"Kamu nakal sekali!" teriak mr. Wong. Dahinya mengkerut, kejengkelannya pada Katelyn, anak semata wayangnya jelas sekali terlihat. Mr. Wong adalah nama bosku, seorang pakar IT dan salah satu menager di Merrill Lynch-Hong Kong. Demikian aku memanggil mereka: MR Wong untuk bos lakiku dan Mrs Wong untuk bos perempuanku. Sedangkan mereka biasa memanggilku Cece yang artinya kakak/mbak.
"Kalau kamu nakal kayak gitu, ntar malem ga boleh tidur sama mami daddy!" hardik Mrs Wong kepada Katelyn.
"As your punishment!" tambah Mr Wong pula.
"Kamu tidur sono sama Cecemu! As your punishment!" bentak Mrs. Wong.
"Ya, sleep with your Cece as your punishment!" Mr Wong mempertegas.
Kepalaku berdenyut-denyut, ada yang memberontak disana dan ingin segera di keluarkan dari batok kelapaku. Kuletakkan pekerjaanku saat itu juga.
Katelyn masih meraung-raung, entah mengapa bocah umur 3 stengah tahun itu begitu manjanya. Sedikit saja kami mengatakan sesuatu yang tidak disukainya seketika itu juga dia akan menjerit-jerit dan meraung-raung. Sebuah kelakuan yang entah turunan dari mami atau daddynya, aku tak tahu.
Dan kepalaku bertambah parah saja, raungan Katelyn juga serangkai kalimat yang baru di lontarkan oleh bosku membuatku sakit, sakit di hati. Pedih, rasanya perih sekali, tertusuk dan berdarah-darah. Terjadilah perubahan fisiologikal dan biologikal pada diriku. Tekanan darah dan denyutan jantung meningkat, begitu juga dengan hormon tenaga, adrenalin dan noradrenaline. Bukankah marah itu adalah sifat normal manusia?
"Sleep with your cece as your punishment" kata itu terulang-ulang, menggema, menggaung yang kemudian membuatku mempunyai kemarahan yang sama levelnya dengan kemarahan sang Bos terhadap anaknya.
"So sleeping with me is a punishment?" tanyaku pada mereka.
"Sedemikian burukkah aku sehingga tidur denganku sama artinya dengan sebuah hukuman?" tanyaku lagi. Akhirnya terlontar juga isi kepalaku.
"Sleeping with me is a punishment, so playing with me samakah artinya dengan memenjarakan anakmu?" tanyaku lagi, mataku panas.
"Sorry Cece, kami ga bermaksud begitu, cuma kamu tau sendiri khan kalau Katelyn sekarang ini susah banget di atur, maaf Cece," kata Mr Wong menyadari kesalahan omongannya.
Cukupkah hanya dengan permintaan maaf melegakanku? Tidak! Aku sudah terlanjur sakit. Harga diriku di injak-injak, di remehkan begitu saja. Hal yang paling aku benci dalam hidupku. Penghinaan ini harus dibalaskan, pikirku.
Aku teringat sesuatu, seekor blattodea atu kecoak pemberani terperangkap di perekat, dua kaki depannya praktis tak bisa bergerak. Sistem senso-motorik di kepala maupun di kaki belakangnya tak mampu memberikan reaksi cepat terhadap otaknya untuk bertindak(melarikan diri dari perekat).
Dan aku yang marah terhadap bosku segera mengambil keputusan. Kupungut kecoak itu, kulepaskannya dari perekat perangkap hewan merayap tersebut. Sedikit jijik sebenarnya, hewan yang konon telah ada di muka bumi lebih dari 300 juta tahun ini biasanya langsung aku buang di tempat sampah tanpa melihatnya. Hari ini rasanya aku harus bekerja sama dengannya. Kulepaskan kecoak itu di ruang tamu (tentu saja tanpa sepengetahuan bos). Segera saja sang kecoak dengan sukacita berlari-lari kesana kemari, merayakan kemerdekaannya.
Bosku mempunyai phobia terhadap kecoak. Sedetik setelah diketahuinya ada hewan berkaki 6 yang merayap dengan girangnya, histerislah mereka. Bos lakiku kontan langsung berdiri diatas sofa, sedangkan bos perempuanku lari masuk kamar dengan menelantarkan Katelyn, anaknya. Katelyn dibiarkan terbengong-bengong sekaligus kaget melihat tingkah polah mereka. Jeritan-jeritan tertahan segera saja sambung menyambung berbaur dengan tangis kaget Katelyn yang pecah.
"Kill it! Kill it!" perintah bos lakiku. Tangannya memegang bantal sedemikian erat menutupi mukanya. Keringat dingin segera membanjiri tubuh kekarnya
"I have no time, masih banyak cucian. Habis ini tidur ma Katelyn karena dia lagi di hukum," jawabku. Dalam hati aku tertawa girang melihat polah mereka, kemarahan yang tadi sudah menguap.
"Ceceeee!! Please kill it!!" teriak bos lakiku, lebih kencang lagi dari sebelumnya.
Aku kasihan juga, ku renggut sebuah kain pel dan aku berlari-lari kesana kemari mengikuti kemana kecoak itu pergi. Dan tertangkap persis dibawah sofa dimana bosku berdiri kaku. Mungkin karena dua buah kaki depan dari kecoak tersebut telah patah sehingga larinya tak begitu kencang.
Segera kubawa keluar kain pel dengan kecoak di dalamnya, kuturuni tangga hingga lantai 2 dan disana kulepaskan kecoak tersebut sebagai rasa terima kasihku padanya. Kalau nanti aku berjumpa lagi dengannya, aku tak tahu apakah aku akan melepaskannya hidup-hidup atau tidak.
Kembali ke 4F 37 Village Road Happy Valley-Hongkong(hehehe...malah promosi alamatnya bos) seabreg kerjaan yang tertunda segera kuselesaikan. Katelyn sudah berada di kamarnya, dia tidur sendirian hari ini. Di luar udara begitu dingin, suhu mencapai 10 derajat celcius, dua buah heater menyala...hatiku sudah hangat kembali.
------------
Kawans, jangan praktekan ini kepada bosmu, terlebih kalau kamu baru, dan bosmu tidak mempunyai phobia. Butuh 3 tahun untuk Rie bisa bicara di atas kebenaran dan kemauan sendiri(selama kerja di HK). Tahun pertama Rie kerja. Rie seperti inem2 lainnya yang selalu sendika dawuh, mengiyakan terhadap apapun perintah atau larangan. Tahun kedua, Rie baru mendapat simpati mereka kemudian kepercayaan mereka. Kini Rie berhak bicara, membenarkan atau menyalahkan sesuatu.
Hehehe... bisa juga nih ngerjaij bossnya.. jadi opunya cara jitu ya.
BalasHapus:)
hehehe...sangar juga neh mba rie saya yang satu ini...slute deh
BalasHapusHappy Wednesday! Bloghoppin' here... Hey, I have an interesting tutorial for you that I have written myself. It is about adding Adsense on your Single Post in XML template. I hope you'll like it! God Bless you!
BalasHapusNggak segitunya kali penjabarannya....
BalasHapusEmansipasi...
BalasHapus>>cah pamulang, Gus, lhah...tapi Rie masih dalam batas wajar khan? ga kejem2 amat khan? hehehe...
BalasHapus>>Omtri, emang begitu yg sebenernya
>>Ikhsan, emansipasi babu, wkwkwkwk...
Kok bisa ya...?
BalasHapusserem and geli juga
subhanallah mbak, sungguh beruntungnya dikaw karena bisa blogging, padahal di teve sering keluar berita TKI yang dianiaya majikan...
BalasHapussalut dah... ane gak mo kalah sama mbak. keep the spirit...
btw salam kenal
Full dramatisasi....
BalasHapus>>Baka kelana, ya begitulah...
BalasHapus>>Kandra..iya alhamdulillah
OK keep blogging keep learning!! Salam kenal kembali
>>Abu Hanifah, bukankah hidup ini adalah sandiwara?
bruakakakaka... kaya cerita di cerpen aje T___T
BalasHapushahahaha... ternyata kau jadi "murder" di hongkong. pembunuh bayaran untuk kecoak maksudnya! hahaha...
BalasHapusWah..wah...
BalasHapusternyata aku tdak sndri.
Smg ga bkaln da yg ngerjai aku dgn bgituan
;)