Sudah Sembuh Tapi Terpaksa Nginep di RS Lagi

Seorang anak yang dinyatakan boleh pulang dari Rumah Sakit (RS) terpaksa harus mendekam sehari lagi di RS lantaran uang kiriman dari ibunya belum masuk rekening. Walhasil jatah membayar biaya RS jadi membengkak, ini terjadi pada anak kawan saya.

Kawan saya, Anggie,  yang adalah adalah ibu dari anak yang sakit tersebut, melalui telepon curhat kepada saya.

Pada tanggal 31 Desember, anak laki-lakinya masuk ke RS karena tipes dan gejala DB. Ini membuat hati Anggie gonjang-ganjing, tak keruan. Ibu dua anak ini baru bisa mengirimkan uang melalui jasa pengiriman uang kilat Surya Jaya Express (SJE) cabang Lok Fu. Uang sejumlah tiga juta dijadwalkan masuk ke rekening anak laki-lakinya hari itu juga, sejam setelah jam pengiriman. Dan uang itu juga dianggunkan untuk membayar biaya RS sang putra.

Namun sekian jam setelah kirim, uang itu belum masuk rekening anaknya juga. Anggie panik.

SJE cabang Causeway Bay
Anggie menelpun hotline SJE. Hotline SJE mungkin sejalur dengan KJRI, ditelpon beratus kali oleh Anggie dan adiknya (yang juga sama-sama bekerja di Hong Kong) tapi enggak diangkat juga. Hotline menggantung.

Pada tanggal 4 Januari sore anak Anggie diperbolehkan untuk pulang, namun dengan tanpa uang di tangan terpaksa perjaka umur 22 tahun itu harus menginap lagi di RS.

Sore itu (4 Jan), Anggie mengirim pesan Whatsapp kepadaku, meminta aku untuk mampir ke kantor cabang SJE yang berada di Causeway Bay untuk menanyakan nomer hotline SJE, kali aja ada nomer hotline lebih dari satu. Kebetulan sore itu jadwalku membeli perlengkapan sekolah untuk momonganku di Causeway Bay. Aku pun menyempatkan diri ke sana.

Loket SJE tutup. Orang yang berkepentingan disilakan ke toko emas di samping loket (toko emas itu juga milik bos SJE). Seorang mbak, yang aku enggak tahu namanya menyapaku dengan panggilan ramahnya tanpa melihat wajahku.

"Mau apa mbak?" tanyanya. Tangannya masih sibuk dengan nota-nota pembelian yang ditumpuknya kemudian dibendel jadi satu.

"Mau tanya mbak, pengiriman berapa lama?" tanyaku.

"Satu jam," jawabnya sambil menyalin entah apa, masih belum menatapku.

"Tapi kok teman saya kirim empat hari belum sampai? Dia minta Hotline Surya," kataku.

Si mbak ini kemudian menyebutkan nomer hotline SJE. Dan nomer itulah yang selama empat hari ditelpon oleh Anggie namun selalu tidak tersambung. Aku menelepon Anggie.

"Nomere iki Mat?" kataku pada Anggie (aku memanggil Anggie dengan sebutan Camat).

"Padha woo...sama tuh," jawabnya.

"Ya wis dirimu ngomong langsung aja sama mbaknya. Arep ngomong ra?" tanyaku.

"Ya," jawab Anggie.

"Mbak, temenku mau bicara sama mbak, mau tanya langsung," kataku kepada mbak penunggu SJE.

Dia tak mengindahkanku.  HP yang aku sodorkan ditolaknya. Dia kemudian memberondongku dengan berbagai pertanyaan..

"Nomer pengirimannya berapa? Atas nama siapa? Pengirimnya siapa? Kapan tanggal kirimnya?" tanyanya.

Aku menjawabnya setelah bertanya kepada Anggie terlebih dahulu.

"Jumlahnya berapa?" tanyanya lagi.

"Tiga juta dua ribu tujuh ratus lima belas rupiah," jawabku sesuai pemberitahuan Anggie. Tanganku masih menggenggam HP dan HP itu masih menempel di telingaku.

"Nomor HP pengirim berapa?" tanya si mbak.

Kusebutkan.

"Ngomong sendiri kenapa sih mbak? Dia mau ngomong sama mbak langsung," kataku.

Eh, enggak tahunya si mbak itu malah udur-uduran sendiri. Dia menyuruh mbak yang satunya lagi (yang kebetulan baru datang) untuk menerima telpon dan mbak yang satunya lagi menolak. Tidak ada orang yang menelpon bos SJE, kedua petugas itu malah saling lempar suruh.

"Gak onok sing gelem nampa telponmu Mat, malah udur-uduran dhewe kae," kataku pada Anggie.

"Iya wong wedi nek takunek-unekke," jawab Anggie dari ujung telpon. "Kemaren dulu ngirim telat, sekarang telat lagi, ngendi dhuwit atene digawe mbayar biaya RS. Silit tenan. Ngene iki malih anakku terpaksa nginep ndek RS maneh. Lha apa ora mbayar luwih larang," gerutu Anggie.

"Lha dirimu udah pernah kayak gitu kok ya mbok baleni maneh? Mangkane, cukup sekaliiiii...aku memakaiiii...jasa Surya Jayaaa...," kataku sambil bernyanyi.

"Lha pikirku SJE itu yang paling deket di sini. Gek kursnya tinggi. Pas aku ke pasar trus ngemenke ke SJE. Eh malah koyok taek asu," kata Anggie lagi.

"Sik Mat. Misuha dhewe sik. Taktuku ngombe," kataku. telpon kemudian aku matikan.

Aku meninggalkan mbak-mbak yang eyel-eyelan wal udur-uduran tadi untuk mengambil kacang atom Garuda (lupa membeli air) kemudian membayarnya di kasir yang berada di depan SJE (SJE berada di dalam toko Indomaret).
 Aku mbalik lagi ke SJE.

"Udah mbak?" tanyaku.

"Iya ini ditelponkan," kata mbak tadi.

Dia memang dalam posisi menelpon dan berbicara dengan entah siapa dalam bahasa Kantonis. Dan memang dia menyebut-nyebut tentang nomer pengiriman uang dan nama pengirim.

Aku jengah. Kemudian aku menyanyi lagi.

"Cukup Sekaliiii...aku memakaiii....jasa Surya Jayaaaa....tak kan terulang, kedua kaliiiiii...pakai Surya Jaya...ooooo....,"

Mbak satunya melilik. Kasir Indomaret berhenti melayani.

Beberapa kawan TKW yang kebetulan berada di toko itu tersenyum-tenyum, bahkan ada seorang yang mendekatiku kemudian bertanya.

"Ana apa mbak?"

"Ngirim lo. Empat hari enggak sampek," jawabku.

"Lha bukane sejam?" tanya si mbak.

"Expressnya Surya Jaya khan empat hari," jawabku cuek.

Aku menggeloyor pergi. Mengambil teh kotak kemudian membayar di kasir di depannya SJE. Sang kasir tertawa sambil meladeniku.

Aku mbalik lagi ke SJE, bertanya.

"Sudah mbak?" tanyaku.

Diam.

"Surya Jaya enggak punya komputer ya mbak? Ngecek aja kok pakek HP," kataku.

Dua mbak mendelik.

"Cukup sekaliii...aku memakaiiii...jasa Surya Jayaaaa....," nyanyiku lagi.

"Udah ditelpon bosnya. sedang dicek, nanti ditindaklanjuti. Nanti telpon mbaknya secepatnya," kata mbak.

"Kapan?" tanyaku.

Belum lagi si mbak petugas itu menjawabku. HPku berdering. Tertera nama bosku di layar HP. Begitu telpon tersambungkan. Suara bosku meledak-ledak diujung sana, memberi perintah ini dan itu. Terpaksa aku menyingkir dari tempat itu kemudian berlari menuju minibus station, pulang ke rumah bos.

Jam 5.29 PM foto SJE beserta penjelasan singkat aku share di FB. Dan ndelalah banyak tanggapan dari kawan-kawan yang menyatakan senasip dengan Anggie. Foto itu kemudian dishare oleh kawan-kawanku dan kawannya kawanku juga mengeshare foto itu hingga seterusnya. Aku rasa hampir seluruh TKW di Hong Kong tahu cerita ini.

Entah karena cerita ini yang meluap kemana-mana atau entah karena si mbak petugas dan bosnya bekerja keras, alhamdulillah selang tiga jam uang itu sudah masuk ke rekening anaknya Anggie.

Huftttt....

Aku baru tahu apa yang dimaksud dengan bincang-bincangku bersama bank Mandiri dahulu. Bahwa mengirim uang melalui jasa pengiriman itu selain riskan juga menguntungkan pihak yang salah (pengiriman lewat bank biaya transfernya sebagian masuk negara sedang biaya pengiriman lainnya tidak).

Kalau aku sih dari dulu tetap di bank Mandiri atau kalau ada kebutuhan mendadak ya terpaksa lewat Wesr=tern Union, walau kursnya lebih rendah tapi aman.



6 komentar :

  1. Gak kebayang muka petugasnya waktu Mbak Rie nyanyi gitu. Mesti mukanya asem :D

    BalasHapus
  2. SJE emang bikin sebel **pernah masuk jadi korban juga** hahaha...

    BalasHapus
  3. nah itu dia, aku juga kok heran kok pada percaya sih dengan tempat model SJE itu. yo mending kayak dirimu toh, lewat bank or wu.

    semoga pada kapok deh, biar sje nya tutup aja, ngapain juga pake jasa orang yg gak konsisten kek gituh. *ikut panas*

    BalasHapus
  4. Mbak Rie, pake internet banking atau SMS Banking mungkin bisa membantu teman teman kita yg ada di Hongkong

    BalasHapus
  5. salam kenal mbak riri.
    saya juga baca artikel tentang mangga kiriman emak.
    dimuat di vemale.com juga
    baguuuss bgt mbak
    jd terharu :')

    BalasHapus
  6. Iya kemarin saya kirim kok blm nyampe jg yach..td aq tlp mlh g nyambung no nya sbk trs..gmn nich

    BalasHapus

Matur suwun wis gelem melu umuk...