Galau?

huuhuuhuuuu...

Semangaaaaatttt..!

Love your job and be proud.

Iyes!

Bekerja sambil belajar.

Masih galau lagi?

No! No! No! Be happy laahhh...!

Ayo ngeblog!

Masa kalah sama Babu Ngeblog?

Winter with Mr. Tarmedi

***Bear it! I wrote this post in broken English!

I am trying to write a note in every other day (though last night I have posted) to keep my self occupy. It has been very cold days. The blanket & pillow are seemed more interesting than a laptop or an android phone. The wind often blows hard. It goes through the layers of clothes and through our bones. And as a compliment, the rain makes the days even worst.

But my friends & I (note: we are domestic workers in Hong Kong) have got to be stronger than winter. We are playing a co-star in every daily movie. We are the lady behind the success man. Well, we have people depending on us, laying great help or hope (as well as burden) to us. And to do such a job, we've got to keep healthy as well as happy.

Our boss might be in the bedroom watching TV or having longer nap time. But just look at those piles of dirty clothes in the loundry basket and on the washroom floor or look at how messy the house can be. And how about breakfast, lunch & dinner to serve? Or clothes to iron and baby to feed? Also marketing and (not to forget) moping and grooming the dogs? We definitely are not entitled for having such a lazy day in any season and any reason. Be it rain or fall or summer or winter, the job must be done. It is the same amount of HK$ 3.920 in every month, means the same things to do every day, no less, but can be more.

To keep healthy, may be it's all about the food we eat. But one of the reasons to keep happy is sending messeges to a friend or multiple friends in one group under the generosity of whatsapp, line, BBM for Android etc. It is free (for now) and easy. It doesn't take much time also.

We often talk about our self, our boss, our "man", our holiday, future, business or married & family planning. Further more, we discuss about many different news, from Indonesian domestic worker's news to Jokowi, SBY and Mr. Tarmedi.

Ok, so this (Mr. Tarmedi) is the latest news that has inspired me to write in English (forgive my wrong grammar pls). And because of this news, my friends went crazy (but it is a good way of craziness of course). We write messeges in English. We hope that we'll be better one day, getting more fluently and confidence through wrongs and errors.

But there are two different confersations I have made with completly different type of friend. And both make my days brighter and lighter. It's...it's fun way of learning. With little bit of twist and little bit addition here and there (include mixing the language). It is bizare but hilarious! Check it out!



 




Did you find it funny? I did and still do! Lol...

note:
nganfen (bahasa Kantonis)=sleepy
codauu(bahasa Kantonis)=good night

Bila Emak Kirim Mangga ke Hong Kong

Jasa pengiriman barang BAI menggerutuiku karena aku gagal mengambil paketan pada hari Sabtu.  BAI juga mengkhawatirkan paketan yang berisi makanan itu akan busuk bila terlalu lama di gudang pengambilan. Berhubung Sabtu aku tak jadi libur, maka baru keesokan harinya aku sempat mengambilnya, itupun setelah berlari-lari menyerahkan pesanan online kepada kostumerku dari satu titik ke titik lain (masih di daerah Causeway Bay-untuk kisah jualan onlineku ini mungkin akan kutuliskan nanti).

Aku menggeret salah seorang kawan yang jarang banget libur. Menggeretnya, memegang erat tangannya hingga dia tak bisa menolak untuk berkata tidak untuk mengikutiku (sukurin Wiek, haha..!). Kemudian bersamanya aku menuju gudang pengiriman barang, menyeret sebuah kardus lalu membukanya persis di lorong apartemen.

455 dolar, pikirku.

"455 dolar," gerutuku.

"Iki apa wae ta Wiek kok sampek meh 500 dolar ki," kataku pada Awiek.

"Astagfirullah, akeh men. Gek paket pelem wae kok sampek 750 ewu lho, kaujo aaa...!" gerutuku.

23 buah mangga, 2 kilogram sambel pecel dan seplastik enjet (batu kapur yang sudah dilunakkan) terdapat di kardus bekas kardus Indomie itu. Saat kuterima pada Minggu (15 Des'13) lalu, kerdus itu sudah lembek, basah, bau dan berminyak. Tiga di antara mangga-mangga itu sudah busuk. Sebelas lagi gembuk, selebihnya tidak begitu ok tapi juga tidak begitu gembuk.

"Nyenengke wong tua, Mbak. Jenenge wong tua pengin ngirim anake lho. Piye maneh, ya ben lah," bujuk Awiek.

Aku masih membayangkan biaya pengiriman sebesar 455 dolar alias 750 ribu. Betapa besar uang itu bagiku. Aku membayangkan ketika aku butuh setidaknya 2x5 hari ngepel lantai, 5x5 hari ngosek WC ditambah belanja, nyuci pakaian, masak plus diomeli majikan. Aku membayangkan betapa aku akan kehilangan kesempatan ikut kursus ini dan itu dengan uang itu. Aku membayangkan betapa...

"Lha timbang dipakek buat mbayar biaya pemaketan, 750 ewu lho bisa buat tambah transfer dhuwit emak," gerutuku lagi.
"Di sini mau makan mangga lho tinggal ke pasar beli yang 30 dolar udah dapet guedhe. Itu lho buat beli di sini udah dapet 15 buah lebih. Lagian siapa yang mau makan mangga sebanyak ini? Pengin mencret apa? UUgghhh...!" tambahku.

"Mbaak...nyenengke wong tua, Mbaaakkk!" kata Awiek lagi, nadanya sedikit meninggi tapi dengan ujung bibir tertarik ke atas.

Aku tak habis pikir, apa sih yang emak pikirkan saat mengirim paketan ini? Aku geram, aku ingin marah pula. Tapi sewaktu aku dial nomer telpon bapak (bapak yang merawatku), beliau tak menjawab panggilan telponku. Dan saat aku menelpon mbak Titik, kakakku, dia sedang sibuk.Olala!

Lalu kulimpahkan marahku pada Awiek. Kupasrahkan empat buah mangga padanya dengan harapan bisa mengurangi bebanku, ternyata paketan itu berat, seberat 13 kilogram, belum ketambahan paketan lainnya dan barang daganganku dan berkah hujan pada hari itu. Dan kembali harus kurayu-paksa Awiek untuk membantuku membawa pulang (ke rumah bos) barang-barang itu.

Lalu...

Hari Selasa (17 Des'13) aku baru berkesempatan menelpon bapak. Dan sewaktu kukatakan bahwa paketan itu telah sampai dan telah aku nikmati, beberapa cerita mengalir lancar tanpa aku mempunyai kesempatan untuk memenggal atau menyela.

Beliau bercerita bagaimana emak membeli kacang langsung dari petaninya kemudian dikupasnya lalu menungguinya saat kacang-kacang itu dijemur. Menggorengnya lalu membawanya ke pasar untuk diselep (dan harus satu jam menunggu giliran). Beliau menceritakan bagaimana beliau mengambil mangga. Mangga itu setelah dipetik langsung dimasukkan kardus. Dipilih yang bagus-bagus, besar-besar dan yang paling tua. Bapak yang biasanya mengunduh mangga dengan gotek mendadak harus memanjat pohon mangga yang penuh dengan semut krangkang. Lalu beliau juga menceritakan kehebohan saat mangga-mangga dan sambel pecel itu dikemas dalam kerdus.

Aku tersenyum, ternganga, terpana dan entah ter-ter apa lagi. Yang jelas cerita-cerita itu kurasakan lebih hebat dari pada kehilanganku atas 455 dolar atau 750 ribu. Cerita-cerita itu begitu penuh dengan cinta dan ketulusan dari orang-orang yang mencintaiku (dan kucintai). Cerita-cerita itu begitu penuh tenaga, penuh semangat dan membuatku hangat.

"Takkirimi akeh, ben awakmu isa melu ngrasakne, ben kancamu ya isa melu ngincipi," kata bapak.

O, jadi itu toh alasan bapak dan emak mengirim sedemikian banyak mangga dan sambel pecel. Katanya kalau yang 10 buah busuk, masih ada 13 buah yang baik yang bisa aku makan bersama kawan-kawanku (dan memang juga aku bagi-bagikan kepada kawan-kawanku).

Pribadi-pribadi yang sederhana itu entah berapa kali telah membuatku kalah. Betapa cara pikir mereka yang simple, melihat sesuatu dari sisi lain, membuat sesuatu yang kurasakan berat sebenarnya/menjadi tak terasa.

Dan sewaktu telpon itu kuakhiri, tak sedikitpun aku menyinggung besarnya biaya pemaketan yang harus kubayarkan. Bukankah semua sudah terbayarkan lunas dengan cerita-cerita itu? Sudah tak membebaniku lagi.

breakfast, lunch, dinner: sambel pecel plus dessert mangga selama seminggu!



***pesan moral: cinta itu mahal maaakkk...!


Dikira Memplagiat Cerpen Anak

Cerita lama...terulang lagi...
Kalau sebagian dari konten di blog ini dicopy dan dikirim ke media itu sudah sekian kali, sekian lama pula. Padahal bagiku apa yang aku tulis di blog ini cuma umuk, wadul atau rasan-rasan. Kalaupun ada sesuatu yang lain yang berupa opini atau fiksi sebagian pernah dimuat di buletinku (yang aku buat bersama kawan-kawan organisasiku). Atau fiksi (puisi/cerpen) yang kebetulan laku nangkring di majalah/koran di Hong Kong. Atau mungkin sebagian tulisan dalam bahasa Jawa yang kebanyakan pernah dimuat di majalah Jaya Baya dan Panjebar Semangat.

Ada satu cerita lucu yang ingin aku tulis di sini. Ketika aku mudik pada lebaran kemaren ada seseorang yang mengirim inbox di FB-ku. Inbox tanpa kata-kata itu hanya berupa dua gambar. Ini pun aku ketahui setelah aku kembali ke Hong Kong (enggak internetan selama cuti sebulan di rumah).

Awalnya enggak begitu mudeng dengan apa yang dimaksudkan beliau. Dua foto tentang cerpen anak dalam bahasa Indonesia dan cerpen anak dalam bahasa Jawa, apa maksudnya? Hari berikutnya baru aku sadari ada "sesuatu" dari maksud pengiriman dua foto tersebut. Bahwa secara halus beliau sedang mempertanyakan keaslian dari tulisan cerita anak berbahasa Jawaku. Untuk lebih jelasnya simak dua gambar berikut:

Pada gambar pertama adalah cerpen anak berbahasa Jawa yang berjudul "Coro Boyongan" karyaku yang dimuat di majalah Jaya Baya pada JUli 2013 sedang pada gambar kedua adalah cerpen anak berbahasa Indonesia yang berjudul "Setelah Kamar Bersih" (tertera) karya Umi Kulsum yang dimuat di Kedaulatan Rakyat pada April 2013.

Coba sekarang cermati dua cerpen tersebut. Apa yang Anda temukan?
Ya! Cerpen anak itu sama persis! Hanya bahasa dan nama tokohnya saja yang berbeda.

Ok, sampai di sini mungkin Anda akan beranggapan sama dengan seseorang yang mengirim inbox di FB-ku kemaren dulu, iya khan? Beranggapan bahwa aku meniru cerpen di koran itu kemudian cuma mengalihbahasakannya saja, khan? Ya wajar saja. Itu karena bulan terbitnya beda. Cernak "Setelah Kamar Bersih" terbit tiga bulan lebih awal dari pada cernak "Coro Boyongan".

Lalu coba bandingkan dengan cernak saya dengan judul "Kecoak Pindah Rumah" yang ada di http://babungeblog.blogspot.hk/2012/12/cerita-anak-kecoak-pindah-rumah.html.

Bagaimana?

Sama persis ya?

Coba perhatikan tanggal posting cernak "Kecoak Pindah Rumah"

taraaaaaaaaaaa....!

14 Desember 2012 !


Masihkah Anda beranggapan sama? Hehehe...

Cerpen Kecoak Pindah Rumah pernah aku ikutkan lomba menulis cerpen ala Bobo tapi di-diskualifikasi karena dinilai temanya sudah umum. Aku pikir sih dari pada mubazir khan mending dipajang di blog gitu. Dan baru setahun kemudian kepikiran mengalihbahasakannya dalam bahasa Jawa lalu mengirimkannya ke majalah berbahasa Jawa, Jaya Baya, yang ndelalah kok ya laku dan dimuat. Lha mana aku tahu kalau ternyata cernak yang sudah di-reject itu bisa didaurulang kemudian dilempar ke koran dan kemuat? Lha wong lihat koran Kedaulatan Rakyat aja belum pernah je, gemana mau niru coba?!

Belum rejeki kali ya? Hehehe...
Eh rejeki nomplok juga sih karena udah dirasanin (jelek) dan disangka "anu" sama redaktur majalah dan seorang bapak yang menginbox aku. Udah gitu mau membela diri juga siapaaa yang bakal percaya, secara profesiku aja enggak meyakinkan, haha....!


**pesan moral yang aku dapat: Kembali ke tujuan ngeblog: wadul, rasan-rasan & umuk. Jangan posting fiksi :D