tak sempat tahu cintaku padanya atau rinduku padanya setidaknya bukan kupendam saja di sudut kerongkonganku dan di sela isak tangisku. Setidaknya kukatakan juga padamu, pada diaryku sebagai bukti tertulis bahwa aku memikirkan kesehatannya siang dan malam.

Berbahagialah bagi kalian yang masih bisa menatap orang tua dan bersama beliau di saat-saat beliau membutuhkanmu, aku ini anak tak berguna, sungguh tak berguna.

Innalillahi Wa Innalillahi Rojiuun

Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT...

Sudah lama dia mendampingiku, di setiap tugas dan kelakarku. Namun sekiranya usia adalah rahasia Tuhan. Tua, muda, ianya bisa mati kapan saja.

Ada tanda-tanda kematian sebelum kecelakaan yang mengenaskan itu merenggut nyawanya, dia sering error. Kadang juga membuatku jengkel karena di saat yang amat-sangat-darurat-sekali-banget dia malah ngambek. Seperti kemarin dulu misalnya, saat aku berada di situasi genting(segenting keadaan di jalur gaza) dia malah menutup mata, entah tertidur entah pingsan. Beberapa kali aku guncang-guncangkan di udara juga termasuk memukul-mukulkannya di atas meja tetapi tetap saja dia menutup mata. Kutekan seluruh tubuhnya, kubuka bajunya...ruwet sekali, astaga!! Wait a minute!! Apa seh yang sedang di omongkan ini??
--------------

Minggu tgl 23 maret'09 kemarin, sepulang dari liburku,
Tubuh yang letih dan bau keringat juga perut yang berteriak kekenyangan membawaku menuju ke satu tempat sempit berukuran 1 x 1,5 meter. Di sana, sebuah lobang berbentuk lonjong menganga di lantainya sedangkan sebuah selang tergantung tegak lurus dengan kepala menjulur kebawah.

Dalam posisi berjongkok aku telah siap. Segera saja sebuah benda berwarna kuning meluncur dengan kecepatan tinggi dan menghasilkan suara "broooottt......kecipukk" yang lumayan keras, aku lega.

Sembari menunggu peluncuran kedua, aku menelpon kakakku tercinta yang ada di Blora(ada yang tau Blora ga?).

"Mbak, Halloo," kataku.

"Iya nDuk ana apa? Kabare piye?(iya dik ada apa? kabarnya gimana?)," jawab mbakku.

"Apik mbak, kabare Blora piye?(kabarnya keluarga di Blora gimana?),"

"Apik, iki mak e kangen kowe, wonge lagi ndelok....,(baik, ini emak kangen dirimu, orangnya lagi nonton...)"


"Ceceeeeeee....!! I am baaacckk! Where are you?!" teriak Katelyn begitu masuk ke dalam rumah rupanya mereka telah pulang dari dinner. Semua tiba-tiba saja, tak kudengar suara pintu yang di buka, sementara aku sedang menunaikan hajat terbesarku sambil bercakap-cakap dengan kakakku. Serta merta aku terlonjak kaget, dan dia...dia...si HP Nokia 1600 tercintaku yang adalah pemberian dari bos tercintaku, terlempar masuk kedalam lobang yang berada persis di bawah pantatku. Disana dia bertengger di atas benda busuk berwarna kuning yang baru saja aku download! Oh my God!!

"Ceceeeeeeeeee...!!" teriak Katelyn

"Here," jawabku(kebingungan, ga tau harus berbuat apa)

"Where? Are you poo-poo(baca= pu-pu =berak)?" tanya Katelyn.

"Yes," jawabku(tangan setengah terjulur kebawah ingin meraih HP, tapi tiba-tiba HP tenggelam lebih dalam, seluruh tubuhnya masuk dalam kobangan taikku, weks!)

"I got two big baloons, pink and blue. You phoo-phoo first, I will show you later okay!" teriak Katelyn lagi.

"Okay," jawabku pendek.

Alamak!! Mati aku!! HP tersayangku!! Oh no!! Oh tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkk!!

Sarung tangan! Ya sertinya itu yang kubutuhkan untuk saat ini. Dan sarung tangan ada di...dapur! Celaka! Toilet ini berada di kamar belakang, bersebelahan dengan dapur sedangkan kudengar suara bosku sedang menaruh barang-barang di dapur. Rasanya aku tak mungkin keluar dari toilet tanpa suara toilet yang telah di flusk, apa kata mereka? Dan rasanya aku ga mungkin mem-flusk toilet dengan HP tersayangku berada di dalamnya, karena kalau aku lakukan, dua hal yang akan terjadi adalah toilet mampet atau HP ku hilang, dua-duanya bukan pilihan yang bagus.

Plastik! Ya, tak ada sarung tangan plastikpun jadi, pikirku. Kebetulan keranjang plastik-plastik bekas berada di kamar belakang. Kubuka pelan-pelan pintu toilet, kumelangkah pelan-pelan menuju keranjang plastik, kuambil enam buah plastik beraneka warna dan ukuran, kemudian kembali lagi ke toilet.

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tangan kananku terbungkus enam buah plastik. Dan bismillah.....kujulurkan tanganberplastikenam tersebut menerobos benda kuning busuk, air dan...yupz! Berhasil! HP ku berhasil kuraih, tapi tiba-tiba merucut(merucut itu bhs Indonesiane apa?), kembali aku bermain obok-obokan dan...yupz! Berhasil! Dengan pelan tapi pasti kuangkat naik HP tercinta tersebut, binar bahagia pastilah terpancar dari wajahku saat itu. Tapi sedetik kemudian aku di hinggapi mual yang teramat sangat. HP tercintaku telah terkontaminasi! Aku yakin bakteri-bakteri telah bersarang di dalamnya dan mungkin masa inkubasinya teramat cepat hingga membuatku mual. Kusemprot air sebanyak-banyaknya, kutuangkan sambun cair dove kemudian kusemprotkan air sebanyak-banyaknya lagi. Aku benar benar muntah tak tertahankan, di luar sana kudengar bos bertanya padaku: What happen? Are you sick? Are you Okay?"

"May be saya terserang flu," jawabku.

"Selesai mandi minum obat trus tidur! Jangan buka laptop ya, awas kamu kalau begadang sampe malam lagi!" hardik bosku.

Back to the HP tercinta pemberian dari bos tercinta, sebenarnya HP tersebut di berikan padaku untuk di pakai keperluan kerja saja, artinya hanya aku dan bos beserta keluarganya saja yang tahu nomer telfonnya. Aku sebenarnya mempunyai HP pribadi, tapi minggu tgl 15 maret yang lalu HP ku hilang, sehingga atas ide kreatifku kumasukkan simcardku kedalam HP tercinta pemberian bos tercinta tersebut. Dan kini HP tersebut mati, ya mati.

Ku taruh di atas handuk kecil kemudian kukeringkan dengan hair dryer, kupasangkan kembali tapi mati, ya mati. HP tercinta pemberian bos tercinta telah meninggal, wafat, tiada, mati! Innalillahi Wa Innalillahi Rojiuun...semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT.


post signature