Kebangkitan Kedua

Luar biasa! Ternyata waktu berjalan begitu cepat. Seratus tahun bukan sedikit masa untuk bangkit. Tetapi kebangkitan yang diharapkan harus berjongkok kemudian duduk, bangkit lagi lalu jongkok kemudian duduk lagi, berulang-ulang. Bukan karena terlalu lelah bangkit, tetapi karena kesadaran untuk bangkit sepertinya belum ada sepenuhnya.

Dulu, seratus tahun yang lalu, kesadaran itu pernah ada. Yaitu kesadaran dalam bidang politik. Kesadaran tentang kesatuan kebangsaan untuk menentang kekuasaan penjajahan Belanda yang telah berabad-abad lamanya berlangsung di tanah air Indonesia. Kesadaran yang kemudian menjadi tonggak kebangkitan nasional.

Kebangkitan nasional yang lahir pada 20 Mei 1908 ini kemudian menjadi tonggak perjuangan yang terus berlanjut. Organisasi-organisasi perjuangan lain kemudian muncul di masing-masing daerah. Seperti Jong Java untuk daerah jawa, Jong Ambon di Ambon, Jong Selebes di Sulawesi, Jong Sumatra di Sumatra, Jong Minahasa di Minahasa, juga organisasi Islam Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah juga Partai Nasional Indonesia.

Sumpah Pemuda pada tahun 1928 kemudian menjadi lanjutan dari kebangkitan nasional itu. Dan proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945 oleh Soekarno-Hatta menjadi puncak perjuangan tersebut.

Terhitung sejak tahun 1908 sampai sekarang, yang berarti dalam kurun waktu 100 tahun, Indonesia telah melalui beberapa gejolak dan rintangan. Sebut saja masa kepemerintahan orde lama, orde baru menyusul juga orde reformasi.

Ironisnya segala gejolak dan rintangan itu belum mampu mendewasakan Indonesia. Negara kita yang berusia lebih tua daripada negara-negara tetangga itu justru berada di lapisan dasar keterpurukannya. Bisa dilihat dari banyaknya jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan, kurangnya pendidikan, banyaknya pengangguran, minimnya sarana-sarana penunjang kemajuan untuk umum dan sebagainya. Bahkan pemandangan jorok dan kumuh di daerah ibukota adalah suatu hal yang diwajarkan.

Hal semacam tadi kemudian mengundang protes dan tuntutan. Protes terhadap perbaikan para pemimpin dan kepemimpinannya. Pendapat awam, yang menyebabkan keterpurukan atau ketidakmajuan tersebut adalah pemimpinnya. Pemimpin dianggap sebagai sang pemimpi(lho kok kayak judul bukunya bang ikal? hehehehe…).

Vonis seperti itu kalau di telaah terlebih dahulu justru menimbulkan kesemrawutan. Dan bukankah yang memilih para pemimpin tersebut adalah kita(rakyat)? Dan bukankah asal mereka dari kita (rakyat)? Dan bukankah itu berarti segala kelakuan buruk oleh para pemimpi(n) tersebut adalah cermin dari kelakuan rakyat pada umumnya?

Fenomena semacam ini apakah karena salah milih, asal milih atau tidak ada pilihan?

Pertanyaan-pertanyaan besar tersebut sebenarnya tak akan terlontarkan seandainya mental dan budaya dari masyarakat Indonesia sendiri sudah mampu diperbaiki. Menata mental dan budaya bangsa untuk dijadikan pemimpin yang baru, pemimpin yang mampu membawa bangsa pada kemajuan. Satu hal yang sederhana untuk siapa saja, tapi pemahaman akan hal sederhana ini ternyata masih terlampau berat untuk dijalankan.

Seandainya saja perbaikan dari mental dan budaya bangsa itu dijadikan sebagai perjuangan selanjutnya, sebagai kebangkitan kedua, tentulah kemajuan bangsa segera menjadi nyata.

Jadi bukan hanya menuntut perbaikan sang pemimpi(n) saja tetapi seyogyanya dibarengi dengan perbaikan mental dan budaya bangsa. Karena menuntut perbaikan pemimpin saja tanpa perbaikan mental dan budaya dari setiap rakyat adalah sia-sia, karena rakyatlah yang kemudian menjadi pemimpin selanjutnya.

Bukankah suatu hal indah kalau terbentuk sebuah bangsa yang pemimpinnya(bukan pemimpinya) dan rakyatnya bermental dan berkebudayaan?

__________________________________________________________


Special thanks for kang Slamet atas kata "pemimpi(n)" nya yang kucomot untuk tulisanku ini, hehehehe...peace kang!!

3 komentar :

  1. semoga seabad kebangkitan nasional bukannya seabad penderitaan rakyat....

    BalasHapus
  2. Intinya adalah perbaikan mental setiap individu. Maka mulailah dari diri kita sendiri.

    BalasHapus
  3. Ass.wr.wb.SAYA IBU DITA DULUNYA SAYA LAGI BINGUN BANGET KARNA SAYA LAGI MENGALAMI COBAAN HIDUP YANG TAK KUNJUNG USAI,SAYA HAMPIR SAJA BERBUAT NEKAT,PERBUATAN YANG SANGAT DIBENCI OLEH ALLAH YAITU BUNUH DIRI,SEMUA ITU AKIBAT BATIN SAYA YANG SANGAT TERTEKAN,PADAHAL SAYA MASIH MEMPUNYAI ANAK YANG MASIH KECIL2 YANG SEHARUSNYA DAPAT KASIH SAYANG ORANG TUA SEUTUHNYA,NAMUN KARNA KONDISI YANG SERBA KEKURANGAN MEMBUAT ANAK SEPERTI KURANG TER URUS,DALAM KALUTNYA SAYA COBA BUKA2 INTERNET DAN DISITULAH SAYA MELIHAT KOMENTAR NOMOR AKI RANGGONG..MAAF SAYA CURHAT DENGAN ANDA,ORANG YANG BELUM SAYA KENAL SAMA SAYA,SEPERTI KOMENTAR2 PADA ANDA LEWAT INTERNET, DAN SETELAH SAYA SUDAH MENGHUBUNGI AKI RANGGONG ALHAMDULILLAH KINI KEHIDUPAN SAYA SUDAH JAUH LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA ITU SEMUA BERKAT BANTUAN AKI RANGGONG MEMBERIKA ANGKA RITUAL DAN TUYUL KEPADA SAYA, DAN BAGI ANDA YANG INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN HUBUNGI AKI RANGGONG DI NOMOR 085-222-967-279, NOMOR RITUAL AKI RANGGONG MEMAN TIDAK DUANYA DIJAMIN 100% TEMBUS ..???





    Ass.wr.wb.SAYA IBU DITA DULUNYA SAYA LAGI BINGUN BANGET KARNA SAYA LAGI MENGALAMI COBAAN HIDUP YANG TAK KUNJUNG USAI,SAYA HAMPIR SAJA BERBUAT NEKAT,PERBUATAN YANG SANGAT DIBENCI OLEH ALLAH YAITU BUNUH DIRI,SEMUA ITU AKIBAT BATIN SAYA YANG SANGAT TERTEKAN,PADAHAL SAYA MASIH MEMPUNYAI ANAK YANG MASIH KECIL2 YANG SEHARUSNYA DAPAT KASIH SAYANG ORANG TUA SEUTUHNYA,NAMUN KARNA KONDISI YANG SERBA KEKURANGAN MEMBUAT ANAK SEPERTI KURANG TER URUS,DALAM KALUTNYA SAYA COBA BUKA2 INTERNET DAN DISITULAH SAYA MELIHAT KOMENTAR NOMOR AKI RANGGONG..MAAF SAYA CURHAT DENGAN ANDA,ORANG YANG BELUM SAYA KENAL SAMA SAYA,SEPERTI KOMENTAR2 PADA ANDA LEWAT INTERNET, DAN SETELAH SAYA SUDAH MENGHUBUNGI AKI RANGGONG ALHAMDULILLAH KINI KEHIDUPAN SAYA SUDAH JAUH LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA ITU SEMUA BERKAT BANTUAN AKI RANGGONG MEMBERIKA ANGKA RITUAL DAN TUYUL KEPADA SAYA, DAN BAGI ANDA YANG INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN HUBUNGI AKI RANGGONG DI NOMOR 085-222-967-279, NOMOR RITUAL AKI RANGGONG MEMAN TIDAK DUANYA DIJAMIN 100% TEMBUS ..???

    BalasHapus

Matur suwun wis gelem melu umuk...