Kalau dirimu melihat diriku hari ini, fuihhh tentunya pikiranmu tak jauh beda dengan seorang cewek yang aku jumpai siang tadi. Dengan celana pendek, kaos oblong, sandal jepit dan keranjang belanjaan, aq tak ubahnya sebagai "babu on duty" pada kebanyakannya. Well, ketambahan dengan wajah yang mengkilap karena kringat dan minyak alami bau ketek plus rambut yang ga ada bedanya dengan kawul(pasahan kayu). Waduh pokok e semrawuttzz deh.
"Mbak gak libur?" tanya seorang cewek yang aku yakin mempunyai job sama dengan aku yaitu babu.
"Enggak mbak," jawabku.
"Baru ya?" tanyanya lagi. Yang dimaksud dengan kata baru disini adalah apakah aku baru datang ke Hongkong.
Kubiarkan pertanyaannya kosong tanpa jawaban, bukankah jawaban yang diinginkannya adalah: iya? Tapi aku tak ingin membahagiakannya dengan segera menjawab pertanyaannya dengan jawaban: iya.
Mulai jengah aku dipandangi olehnya. Dia memandangku dari atas sampai bawah, seolah seperti keheranan atau takjub dengan kepedeanku bergaya babu hari minggu gini. Memang seh si cewek ini berbaju bagus, mungkin juga bajunya itu mahal. Ditambah lagi beberapa perhiasan seperti gelang 3 biji, cincin di dua jari, jam, kalung dan anting sebesar tutup gelas dan kesemuanya berwarna emas. Ah, hampir saja aku membuka mulut dan bertanya padanya apakah perhiasan yang dipakainya itu emas beneran atau imitasi saja, tapi segera kusadari kalau pertanyaan semacam itu justru akan mengundang pernyataan atau bahkan makian yang tak kuinginkan.
"Baru mbak? tanyanya lagi.
Buseett, ini cewek mungkin menganggap aku tuli, karena tadi aku tak menjawab segera pertanyaannya. Aku hampir saja membuka mulut ndowehku untuk menjawab pertanyaan yang baginya hukumnya wajib dijawab itu, tapi tiba-tiba saja hp nokia andalanku(nokia 1600 yang sudah lecek, usang n kadaluwarsa) meneriakkan lagu "iso ngliwet-nya boyzone"(It's only word).
"Hallo, yes mam. Coming back now mam. Ok. Ok"
Kumasukkan lagi Hp-ku kedalam saku celanaku. Kali ini dengan kemantapan hatiku aku mengambil ancang-ancang untuk menjawab pertanyaan cewek tersebut.
"Baru?? Emmm...iya neh mbak, baru 7 bulan," jawabku mantap.
"Oooo...pantes," katanya sambil tersenyum.
Aku melihat gelagat yang tak baik dari cewek cantik ini. Cara memandangnya padaku seperti mentertawai aku. Dan aku tak suka itu.
"7 bulan lebihnya dari 5 tahun," jawabku bohong.
"HA?? Sudah 5 tahun lebih kok mbak seperti itu?"
"Haa?? seperti itu gimana maksudnya?" tanyaku berbalik.
"O maaf, maksudnya mbak kok gak berubah, Hp juga masih gitu aja,"
"Ha?? memang mbak tahu aku dulunya kayak apa? Lagian apa salahnya dengan Hp ku?"
"Enggak mbak maaf, mbak terlihat polos banget gitu. Lagian biasanya kalau sudah lama di Hongkong khan biasanya Hpnya yang mahal dan keluaran baru gitu,"
Mataku berhenti sejenak pada Hp kebanggannya, Nokia N-91, buseettt.
"Mbak, kalau penampilan ya tergantung sama pribadi masing2. Saya orangnya gak suka sing nyleneh2, ga suka sing aneh2 cuma sewajarnya aja. Opo anane. Lha wong ya sapa sing arepe dipameri? Pacar? bojo? yo adoh panggone ndek Indo(Indonesia) sana. Trus nek Hp, lha wong Hp khan fungsine biar bisa lancar berkomunikasi aja tho. Lha nek sing Hp kadaluarsa kayak gini aja sudah bisa untuk komunikasi lha ngapain beli sing mahal2? Sing penting khan pulsane. Mbak, Hp ku najan elek pulsane ora tau utang lho, tenan kuwi!" kataku berargumen.
Dia mesem, seperti malu juga gregetan denganku. Kemudian berlalu, begitu saja tanpa pamit. Ah aku lupa tanya namanya.
"Enggak mbak," jawabku.
"Baru ya?" tanyanya lagi. Yang dimaksud dengan kata baru disini adalah apakah aku baru datang ke Hongkong.
Kubiarkan pertanyaannya kosong tanpa jawaban, bukankah jawaban yang diinginkannya adalah: iya? Tapi aku tak ingin membahagiakannya dengan segera menjawab pertanyaannya dengan jawaban: iya.
Mulai jengah aku dipandangi olehnya. Dia memandangku dari atas sampai bawah, seolah seperti keheranan atau takjub dengan kepedeanku bergaya babu hari minggu gini. Memang seh si cewek ini berbaju bagus, mungkin juga bajunya itu mahal. Ditambah lagi beberapa perhiasan seperti gelang 3 biji, cincin di dua jari, jam, kalung dan anting sebesar tutup gelas dan kesemuanya berwarna emas. Ah, hampir saja aku membuka mulut dan bertanya padanya apakah perhiasan yang dipakainya itu emas beneran atau imitasi saja, tapi segera kusadari kalau pertanyaan semacam itu justru akan mengundang pernyataan atau bahkan makian yang tak kuinginkan.
"Baru mbak? tanyanya lagi.
Buseett, ini cewek mungkin menganggap aku tuli, karena tadi aku tak menjawab segera pertanyaannya. Aku hampir saja membuka mulut ndowehku untuk menjawab pertanyaan yang baginya hukumnya wajib dijawab itu, tapi tiba-tiba saja hp nokia andalanku(nokia 1600 yang sudah lecek, usang n kadaluwarsa) meneriakkan lagu "iso ngliwet-nya boyzone"(It's only word).
"Hallo, yes mam. Coming back now mam. Ok. Ok"
Kumasukkan lagi Hp-ku kedalam saku celanaku. Kali ini dengan kemantapan hatiku aku mengambil ancang-ancang untuk menjawab pertanyaan cewek tersebut.
"Baru?? Emmm...iya neh mbak, baru 7 bulan," jawabku mantap.
"Oooo...pantes," katanya sambil tersenyum.
Aku melihat gelagat yang tak baik dari cewek cantik ini. Cara memandangnya padaku seperti mentertawai aku. Dan aku tak suka itu.
"7 bulan lebihnya dari 5 tahun," jawabku bohong.
"HA?? Sudah 5 tahun lebih kok mbak seperti itu?"
"Haa?? seperti itu gimana maksudnya?" tanyaku berbalik.
"O maaf, maksudnya mbak kok gak berubah, Hp juga masih gitu aja,"
"Ha?? memang mbak tahu aku dulunya kayak apa? Lagian apa salahnya dengan Hp ku?"
"Enggak mbak maaf, mbak terlihat polos banget gitu. Lagian biasanya kalau sudah lama di Hongkong khan biasanya Hpnya yang mahal dan keluaran baru gitu,"
Mataku berhenti sejenak pada Hp kebanggannya, Nokia N-91, buseettt.
"Mbak, kalau penampilan ya tergantung sama pribadi masing2. Saya orangnya gak suka sing nyleneh2, ga suka sing aneh2 cuma sewajarnya aja. Opo anane. Lha wong ya sapa sing arepe dipameri? Pacar? bojo? yo adoh panggone ndek Indo(Indonesia) sana. Trus nek Hp, lha wong Hp khan fungsine biar bisa lancar berkomunikasi aja tho. Lha nek sing Hp kadaluarsa kayak gini aja sudah bisa untuk komunikasi lha ngapain beli sing mahal2? Sing penting khan pulsane. Mbak, Hp ku najan elek pulsane ora tau utang lho, tenan kuwi!" kataku berargumen.
Dia mesem, seperti malu juga gregetan denganku. Kemudian berlalu, begitu saja tanpa pamit. Ah aku lupa tanya namanya.
aku ngono, wis tak antem hp raine...
BalasHapus:D
walah walah.... kejem nian dirimu...
BalasHapusben ne rak uwis kang.
kulo nuwun mba' rie
BalasHapusweleh jangan pedulikan
mbakyu yang senewen itu
maju terus ,pantang mundur
hidup babuuuuuu!
mangkane, kalau ada yg tanya ndang cepet dijawab (pakai akting lugu segala-bikin senewen-kan?); jd beginilah akhir cerita...
BalasHapushahaha...
>>annisa, yo i girl! Maju terus(asal lihat kalo ada jurang) hidup babu, wkwkwkwk...
BalasHapus>>sekarbumi, wekss . Ini khan wujud kalo ternyata aq juga bisa ber-akting tho. Piye piye???
setuju, mbak rie, mbokan de'e hapene canggih, ning rak durung mesti ngeblog to? hehe, salam kenal,
BalasHapus>>meika sari, hehehehe...setujuuuu!! salam kenal balik mbak!
BalasHapuswalah rie.... wong hp pada karo nek ku wae...., tapi aku ya PD wae kok..kwek kwek kwek kwekkk... pentingkan muni...isa nyanyi n krungu swarane si jantung hati..iya nggak..ya nggak...ya nggak...hehehe
BalasHapusyupz PD(perempuan desa) wkwkwkwkwk.... se7 juga sing penting krungu suarane yayange,hehehe...
BalasHapus