Hari minggu adalah hari kemerdekaan bagi (sebagian)orang. Dan minggu tanggal 24 bulan agustus kemarin adalah salah satu dari sekian hari aku keluar dari rutinitasku sebagai babu.
Jam 9 pada hari itu menjanjikan kecerahan yang sedemikian solid. Ada matahari yang ikhlas menyinari, ada angin yang dibisikkan dengan mesra di telinga sebelah kanan oleh sang kekasih hati(ceileee...). Dan aku, babu sing ndableg setengah mati senengane mangan sambel trasi cewek blora sing nganyelke ati alias Rie Rie, berjalan tanpa teman menyusuri Victoria Park(VP).
Teman-teman sebangsa(para tkw) yang libur di hari itu juga tumpah ruah memenuhi VP. Ada kekaguman pada sebagian teman-temanku yang berhasil memanfaatkan waktu libur itu untuk mencari tambahan uang dengan menjual aneka makanan khas Indonesia. Dan seperti hari-hari yang telah lalu begitu banyak orang memanggil mbak kepadaku. "Mbak es dawet mbak, rujak mbak, soto mbak, rawon mbak, mie ayam mbak, kartu mbak, plastik mbak, kacang-kacang, bakso mbak!"
Dan pada penawaran terakhir aku berhenti. Makan bakso adalah menjadi rutinitasku setiap hari liburku.
HP yang berdering berkali-kali aku abaikan demi semangkuk bakso yang pedesnya audubillah dan membuat kringetku dleweran dan umbelku metu.
Tetapi pemandangan yang bersliweran di depanku tentu saja tak bisa aku abaikan. Pemandangan yang berhasil mengaduk-aduk perasaanku, antara kagum, heran, malu, marah juga masa bodoh.
Ada tumpeng yang dibawa dengan extra hati-hati oleh seorang cewek berambut seperti rambut jagung bersama dengan seorang cewek yang berambut seperti landak, konon katanya style seperti itu sangat gaul banget(waduh, beda jauh ma Rie). Tumpeng, nasi kuning lengkap dengan segala urapan dan ayam panggang yang dihias secara apik,membuatku merasa kagum. Kekaguman yang lebih tepatnya terletak pada harga tumpeng tersebut bukan pada orang yang membawanya ataupun tampilan wah dari tumpeng itu.
Betis-betis sexy juga banyak bersliweran di depanku, lengkap dengan sepatu berhak sepuluh centi. ujung-ujung jarinya aku dengar meneriakkan protes tetapi sang empunya kaki berjalan lenggang saja. Seketika kulihat kakiku yang berurat disana-sini, juga jari-jari kaki yang njleber mirip kaki bebek, dan aku tidak malu, toh aku masih aku.
Banyak juga betis yang tertutup, sampai keatas kepala dan ketika mereka(serombongan teman yang berjilbab) ini melihat kearahku segera saja salam terucap. "Assalamu'alaikum," ujar mereka manis, semanis baju yang mereka kenakan dan hati yang mereka miliki.
"Wa'alaikum salam," jawabku malu.
Masih ada 2 jam hingga janjiku untuk bertemu dengan teman-temanku dari PDV(Persatuan Dakwah Victoria)untuk sedikit memperbincangkan tentang acara dan rencana mereka di bulan Ramadhan, percakapan yang nantinya bisa aku tularkan atau aku tuliskan untuk semua orang. Aku berjalan memasuki pinggiran lapangan sepakbola, dan berhenti tepat disamping eskalator yang menghubungkan VP dengan Central Library-Cousewaybay. Aku keheranan, sekaligus takjub. Betapa besar minat teman-temanku ini untuk belajar. Aku melihat serombongan teman sedang mengadakan ujian tertulis menjahit di pinggir lapangan dan lesehan!! Sebuah pemandangan yang amat menakjubkan bagiku, disaat yang lain bercengkerama atau berbelanja ria atau ngrasani lopan(bos), mereka belajar sungguh2 dibalik segala kekurangan fasilitas dan masih bersyukur atas kesempatan yang mereka dapatkan, salut!!
Beredar dari tempat itu setelah mengambil beberapa gambar untuk aku simpan pribadi, aku lihat segerombol anak dilatar belakangi suara gitar. Mereka yang rupanya pecinta gitar ini lagi belajar main gitar. Ada beberapa anak yang menyanyi, suaranya(kalau menurutku)tidak kalah dengan suara Rosa, merdu, kadang juga menyentak seperti Nicky Astria.
Sedangkan tak jauh dari situ ada anak-anak yang berpakaian ala tomboy melakukan dance, yang sampai-sampai berputar-putar dengan kepala di atas tanah layaknya penyanyi rap yang sering aku lihat di TV itu. Sayangnya aku gagal mengambil gambar karena mendadak saja baterai kamera murahanku habis. Tapi sungguh tadi adalah tarian yang sayang untuk di lewatkan.
Hujan! Jam 11.30 dan hujan. Sialnya aku tak membawa payung, sehingga berteduh di dekat WC umum di pojok VP adalah satu2nya alternatif buatku. Beruntung hujan tak berlangsung lama, hanya 15 menit saja, cuma menggertak saja.
Ada hidung mancung bersliweran di depanku(orang2 pakistan atau nepal atau India). Sempat mengumpat juga dalam hatiku. (Jancuk !! mentang2 aku berhidung pesek aja kemudian mereka pamer hidung mancungnya)
Kembali aku berjalan, lebih cepat, kali ini setelah aku menelepon mbak Inayah dari FLP(Forum Lingkar Pena-Hongkong), menanyakan tentang buku pesananku. Tapi telpon tak juga diangkat walaupun sudah tiga kali aku dial. Sedikit kecewa karena ternyata aku dapati mbak Inayah tidak berada di sana, tapi masih sempat menguping beberapa pembicaraan mengenai tulisan dan rencana menyambut bulan Ramadhan. Betapa indah kedengarannya.
Kaki ini beranjak lagi, menuju tenda putih besar di tengah VP kemudian turun ke tenda putih kecil dibawahnya. Aku silent mode HPku dan kumasukkan ke dalam saku celana. Ada Mbak Dwi Rupiat yang menyambutku, begitu sopan dan sabarnya. Sejenak seperti di manjakan olehnya dan juga tutur katanya yang lembut. Bersama mbak Dwi, aku menuju ke gardu kecil di tempat anak-anak PDV, di sebelah kolam dimana orang-orang biasanya bermain miniatur perahu bermotor. Dan aku bertambah malu. Aku merasa sebagai penyamun di sarang wanita. Diantara puluhan wanita cantik karena berjilbab. Sedikit berbincang dengan mbak Imas sampai akhirnya aku harus berpamitan karena HPku yang bergetar2 berkali-kali sampai kakiku kesemutan. Aku tahu, pasti ini dari Chamidah temenku yang menungguku makan siang sesuai dengan janjiku padanya pagi tadi.
Rasanya berat sekali aku menarik hatiku untuk beranjak dari sana, sejujurnya ada juga rasa nyaman disana. Sekiranya kapan aku diberi atau mempunyai kesadaran dan hidayah untuk bermesra denganNYA??
Warung Malang adalah tujuanku selanjutnya, tidak begitu padat hari itu. Karena banyak yang pergi melihat konser Kethoprak Humor dan Peterpan yang di gelar oleh Bank Mandiri hari itu untuk merayakan kemerdekaan ke-63 RI. Makan siangku habis tak bersisa,entahlah, hari itu rasanya aku bisa melahap apa saja yang ada di depanku. Hummm...beda sekali dengan hari-hari biasanya yang hanya sehari sekali saja aku makan. Bukan karena bos melarangku untuk makan, tetapi karena aku tidak bernafsu makan.
Jam 2, bersama tiga orang temanku yang mempunyai tiket berbeda(aku dan Chamidah bertiket VIP 1 sedangkan Liya dan Tutik bertiket VIP 3) kami berangkat menuju Queen Elizabeth Stadium Wanchai untuk melihat konser. Meninggalkan temenku Hindun sendirian karena dia ga punya tiket(Untuk mendapatkan tiket kita harus menabung di bank Mandiri. Jumlah yang ditabung menentukan letak kursi). Dan seperti biasanya begitu panjang antrean masuknya. Aku dan Chamidah yang bertiket VIP 1 duduk di depan panggung persis, sedangkan Liya dan Tutik berada dibelakang deretan ketiga.
Borneo dancer(kalau tidak salah) sebagai pembuka acara di ikuti dengan komedi singkat dari LPPMI(Lembaga Pelatihan & Pendidikan Mandala Indonesia-cabang Hongkong). Kethoprak Humor adalah selanjutnya. Berbicara tentang "humor" ya memang lucu. Terlebih dengan adanya Tessy yang super genit(saat itu berlakon sebagai permaisuri raja). Jujur aku katakan ada beberapa perkataan yang tidak mengenakkan dari Kethoprak Humor itu. Yaitu ketika(lupa namanya) berucap: "Ojo kagum karo ayune, kagum o karo borose"(jangan kagum dengan kecantikannya tapi kagumlah pada keborosannya). Perihal sindir menyindir adalah hal yang lumrah, aku sendiri sering menyindir orang. Dalam hal ini aku tidak menyalahkannya. Tetapi sikap Tessy yang overacting dengan mengelus-elus perut salah satu tkw(yang ikut bermain dengan kethoprak humor), juga mendekap eratnya, membuatku berpikiran lain. Sebuah pemandangan umum yang menurutku kok insult banget, seduction. Walaupun dalam pendapat umum adalah hal yang wajar karena hanya untuk menambah kekocakan/kelucuan/humor saja, tapi pemandangan itu menimbulkan mual padaku. Memaksaku untuk berpikir begini: seandainya saja hal semacam ini(mengelus2 perut ataupun memeluk erat) dilihat oleh anak kecil, maka bukan salah si anak kecil tersebut kalau kemudian mengelus2 temannya atau memeluk erat temannya hanya karena ingin bercanda saja.
Setelah Kethoprak Humor berlalu, giliran Peterpan menghibur kami. Nah, kesalahan fatalku adalah aku tidak mengetahui lirik lagu dari Peterpan(cuma bisa lagu Ada Apa Denganmu saja, hehehe...). Sementara lagu-lagu Peterpan yang aku download secara gratis malam sebelumnya belum sempat aku dengarkan. Duh, benar-benar keterlaluan aku. Dan konser Peterpan-pun berjalan sampai jam 5.20 sore. Aku dengan jujur mengatakan tidak menikmati konser ini, baik yang kethoprak humor maupun peterpan. Well, mungkin kesalahan mutlak padaku. Lha wong nonton peterpan kok gak ngerti lagune, hehehe....
Kembali ke VP, menjumpai Hindun yang menunggu dengan setia dengan beberapa cemilan dan makan malam kami. Melewati banyak lagi kejadian di pinggir jalan. Ada seorang pengemis dengan kepala setengah botak dan muka tak berbentuk, kaki buntung sedang kaki satunya lagi terlihat begitu kecil dan kurusnya. Kuletakkan beberapa keping dolar di atas topinya dan bergegas berlalu(setelah mengambil satu pic). Aku tak tega melihatnya, sungguh. Bosku pernah bercerita bahwa dulu, 40 tahun yang lalu banyak anak yang hilang di culik dan tak pernah kembali. Kemudian setelah itu banyak pengemis kecil dengan kondisi tubuh yang mengenaskan berkeliaran di mana-mana. Menurut bos juga, mereka(anak2 kecil itu) di culik untuk kemudian di siksa dan di cacati oleh segerombolan penculik dengan tujuan agar terlihat melas sehingga bisa mendapatkan keuntungan sebagai peminta-minta. Betapa kejamnya!
Masih berjalan lagi aku temukan seorang wanita sedang bercengkrama dengan seorang dukun ramal di bawah jembatan di Sugar street. Huh, pemandangan yang membuatku mual lagi! Untung aku bukan salah satu orang yang percaya akan ramalan orang ataupun primbon. Seandainya peramal itu di hadapkan padaku tentunya akan terjadi perang tanding yang dasyat.
Kembali ke VP dan menikmati makanan ala kadarnya bersama Hindun dan Chamid, hanya satu jam saja kemudian kita membubarkan diri untuk masing-masing kembali ke rumah Bos. Duhhh...mbabu lagi deh! Ups! Sempet ketemu ma Etik si benalu kunclup dan Aliyah si cewek Rembang dan berbincang sejenak sebelum akhirnya menuju ke terminal bus nomer 21M ke TaiHang Road, rumah bosku.
pertamax...
BalasHapusgratis boleh ga komentar kan aturannya?
btw, salam kenal mba.
hushhh.... kok misuh
BalasHapus:D
>>gus, yupz, thanks
BalasHapus>>kang slamet, ora ana larangan khan? hehehe...