for everyone |
"Gila!
Ini terlalu!" kataku. Tak hanya dalam hati juga pun keluar dari mulut
ndowehku yang seksi. Bukan aku menggerutu atas tugasku kemarin hari saat
bos memberiku berlembar-lembar uang ratusan dolar hongkong yang kalau
dirupiahkan hampir mendekati tiga juta. Uang yang kemudian berbuntut
pemburtuanku atas makanan yang diproduksi oleh negara tetangga yang lagi
terkena musibah, Jepang.
Bos mendadak kelabakan, seperti ayam yang hendak bertelur, mondar-mandir kesana kemari mengikuti setiap gerakku sambil memberiku instruksi ini dan itu. Bukan pula aku menggerutu akan tugasku yang mendadak banget menjadi berjibun dan menghabiskan hampir lima jam waktuku, bukan, bukan itu.
Tapi lebih dari itu, perintah dari si bos menurutku agak terlalu. Aku disuruhnya membeli bahan makanan buatan Jepang yang menjadi makanan momonganku sehari-harinya. Empat bungkus chicken wings yang perbungkusnya mencapai tiga ratus ribu, 6 seaweed yang perkalengnya seratus dua puluh ribu, 6 mi kering yang perbungkusnya empat puluh ribu, 4 macaroni yang perbungkusnya tiga puluh ribu, saous kikkoman, salad dressing, mi udon, wijen, dan sebagainya.. dan sebagainya. Bah! Terlalunya itu karena aku diharuskan membeli untuk persediaan 6 bulan ke depan.
Kegilaan semacam ini rupanya tak hanya terjadi pada bosku, teman-temanku yang lain juga menggerutukan hal yang sama, bos mereka juga gila hunting makanan produk Jepang.
Musibah yang menimpa Jepang, gempa dan tsunami itu, menjadikan penyetopan secara mendadak stok makanan dari Jepang. Yah tentu saja, pemerintah Jepang tentu lebih mendahulukan untuk memenuhi kebutuhan perut warganya daripada ekspor. Banyak warga korban dari bencana tersebut yang kekurangan makanan bahklan juga air bersih, belum lagi radiasi yang terjadi menyebabkan ruang gerak sekaligus kemungkinan negara itu untuk bangkit dari bencana sedemikian beratnya.
Di saat ribuan orang kelaparan di sana, banyak warga Hong Kong yang gila. Aku sungguh mengutuk ini. Terlalu!
Bos mendadak kelabakan, seperti ayam yang hendak bertelur, mondar-mandir kesana kemari mengikuti setiap gerakku sambil memberiku instruksi ini dan itu. Bukan pula aku menggerutu akan tugasku yang mendadak banget menjadi berjibun dan menghabiskan hampir lima jam waktuku, bukan, bukan itu.
Tapi lebih dari itu, perintah dari si bos menurutku agak terlalu. Aku disuruhnya membeli bahan makanan buatan Jepang yang menjadi makanan momonganku sehari-harinya. Empat bungkus chicken wings yang perbungkusnya mencapai tiga ratus ribu, 6 seaweed yang perkalengnya seratus dua puluh ribu, 6 mi kering yang perbungkusnya empat puluh ribu, 4 macaroni yang perbungkusnya tiga puluh ribu, saous kikkoman, salad dressing, mi udon, wijen, dan sebagainya.. dan sebagainya. Bah! Terlalunya itu karena aku diharuskan membeli untuk persediaan 6 bulan ke depan.
Kegilaan semacam ini rupanya tak hanya terjadi pada bosku, teman-temanku yang lain juga menggerutukan hal yang sama, bos mereka juga gila hunting makanan produk Jepang.
Musibah yang menimpa Jepang, gempa dan tsunami itu, menjadikan penyetopan secara mendadak stok makanan dari Jepang. Yah tentu saja, pemerintah Jepang tentu lebih mendahulukan untuk memenuhi kebutuhan perut warganya daripada ekspor. Banyak warga korban dari bencana tersebut yang kekurangan makanan bahklan juga air bersih, belum lagi radiasi yang terjadi menyebabkan ruang gerak sekaligus kemungkinan negara itu untuk bangkit dari bencana sedemikian beratnya.
Di saat ribuan orang kelaparan di sana, banyak warga Hong Kong yang gila. Aku sungguh mengutuk ini. Terlalu!
repost dari Multiply
0 comments :
Posting Komentar
Matur suwun wis gelem melu umuk...