Galau?

huuhuuhuuuu...

Semangaaaaatttt..!

Love your job and be proud.

Iyes!

Bekerja sambil belajar.

Masih galau lagi?

No! No! No! Be happy laahhh...!

Ayo ngeblog!

Masa kalah sama Babu Ngeblog?

Maafkan, dari Multiply Copy ke Blogspot

Kawan maafkan. Berhubung blog di Multiply sudah hampir ditiadakan maka saya meng-copy isi blog dari Multiply ke blogspot. Dan saya memposting tulisan dari Multiply ke blogspot dengan mengurutkan tanggal posting di Multiply.

Berikut adalah postingan tersebut:
Kapan Kamu Nikah?
Titip Rindu Buat Bapak
Tidak Masuk Surga
Antara Pembantu, Momongan dan Sebuah Bola
HP Pinjeman dan Mbakyuku yang Pikun
Cute Dog VS Cute Babu
Aku PKB


**postingan tersingkat dan terpadat

Wo Pu Cetau, Kula Mboten Ngertos

Suatu sore di dalam bis, ketika aku bersama momonganku pulang dari makan siang bersama mamah (nenek=ibu dari bos laki-lakiku), seorang keturunan Cina menghampiriku (satunya lagi duduk dua kursi di depanku).

"Ni cetau ma &hFjuT$%vKy(yD&^90-*I...?" katanya sambil menyodorkan selembar kertas bergambar peta Hong Kong.

Hanya tiga kata pertama yang kudengar secara jelas, selanjutnya aku tidak tahu sama sekali apa yang dia maksudkan. Bahasa Mandarinnya kedengaran begitu asing di telingaku. Dan pada dasarnya memang aku tidak bisa berbahasa Mandarin.

"Ni cetau ma...#?O{_&URTR...?" tanyanya lagi, kali ini dengan menyodorkan peta itu dan menunjuk-nunjuk suatu tempat yang bertuliskan huruf Cina.

Mungkin mereka sedang mencari tempat itu, pikirku. Mungkin mereka bertanya padaku tentang bagaimana menuju tempat itu, pikirku lagi. Tapi itu tempat apa? Mereka menanyakan apa? Aku bingung dibuatnya. Dan sekalipun aku mengenal Hong Kong, bagaimana aku bisa menjelaskan sesuatu kepada seseorang sedang sesuatu yang mereka tanyakan padaku saja aku belum tahu kejelasannya? Sesuatu banget yah, hehe...

Bibirku bergerak dan mengeluarkan beberapa kalimat dalam bahasa Kantonis, bahasa orang Hong Kong.

"Lei wan me teifong a? Lei yiu hoi pin a? (Anda mencari tempat apa? Anda mau ke mana?)" tanyaku. Logat bahasa Kantonisku mungkin masih berbau bahasa Jawa, namun aku yakin aku mengucapkannya dengan jelas.

Dua orang Cina pedalaman tersebut geleng-geleng kepala.

"Ni cetau ma ;';zkopip'/kp[iop;"[]...?" tanyanya lagi, kali ini suaranya meninggi.

Aku membalasnya dengan bahasa Inggris. "Where are you going? Which place are you looking for?" tanyaku.

Mereka geleng-geleng kepala lagi. Oalah, rasanya kok seperti bebek berbicara dengan ayam ya. Walaupun sama-sama unggasnya namun bahasanya kwek kwek kwek dan petok petok kukuruyuk. Sama seperti kami, sama-sama orang Asia tapi bahasa yang kami gunakan berbeda.


"To emci. Wo pucetau la, wo can not speak putung huwa," jawabkuyang terakhir. Mereka lalu beranjak dari hadapanku, bergumam entah apa yang enggak jelas. Mungkin juga menertawakan bahasa Mandarinku yang tugel-tugel, campur bahasa Inggris dan bahasa Kantonis. 

Bis berhenti di Causeway Bay. Kami, aku dan momonganku turun. Sewaktu turun itu Pompi, momonganku, bertanya: "Why did you mix three languages?"

"I donno what to say, I donno what they are asking about," jawabku.

"I know," kata POmpi.

"What? You know what?" tanyaku kaget. Seketika aku baru ingat bahwa Pompi bisa berbahasa Mandarin. Di International School-nya ada pelajaran bahasa Mandarin dan dia ada private bahasa Mandarin pula, dua kali perminggu! Wola, lha kok aku bisa kelupaan? 

"Do you know what they hv asked for?" tanyaku.

"Yes," jawabnya kalem innocent.

"Why didn't you help me? Why didnt you help them?" kataku gemas. Ini anak tahu aku kebingungan dan orang kebingungan kok enggak punya itikad baik untuk membantu sama sekali ya? Heran deh.

"Cece, they asked how to go to Time Square. But I don't know which way to go," jawabnya memberi alasan.

"Then why didn't you tell me? I will explain to you in English then you will explain to them in Mandarin," kataku.

"Cece, you said don't speak to stranger," jawabnya lagi masih dengan wajah innocent-nya.

"But they are lost, they need help," kataku

"Cece, you said it is dangerous to speak to someone you donno they are good or not," katanya.

"Yes but just imagine it was us, we lost and didn't know where to go and nobody wanna help," jawabku.

"Cece, why? You have change your mind? Did you make exception for this case? How do I know they really really need help or not, how if they were just pretending?"

"NO..but... I was there with you. So what did you afraid of?" tanyaku.

"Cece, how if they asked that because they want to get close to you then they will kidnap me?" tanyanya lagi.

jiangkriiikkkkkkkkkkkkk........!!  Aku tak tahu harus menjawab apa, anak ini telah memojokkanku atas peraturan yang aku buat untuknya. Peraturan untuk tidak berbicara dengan orang asing yang ditemuinya. Yongalah gusti, inikah yang dinamakan senjata makan babu?




................................................................
to emci: maafkan (bahasa Kantonis)
wo pucetau: saya tidak tahu (bahasa Mandarin)
wo can not speak putung huwa: saya can not speak Mandarin

Privasi Untuk Pembantu, Tak Perlukah?

bawah toilet, atas tempat tidur
Juli 2012. Tiba-tiba saja Facebook geger. Foto-foto kamar tidur TKW- Hong Kong berkeliaran di wall. Masing-masing orang mendadak merasa kamar tidur pembantu itu begitu pentingnya untuk dibicarakan dan diperdebatkan.

Uniknya, foto tersebut justru berasal dari seorang warga Hong Kong, Doris Lee. Doris Lee adalah perwakilan dari organisasi Open Door, sebuah kelompok warga Hong Kong yang mendukung hak-hak Pekerja Rumah Tangga Asing.

Cerita bermula ketika seorang ratu penyanyi anak-anak kenamaan, Purple Lee, memamerkan rumahnya kepada media massa (Headline Daily).

Di rumah seluas 1.800 sq feet itu semua ruang tampak mewah. Menurut Purple Lee, rumahnya itu didesain secara khusus, tak luput pula kamar tidur pembantunya. Kamar tidur pembantu itu malah super khusus spesial, ianya terletak di atas toilet! Media massa geger, selama sebulan penuh membicarakan penyanyi tenar yang dinilai tidak manusiawi itu.

Selama tujuh setengah tahun aku bekerja di Hong Kong selama itu pula aku melihat kamar tidur kawan-kawan senasibku dalam situasi yang "nyleneh", tidak sesuai dengan yang tertera dalam kontrak kerjanya. Ada yang tidur di lantai dapur, ada yang di ruang tamu, ada yang berbagi kamar dengan anak laki-laki majikan umur 1yang berumur 18 tahun, ada yang tidur di lantai toilet, ada yang tidur diatas toilet, ada pula yang tidur di atas kulkas dan mesin cuci, sepertiku.

Doris Lee sempat menghubungiku dan membanjiriku dengan berbagai pertanyaan, salah satunya: "why aren't you complainning?"- mengapa kamu tidak protes?

Dan jawabku sesederhana ini: "We take whatever they give to us! We complain to ourselves but we cannot just break out. With every employer, we have to adjust ourselves, so that we can keep our jobs."

Apa yang orang lain lihat tentang TKW-Hong Kong atau apa yang tampak di luar adalah bahwa jadi TKW itu enak, gaji empat juta setengah perbulan, ber-gadget mewah dan up to date dapat libur mingguan pula. Tapi pernahkah orang-orang tersebut merasakan atau setidaknya bertanya tentang apa yang kami alami perhari? Sekalipun kami mengatakannya, bisakah orang-orang tersebut mengerti dan memahami posisi kami?

nggelar tikar di depan toilet trus tidur di sana
Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan untuk seorang pembantu untuk memilih bersikap "nrima". Kami membutuhkan pekerjaan itu. Secara hukum TKW-HK itu tinggal dengan majikannya tapi pemerintah Hong Kong mengabaikan tempat istirahat bagi pembantu rumah itu. Dalam surat kontrak kerja tertulis bahwa majikan diharuskan memberi tempat istirahat yang layak bagi pembantunya dan dituliskan secara jelas bagaimana kondisi tempat istirahatnya, adapun kenyataannya banyak pembantu rumah yang istirahat di tempat yang tidak sesuai dengan apa yang tertera dalam kontrak kerjanya.  Pemerintah Hong Kong juga seakan menutup mata tentang hal ini, tidak ada pemeriksaan dan tidak ada itikad untuk menekantegaskan hal ini kepada warga yang menjadi majikan/calon majikan.


Jika seorang pembantu melaporkan hal ini (ketidaklayakan tempat istirahatnya) maka yang didapatnya adalah pemecatan kerja sepihak. Dan apalah yang lebih ditakutkan oleh seorang TKW selain pemecatan kerja? Karena itu berarti dia harus kembali ke agensi, membayar sekian ribu dolar dan bersaing lagi mencari majikan baru, terkatung-katung menunggu visa kemudian ujungnya mendapat majikan yang belum tentu juga akan lebih baik dari majikan sebelumnya. Sedang di rumah sana, di Indonesia sana, emak dan bapak menunggu kiriman uang, anak-anak butuh biaya SPP, butuh susu, butuh uang jajan, seragam dan tetek bengeknya. Maafkan, kalau aku pesimis, bahwa tak ada orang yang bisa memahami kondisi sebenar dari TKW selain mereka yang pernah merasakan pahit getirnya melancong, mempertahankan hidup demi kehidupan yang lain.

Dan setelah laporan itu (bahwa pembantu itu tidak mempunyai tempat tidur yang layak) apakah yang terjadi dengan majikan? Tidak ada inspeksi oleh pemerintah HK kepada majikan, tidak ada sanksi dan tidak ada daftar hitam dari majikan tersebut. Hal ini berlangsung dari tahun ke tahun di Hong Kong. Tidak ada pembenahan dan tidak ada progress menuju ke lebih baik. Pemerintah HK seolah menutup fakta bahwa sebagian warganya (yang kaya) telah tidak memanusiawikan pekerjanya, pekerja yang diremehkan karena status kerjanya yang sebernya adalah orang tervital dalam kelangsungan hidupnya, yang mengurus anaknya, ibunya, rumahnya, makannya, hingga yang menjadi tumpuan kemarahan saat pekerjaan kantornya teramat berat di hari itu.
ini juga nggelar kasur tipis di toilet

Setelah bekerja selama sehari penuh, 16 jam, sebenarnya yang kami butuhkan hanyalah bagaimana seorang majikan itu memperlakukan selayaknya. Saya pribadi dan kami para pembantu rumah di HK ini, tidak begitu memusingkan tentang tempat tidur kami. Sejauh ribuan mil kami menempuh perjalanan dari negara kami untuk bekerja, meninggalkan orang-orang tersayang demi sesuatu yang kami harapkan esok akan menjadi sedikit cerah, kami menyadari benar konsekuensinya, kami menyadari benar di mana posisi kami. Kami tak mengharap lebih selain makan minum, ijin cuti sakit, gaji tepat pada waktunya, mendapatkan hak libur dan tidak dimaki tanpa sebab. 

Kalau hal tersebut terpenuhi, tidur dengan memeluk toilet pun tak jadi masalah. Tapi kalau tidak, bukankah itu terlalu? Siapa yang sanggup menerimanya? Dan apakah wajar manusia memperlakukan manusia sedemikian tidak manusiawinya?




Foto pertama dan kedua dari Doris Lee.
Foto ketiga dari kawanku, Fitri Vivi

Tahi Lalat, Bila Si Kecil Mulai Belajar Genit

"You have to have mold to be famous," kata Katelyn momonganku dengan marker pen bertinta hitam dan kaca hias kecil di tangannya.

Kalimat yang baru saja dilontarkannya itu membuatku tersenyum seketika. Wajah Marlyn Monroe, Waljinah dan anaknya, Cindy Crowford, kemudian Rano Karno dan saudara kembarnya, Enrique Iglesias bersliweran di benakku. Bukankah orang-orang terkenal tersebut kesemuanya mempunyai tahi lalat di wajahnya?

Belum berhasil aku menghalau wajah-wajah artis bertahi lalat tersebut dari benakku, Katelyn sudah berhasil membuat tahi lalat di dekat ujung bibir sebelah kanan, seperti Cindy Crowford. Ia kemudian berlenggang dari hadapanku untuk menyimpan kaca dan marker pen ke dalam lacinya.

Hal tak terduga selanjutnya yang aku dapati adalah beberapa aksinya yang membuatku berada pada pose ter-cute-ku, ngowoh. Tikar plastik digelar, sofa kecil didorong ke tengah ruangan, sebuah mike di tangan kanannya lalu anak umur tujuh setengah tahun itu mulai berjalan dengan pantat ke kiri dan ke kanan dan kaki melangkah saling silang. WOW!

Dengan curi-curi aku menelpon bosku, mamanya Katelyn, berharap mereka bisa melihat aksi Katelyn lewat kamera yang dipasang di ruang tamu, namun beliau tak mengangkatnya, mungkin sedang sibuk bekerja. Dan sewaktu aku mengambil kamera saku untuk mengambil video dari aksi si centil Katelyn, seketika kudengar lengkingan marah darinya.

"How dare you!" teriaknya marah.

"Why not? I just want to show it to your dada and mama later," jawabku.

"No cece, it is our secret," katanya. Terpaksa aku menyimpan kamera di belakang pantatku. Aku malah kemudian beranjak lalu mengikuti aksinya, membuat satu titik hitam di wajahku terus berlenggak-lenggok di atas tikar plastik catwalk.

Katelyn sungguh telah berubah. Anak yang semenjak umur satu setengah bulan aku rawat ini sudah mempunyai pemikiran dan bisa memecahkan masalah sendiri. Dan semenjak masuk kelas satu SD (sekarang Katelyn kelas 2) aku merasakan jarak yang semakin jauh antara aku dan dia.

Ada banyak hal yang ingin aku tuliskan tentang pertengkaran-pertengkaran antara aku dan bosku yang dikarenakan Katelyn. Yah, mungkin sudah waktunya aku untuk pulang dan mendidik anakku sendiri, pikirku.

"You know cece, if you have mold, real mold on your face, you should not be a helper," katanya.

Kalimat terakhirnya itu kecut sekali.






gambar dari sini

Membi(n)asakan Berbahasa Indonesia

Akhir-akhir ini saya dibuat pusing oleh whatsapp yang dikirim oleh teman-teman saya kepada saya. Pasalnya, bahasa yang digunakan bukanlah bahasa yang saya mengerti. Bahasa Indonesia bukan, bahasa Inggris bukan, bahasa Kantonis juga bukan, apalagi bahasa Jawa.

Bahasa-bahasa tersebut "katanya" adalah bahasa gaul anak jaman sekarang. Dan ketika huruf "a" diganti dengan angka "4" dan huruf "g" diganti dengan angka "9" dan saya tidak memahaminya, maka saya divonis tidak gaul.

Saya harus mengakui keberhasilan mereka menaikkan adrenalin saya. Di saat saya membuka sebuah pesan pendek yang saya harapkan adalah sebuah pesan dengan bahasa yang jelas, singkat dan padat, yang saya temukan adalah bahasa yang susah untuk saya mengerti. Untuk mengerti dari maksud pesan pendek itu saya harus meluangkan sekian waktu untuk berpikir dan meraba-raba isi pesan pendek tersebut.

Payahnya, hal semacam ini tak hanya cukup di whatsapp saja namun juga sewaktu saya bertatapan muka dengan mereka. Kata "aku" atau "saya" sudah menjadi "gue" atau "gua" yang kemudian diiringi dengan logat kebetawi-betawian campur bahasa Inggris yang diaduk dengan bahasa Kantonis kemudian dibumbui dengan bahasa Ngapak. Komplit!

Di saat orang Hong Kong sungguh-sungguh belajar bahasa Indonesia, teman saya dihagemoni oleh bahasa asing. Tak hanya di Hong Kong, hal yang sama juga saya dapati di sinetron-sinetron bahkan pidato presiden dan berita-berita di stasiun televisi yang juga menggunakan bahasa campur aduk. Apakah bahasa-bahasa lain tersebut lebih mudah dipahami dan dikuasai benar daripada bahasa nasional kita?

Fenomena semacam ini menggambarkan melemahnya rasa bangga tehadap bahasa nasional kita. Padahal bahasa Indonesia diakui oleh sastrawa Internasional sebagai bahasa yang kompleks karena kejeniusan sastrawan-sastrawan Indonesia terdahulu yang lewat karyanya berhasil membuat bahasa indonesia seakan hidup.

Lalu apakah butir ketiga dari Sumpah Pemuda telah dilupakan begitu saja? Dan bulan Oktober yang ditetapkan sebagai bulan bahasa (belakangan juga sebagai bulan sastra) kemudian akan sirna pula?

Bulan bahasa sebenarnya bisa dijadikan momentum untuk meningkatkan kualitas berbahasa secara baik (dan kalau bisa benar juga). Tapi jangan pula hanya sekadar pada bulan tersebut saja. Karena berbahasa merupakan proses yang harus dibiasakan. Semakin terbiasa untuk berbahasa dengan baik, semakin menolong kita untuk terus meningkatkan kualitas berbahasa.

Hal membiasakan ini tak akan berjalan dengan baik tanpa ada dukungan dari berbagai pihak, khususnya  pemerintah. Kurangnya minat baca pada masyarakat merupakan salah satu pemicu berkurangnya minat berbahasa Indonesia dengan baik. Berkurangnya minat baca ini sering dikarenakan oleh situasi yang tidak mendukung, buku-buku bacaan yang langka.

Dalam hal ini pemerintah hendaknya berinisiatif untuk memperbanyak jumlah buku di setiap perpustakaan daerah yang ada. Memasok buku-buku sastra lama yang kaya dengan khasanah bahasa Indonesia di setiap perpustakaan, juga mendorong penelitian di bidang bahasa dan sastra Indonesia.

Pembenahan kurikulum dari tingkat SD hingga perguruan tinggi juga perlu ditingkatkan. Selain itu kualitas guru yang baik dapat mempengaruhi pula penyampaian bahasa Indonesia yang baik (dan benar).

Media massa, radio, televisi dan internet juga mempunyai peran hebat. Mutu bahasa pada media-media tersebut harus ditingkatkan karena media-media tersebut berperan penting dan efektif dalam penyebarluasan bahasa karena mereka setiap hari bersinggungan secara langsung dengan masyarakat. Umumnya apa yang ditayangkan atau ditampilkan oleh mereka itulah yang kemudian diserap oleh masyarakat. Jadi kalau mereka bisa memperbaiki mutu bahasa akan besar pula efeknya terhadap masyarakat kita.

Namun, segala usaha atau cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kelangsungan bahasa Indonesia tersebut akhirnya kembali pada kesadaran diri sendiri untuk mencintai dan bangga dengan bahasa nasionalnya. Kalau semua sadar, semua mencintai dan bangga berbahasa Indonesia yang baik (dan benar) bukan tak mustahil kalau suatu hari nanti bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa internasional.

Dan tulisan ini juga tak luput dari kesalahan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.  Semoga ke depan saya, kita, bisa membiasakan diri berbahasa Indonesia yang baik dan benar, sebelum bahasa persatuan kita diklaim sebagai milik negara lain dan kita harus hijrah ke Australia untuk mempelajari bahasa sendiri.



oleh Sri Lestari
diikutkan dalam LOMBA BLOG DOMPET DHUAFA HONG KONG

foto diambil dari sini 

Ketika Kampanye Ramadhan Berkumandang di Hong Kong

Duo King Kong ikutan kampanye Ramadhan di Hong Kong
“Lei tei hou sailei a (kalian hebat),” kata sepasang kakek-nenek yang berdiri di sampingku.


Hanya sekejap saja mereka memandangku, mereka seperti tidak sedang berbicara padaku saja. Kembali mereka melekatkan pandangannya ke sebuah alat transportasi tertua dan termurah di Hong Kong yang tampak lain dari biasanya, tram.

Tram yang berselimut spanduk bertuliskan "Welcome Ramadhan" dan juga terjemahan dari welcome ramadhan dalam bahasa Cina itu menuju ke arah pemberhentian tram kami, di ruas jalan Causeway Road persis di depan perpustakaan pusat Hong Kong. Tram atau dalam bahasa Kantonis disebut "teng-teng" yang lain dari biasanya itu adalah "Teng-teng Kampanye Ramadhan", acara rutin yang digelar oleh Dompet Dhuafa-Hong Kong (DD-HK) untuk mensosialisasikan zakat dan datangnya bulan puasa kepada buruh migran Indonesia yang ada di Hong Kong juga masyarakat Hong Kong.

Dauisin kinto hiong Pak Kok, yika tu yau kinto hiong fan Sheung Wan kala, hehehe… (Tadi melihatnya menuju Pak Kok/North Point, sekarang melihatnya lagi menuju Sheung Wan),” kata nenek sambil terkekeh. 

Alat transportasi tenaga listrik yang sudah ada di Hong Kong sejak lebih dari 100 tahun yang lalu itu menjadi pusat perhatian kami. Tak hanya aku dan kakek-nenek tadi, kawan-kawan sesama buruh migran Indonesia yang kedapatan libur pada hari itu juga tampak antusias menyambut datangnya alat transportasi  termurah di Hong Kong tersebut. Kali ini bukan untuk menaiki namun untuk menyambutnya dan berbagi bahagia menyambut datangnya bulan suci ramadhan.

Suara sholawat yang diiringi oleh tabuhan rebana semakin lama semakin terdengar jelas. Suara yang berasal dari teng-teng tersebut selain sanggup membuatku merinding juga sanggup membuatku bahagia sekaligus bangga. Bahwa di negara non muslim ini seruan untuk berpuasa dan zakat dapat pula disampaikan. Jujur, aku bahkan harus bersusah payah menyembunyikan air mata haruku saat menyaksikan TTKR itu mendekat untuk kemudian berhenti persis di depanku. 

Teng-teng itu memiliki dua lantai. Di lantai bawah tampak beberapa volunteer DD-HK melambaikan tangan sambil bersenandung sholawat. Sebagian turun di pemberhentian tram untuk membagikan brosur berisi informasi zakat dan puasa. Tak hanya itu selebaran lain yang menggunakan tulisan bahasa Inggris dan Cina juga tampak diserahkan kepada warga Hong Kong yang kebetulan berada di pemberhentian tram itu. Sosialisasi yang simpatik ini begitu menarik hati warga Hong Kong, utamanya sepasang kakek-nenek yang masih berada di sampingku itu.

“Kamko yuit lei tei cikai hamai a? Kunghei lei tei a (Bulan ini kalian berpuasa ya? Selamat ya),” kata nenek sambil melambai ke atas tram. Aku tersenyum setelah mengucap terimakasih padanya.

Di lantai atas tram itu, grup rebana dan penyanyinya dengan semangat bersenandung sholawat. Sebuah bendera merah putih tampak melambai, dipegang erat oleh seseorang yang aku kenal sebagai salah satu  personel duo kingkong. Keduanya kebetulan diundang oleh DD-HK untuk memeriahkan acara seminar “Pelatihan Menjadi Kaya”.

Aku buru-buru mengemas air mata haru yang masih tersisa di pojok mataku. Kemudian menghadap sepasang kakek-nenek itu. “Lei tim ci a? (Kalian kok tahu)?” tanyaku heran.

“Ngo tei tu yau cece hai ogei kamma. Dausin tuhai goitei pei ngo liti (Kami pun punya cece/pembantu di rumah. Tadi juga mereka/volunteer DD-HK, memberikan kami ini),” jawabnya sambil menunjukkan selembar kertas bertuliskan bahasa Cina yang kira-kira berisikan tentang pentingnya puasa bagi muslim kepada warga Hong Kong. 

“Hemong leitei mosi lah, coye kem sanfu, sengyat emsik fan, em yam soi (Moga-moga saja kalian baik-baik saja, kerja keras, seharian tidak makan, tidak minum),” katanya

“Fongsam lah, ngotei cap kwan co lah (Tenang saja, kami sudah terbiasa kok.),” jawabku.

Tram itu beranjak menuju pemberhentian selanjutnya. Di sepanjang jalan yang dilewati oleh tram itu, buruh migran Indonesia melambaikan tangan, bersorak dan bersama-sama mengelu-elukan sebuah kalimat indah,"Allahu Akbar! Allahu Akbar! Marhaban ya Ramadhan!"

Tram yang mengangkut merah putih, rebana dan kawan-kawan volunteer DD-HK melaju menuju pemberhentian selanjutnya. Senandung sholawat semakin lama semakin menjauh. Namun aku yakin sentilan unik tadi telak mengena di hatiku dan kawan-kawan senasib juga warga Hong Kong yang berada di jalur Sheung Wan-North Point-Sheung Wan.


oleh Sri Lestari

Belajar Menulis Skenario Film pendek

Berikut adalah skenario film pendek durasi 10 menit. Skenario ini saya buat berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh rekan-rekan saya dari organisasi seni Sekar Bumi. Awalnya skenario film pendek ini di acara lomba yang diselenggarakan oleh bank Mandiri cabang Hong Kong yang bekerja sama dengan KJRI-Hong Kong. Namun kelalaian saya,  ide cerita yang berdasarkan kisah nyata ini menyinggung KJRI-Hong Kong. Bisa dipastikan kalau skenario ini kemudian masuk tong sampah begitu saja, diskualifikasi. Selamat menyimak. Saran dan kritiknya ditunggu, terimakasih.


Skenario Film Pendek
Tujuhbelasan Versi TKW

Skenario karya: Sri Lestari
7 Juli 2012


KARAKTER PEMAIN:

1. Anggie: Ketua organisasi, keras kepala, tegas, cinta tanah air. (40 tahun)
2. Dwi: wakil ketua, pandai berbahasa Cina dan Inggris, pemberani, cinta tanah air. (37 tahun)
3. Deo: tegas, cekatan, lincah, suka merah putih. (25 tahun)
4. Niar: ngeyelan, cekatan.(26 tahun)
5. Dany: keras kepala, cepat emosi, setia kawan, cinta Indonesia. (34 tahun)
6. Etik: suka memotret, suka menulis, agak pendiam.(26 tahun)
7. Satpam lapangan Victoria: suka marah, membentak, takut dikeroyok. (50 tahun)
8. Satpam KJRI: kemlinthi, sok tahu, sok ngatur. (45 tahun)
9. Beberapa anggota organisasi lainnya yang mempunyai niat yang sama dan sama-sama mencintai tanah airnya. (antara 25-45 tahun)

 _______________________________________


SINOPSIS FILM PENDEK
“TUJUHBELASAN VERSI TKW”

Sekelompok Buruh Migran Indonesia-Hong Kong (BMI-HK) yang tergabung dalam organisasi seni “SEKAR BUMI” bermaksud merayakan kemerdekaan Indonesia bersama-sama.
Pada tanggal 17 Agustus yang kebetulan jatuh pada hari Minggu, mereka berangkat menuju KJRI untuk menanyakan di mana mereka bisa mengikuti upacara bendera, namun di KJRI mereka ditolak oleh satpam.
Tak kurang akal, rombongan organisasi tersebut berangkat ke Victoria Park untuk melakukan upacara bendera sendiri.
Berbekal pakaian tari dan baju merah putih yang sudah sengaja mereka kenakan semenjak dari rumah bosnya masing-masing dan dua gagang sapu yang disambung, mereka bersiap mengadakan upacara.
Undang-Undang Dasar 45 mereka rubah menjadi Undang-Undang Dasar TKI dan butir-butir Pancasila mereka rubah sesuai dengan tuntutan mereka terhadap perbaikan perlindungan terhadap TKI.
Masalah muncul ketika satpam Victoria Park melarang mereka mengadakan upacara.
Rombongan organisasi tersebut saling beradu mulut dengan satpam Victoria Park.
Akhirnya satpam Victoria Park mengalah dan membiarkan mereka menjalankan upacara bendera.
Upacara berlangsung khidmat, banyak BMI-HK yang kebetulan lewat kemudian berhenti menyaksikan jalannya upacara. Bahkan saat bendera merah putih dikibarkan, semuanya turut hormat banyak pula yang kemudian menangis tersedu-sedu.

_________________________________________________


SKENARIO FILM PENDEK
“TUJUHBELASAN VERSI TKI”

01.   TRADE MARK.

FILM DIBUKA DENGAN BCU, SEBUAH BUKU CATATAN BELANJA DIBUKA LEMBAR DEMI LEMBAR. DI LEMBAR KOSONG SEBUAH TANGAN MENULIS TITTLE DAN TANGGAL 17 AGUSTUS 2008. NAMA PARA PEMAIN DITULIS DI HALAMAN SELANJUTNYA.
CUT TO
02.          EXT. JALANAN. PAGI
   PEMAIN: SEROMBONGAN WANITA

SEROMBONGAN WANITA INI ADA YANG MEMAKAI PAKAIAN TARI DENGAN TULISAN “SEKAR BUMI”, ADA YANG MEMAKAI BAJU MERAH PUTIH, ADA PULA YANG MEMAKAI BAJU PUTIH DENGAN SLAYER WARNA MERAH, ADA YANG MEMAKAI IKAT KEPALA DARI DASI PRAMUKA (WANITA) YANG BERWARNA MERAH PUTIH. ADA YANG MEMAKAI IKAT RAMBUT MERAH DAN IKAT KEPALA PUTIH.
MEREKA BERJALAN SEMAKIN MENDEKAT KE KJRI-HONG KONG
CUT TO
03.          EXT. DEPAN KJRI HONG KONG. PAGI
   PEMAIN: SEROMBONGAN ORGANISASI SEKAR BUMI, SATPAM KJRI

DI DEPAN KJRI SEORANG SATPAM MENGHADANG MEREKA MASUK.

ANGGIE
Pagi Paak….

SEMUA ANGGOTA SEKAR BUMI
(SERENTAK) Pagi Paak….

SATPAM
(MENDELIK, MENGHARDIK) Ada apa rame-rame ke sini ha?!

ANGGIE
(MAJU SELANGKAH, MENDEKAT SATPAM) Begini pak, kami bermaksud mau ikut upacara tujuh belasan. Upacaranya di mana ya pak?

SATPAM
(MEREMEHKAN, TERTAWA MENGEJEK) Apa? Kalian ini mau ikut upacara? Ha ha ha…. Yang diijinkan upacara itu undangan dan mereka yang berpakaian rapi. Lhah kalian ini mau apa? Ngelawak? Ha ha ha….Sudah, sana pergi aja!

DWI
(HERAN) Lha kami kurang rapi bagaimana coba?

NIAR
(NGEYEL) Apa kami bukan warga negara Indonesia? Apa kami enggak berhak ikut upacara? Kenapa coba?

SATPAM
(MARAH, MENGANCAM) Udah dibilangin, sana pergi! Atau mau dipanggilin semua satpam, ha!

DANY
(JENGKEL)Wis, wis, wis, wis! Ngalih, ngalih ngalih. Satpame ngluwihi Singkek!

SEMUA ANGGOTA SEKAR BUMI
(SERENTAK) Huuuuuu….. (BEREDAR)
CUT TO
04.          EXT. JALANAN. PAGI
PEMAIN: ROMBONGAN SEKAR BUMI

ROMBONGAN ORGANISASI ITU BERJALAN MENJAUH DARI KJRI SAMBIL BERUNDING. MEREKA KEMUDIAN SEPAKAT BAKAL MENGADAKAN UPACARA SENDIRI DI VICTORIA PARK.
ROMBONGAN ITU MAMPIR KE PASAR MEMBELI DUA BUAH SAPU, SEIKAT TALI RAFIA DAN LAKBAN. KEMUDIAN ROMBONGAN BERGEGAS MELANJUTKAN PERJALANAN.

CUT TO
05.         EXT. VICTORIA PARK. PAGI
PEMAIN: ROMBONGAN SEKAR BUMI

ROMBONGAN TIBA DI VICTORIA PARK. ROMBONGAN BERHENTI DI LAPANGAN KECIL.
SEMUA  BERDIRI MEMBENTUK LINGKARAN. ANGGIE BERADA DI TENGAH.

ANGGIE
(SAMBIL BERJALAN, MENUNJUK, MEMBAGI TUGAS) Aku, Pembina upacara. Kamu, pembaca UUD. Kamu, pembawa Pancasila. Kamu, kamu dan kamu, pengibar bendera. Kamu yang memegang tiang bendera. Kamu, pemimpin upacara. Kamu, kamu dan kamu, pemimpin pasukan. (MENEPUK TANGAN DUA KALI) Dengarkan semua, hari ini kita akan mengadakan upacara ya, model kita, dengan cara kita karena kita warga negara Indonesia yang mencintai 17 Agustus, mencintai kemerdekaan. Etik mana etik? Tiik…!
ETIK
(MAJU) Ya
ANGGIE
(BERTANYA, SERIUS) Yang cadangan kemarin dibawa? Yang kalau KJRI menolak kita untuk ikut upacara, UUD dan Pancasila versi kita mana?

ETIK
(MEMBUKA TAS, MENYERAHKAN DUA STOPMAP) Ini.

ANGGIE
(MENUNJUKKAN DUA JEMPOL) Sip! (MENEPUK TANGAN) Ayo semua siap-siap!

ROMBONGAN HENDAK BEREDAR MEMPERSIAPKAN DIRI MASING-MASING KETIKA SEORANG SATPAM MENDATANGI MEREKA DENGAN MUKA GARANG.

SATPAM
(MENUNJUK-NUNJUK, GARANG) E! Lei tei comei a! Caulah, mo hai lito kemtoyan kengkai! Cau! Cau! Faiti Cau! (E! Kalian ngapain! Pergilah, jangan bergerombol ngobrol di sini! Pergi! Pergi! Cepat Pergi!)

DEO
(MAJU MENGHADAP SATPAM, BERANI, PADAHAL TINGGINYA HANYA SEKUPING SATPAM) Timkai emhoyi a? Lito hai kungyuin leka. Pingko tu hoyi hai lito wan, pingko tu hoyi hai lito kengkai. Ngotei tu emhai couji yan cema. (Kenapa tak boleh? Ini adalah taman. Siapapun boleh bermain di sini. Siapapun boleh ngobrol di sini. Lagian kami juga tidak mengganggu orang kok)

SATPAM
(MARAH, SUARA MENINGGI) Ngo kiu lei cau ma cau lo. Hai lito ngo fucak leka. Kam lei tei yiu tim a? Ha! (Aku suruh kalian pergi ya pergi! Di sini aku yang bertanggung jawab. Kamu mau apa? Ha!)

DWI
Kamyat hai Yanei kotik anniversary ka. Kam Ngotei hai lite celebrate tu emtak meh? Yau ci sei emhoyi meh? Yau mo rule a? Wa pei ngotei ci lah. Kotik rule leh, lei lo cutlei. Kam ngotei wui cau ka lah. (Hari ini adalah hari kemerdekaan Indonesia. Emang kami enggak boleh memperingatinya di sini? Ada peraturan tertulis begitukah? Kasih tahu kamilah. Peraturan itu, tolong ambil/keluarkan. Kalau memang ada kami akan pergi.)

SEMUA ORANG BERSUARA, SATPAM KEWALAHAN MENJAWAB PERTANYAAN DAN DESAKAN DARI PARA ANGGOTA SEKAR BUMI. BAHKAN BMI-HK YANG KEBETULAN MENGETAHUI PERMASALAHANNYA PUN IKUT MEMARAHI SATPAM.
BEBERAPA SATPAM DATANG BESERTA KEPALA SATPAM LAPANGAN. KEMBALI DEBAT PUN TERJADI HINGGA AKHIRNYA SATPAM-SATPAM ITU MEMBIARKAN DAN MENGIJINKAN ANGGOTA SEKAR BUMI MENGADAKAN UPACARA BENDERA DI SITU.
ANGGOTA SEKAR BUMI KEMBALI MEMPERSIAPKAN UPACARA. DUA TONGKAT SAPU DIGABUNGKAN DENGAN LAKBAN DIJADIKAN TIANG BENDERA. DI UJUNG TONGKAT DIBERI BOTOL AIR KOSONG YANG DILOBANGI KEMUDIAN DIBERI TALI RAFIA.
SEMUA MENGAMBIL POSISI MEMBENTUK BARISAN SEGI EMPAT SALING BERHADAPAN. PEMBINA DI BAGIAN TENGAH AGAK KEBELAKANG. PEMBACA ACARA, PEMBACA DOA, PEMBACA UUD, PEMIMPIN UPACARA, PENGIBAR BENDERA DAN DIRIJEN BERJAJAR DI SAMPING KIRI SEDANG YANG LAIN BERBARIS DI DEPAN PEMBINA DAN DI SAMPING KANAN MEMBENTUK FORMAT PASUKAN UPACARA DENGAN PEMIMPIN PASUKANNYA MASING-MASING.
UPACARA BERLANGSUNG KHIDMAT. WAKTU PENGIBARAN BENDERA, DIRIJEN MAJU KE TENGAH LAPANGAN DAN MEMBERI ABA-ABA MENYANYI KEPADA SEMUA PESERTA UPACARA.



PEMIMPIN UPACARA
(BERTERIAK LANTANG, MEMBERI KOMANDO) Kepada Sang Saka Merah Putih, hormaaaat…grak!
SEMUA YANG ADA DI LAPANGAN MEMBERI HORMAT SAMBIL MENYANYIKAN LAGU INDONESIA RAYA. SEBAGIAN SAMBIL BERLINANGAN AIR MATA.

CUT TO
06.          EXT. VICTORIA PARK. SIANG
   PEMAIN: ANGGOTA SEKAR BUMI

PEMBAWA TEXT PANCASILA MAJU MENYERAHKAN TEXT PANCASILA KEPADA PEMBINA UPACARA.

ANGGIE
(MEMBACA TEXT PANCASILA VERSI SEKAR BUMI DITIRUKAN OLEH SEGENAP YANG HADIR DI SITU) Panca Tuntutan BMI-Hong Kong. Satu, Pemerintah harus bisa menurunkan biaya penempatan dan mampu memberi pendidikan serta mengawasi pengiriman calon TKI. Dua, kemanusiaan yang adil dan beradap bagi TKI legal ataupun illegal, formal ataupun non formal. Tiga, persatuan dan kesatuan untuk membela dan melindungi hak-hak TKI yang teraniaya. Empat, rakyat Indonesia tidak memandang rendah kepada TKI non formal utamanya kepada TKW. Lima, melindungi, mengayomi dan menciptakan perasaan aman kepada semua TKI di seluruh dunia.

TEPUK TANGAN MEMBAHANA. ETIK DAN BEBERAPA WARTAWAN DARI BERBAGAI MEDIA BERBAHASA INDONESIA MAUPUN LOKAL JUGA ORANG YANG MELEWATI DAERAH ITU MENGAMBIL FOTO UPACARA TUJUHBELASAN VERSI TKI TERSEBUT.


_________________________________