Ngutang kawan, ngutang!!
Kalau lagi butuh pulsa dan ga punya duit? Ya ngutang!
Kalau pengin beli kompi dan uangnya ga cukup? Ya ngutang!
Kalau mau libur dan ga ada uang saku? Ya ngutang
Kalau mau beli cawet tapi uangnya terlanjur dikirim ke Indo? Ya ngutang!
Kalau mau bayar utang dan kantong kerontang? Ya utang!
O la la...!!
Maaf, bukan maksud saya untuk ngajarin Anda ngutang, tapi yang tersebut diatas cuma sebagai pendiskripsian dalam hal "per-utangan". Maksudnya sebagai beberapa contoh utang.
Utang yang menjadi topik saya kali ini adalah berlaku bagi siapa saja. Bagi petani yang pengin beli pupuk, atau bagi bagi artis yang pengin beli "pupur"(bedak). Bagi lurah yang pengin istri muda atau bagi pemerintah yang mempunyai banyak pemuda. Nah lho! Namanya juga utang, tetep aja utang, tapi disini ada satu perbedaan yang kentara antara utang sing lumprah dengan utang sing ora lumprah. Nah lho?! Apa maneh kuwi?
Utang lumprah biasanya dilakukan secara umum sudah memasyarakat, contoh: bu RT utang minyak goreng di warung, trus pak guru utang uang di koprasi, trus juga utang-utang kepada bank atau instansi pengutangan yang lain.
Sedangkan utang sing ora lumprah adalah dengan kartu plastik(credit card). Kecanggihan teknologi sekarang ini memungkinkan kartu plastik untuk ngutang. Hanya dengan metode penggesekan yaitu kartu plastik tersebut di gesek-gesekkan pada suatu alat maka terjadilah transaksi pengutangan.
Kartu plastik ini termasuk juga benda ajaib. Bayangkan teman-teman, mung di esek-esek ke thok wae wis iso utang, dan lagi ngutangnya terlihat "Go International" lagi!!
Artis kelas tinggi bisa berbaju super mahal dan berperhiasan super gemerlap, tanpa orang tahu kalau dia itu mung ngesek-esek ke kartu plastik alias ngutang untuk sekedar tampil wah.
Sebenarnya enggak jadi masalah kalau diakhir bulan mereka bisa melunasinya. Tapi yang sering menjadi ganjalan adalah pengeluaran yang sedemikian banyaknya hanya karena kartu plastik tersebut. Mungkin dalam pemikiran banyak orang adalah yang penting bisa beli dulu(ngutang dulu) bayar belakangan. Enggak tahunya tagihan begitu menggila!
Lebih parahnya lha nek sing punya kartu plastik tersebut adalah "babu". Dengan pemasukan yang tetap alias mung "nyagerke"(mengandalkan) pada gaji pokok saja.
Dan mata ini kalau sudah survey kemana-mana biasane "guatel pol". Akankah kita berpedoman "besar pasak daripada tiang"? Yo rubuh, tumbang, ambruk, kocar-kacir tenan!!
Jadi seperlu apa seh ngutang itu? Seberapa besar seh target pengeluaran kita tiap bulannya?
Seharusnya kita bijaksana menyikapi itu, tapi emang kadang angel banget.
Ngutang, secara lumrah ataupun ga lumrah tetep saja ngutang. Yang pada akhirnya kita harus membayarnya. Jadi akankah kita terpedaya dengan gaya ngutang yang keren dan go international dengan kartu plastik tersebut, ataukah kita masih bangga dengan metode utang lumrah seperti kebanyakan orang? Ataukah memilih menekan pengeluaran dengan merincikan anggaran tiap bulannya? Semua itu kembali pada pribadi masing-masing.
Demikian postingan saya tentang Internasional "ngutang" dengan kartu plastik