Srinthil 6: Ejakulasi Dini Karena Levy

"Blaik! Kojur tenan mbakyu-mbakyuuuu!" teriak Srinthil dengan mulut mangap, megap-megap.

Berlari dia, seperti kesusu sekali untuk segera menyampaikan berita maha dasyat yang dimilikinya hari ini. Yah, Srinthil selalu tak lepas dengan berita setiap kali dia libur. Mulai dari berita tentang bosnya yang suka ngupil, tentang selusin celana dalamnya yang terbang ditiup angin, tentang kebiasaan dia cebok pakai air di negaranya Aaron Kwok ini, tentang wedus gibas Arip, tentang gajinya yang disunat, dan sekarang?? Berita tentang kiamatkah yang dibawanya?

"Blaik! Kojur tenan! Tobaaat-tobaaat!!"

"Nyapo tho Sri?" tanyaku heran.

"Mbak Ri, iki njur kepriye? Gimana neh?" Srinthil tampak kebingungan.

"Nyapo Sri? Ga jadi ketemu ma bintang idolamu Lola Amaria kuwi?" tebak Hindun.

post signature


"Lola...olala.... Jadi Srinthil ngefans sama Lola?" tanya Chamid dalam herannya.

"Semprul! Lha sing ngefans sama dia kuwi sapa? Aku ini masih fans beratnya mbak yu Yati Pesek," sanggah Srinthil.

"Madakke pesekmu ye? Hehehhe..," tanya Suzy yang di barengi dengan gelak kami. Maaf gelak ini bukan karena mbak Yati yang jelas-jelas adalah tokoh favorit kami, tapi gelak kami lantaran hidung Srinthil yang ndlesep dan dia tetep PD saja pakai kacamata walau tidak ada hidung buat tatakan kacamata itu.

"Bapakku, bosku...," kata Srinthil dengan nafas tertahan.

"Bapakmu nyapo Sri?" tanyaku.

"Bapakku ya lopanku ya bosku itu, ujug-ujug tiba-tiba semalam ejakulasi dini," kata Srinthil. Kepalanya menunduk sewaktu kalimat itu terucap.

"What?"

"Apaa??"

"Come a?"

Mendadak kami bertujuh(aku, Suzy, Chamid, Hindun, Anez, Miya, dan Liya) tersentak. Srinthil yang ndeso bin lugu itu mengenal kata ejakulasi dini? Sejak kapan? Gek lha kok yang di omongin adalah bapaknya alias bosnya?

"Ah, Sri...kamu...
"Kamu gak lagi kelonan ma dia khan Sri? Ingat Sri walau gaji kita cuma cukup buat bayar pulsa ma sekolahnya adik-adik kita dan nyaur utang berasnya simbok di Indo saja, tapi jangan sampai berbuat yang aneh-aneh hanya untuk mendapatkan uang lebih. Eling Sri, eling.... Kowe iki isih prawan," nasehatku padanya.

"Piye tho sampeyan iki mbak Ri, kebangeten banget. Lha emange aku di padhakno sama cewek gampangan ye? Lha emange aku iki cewek jajanan ye? Lha emange aku iki cerek(cewek experimen) ye? Tega men sampeyan iki mbak Ri...,"

"Sepurane Sri lha ujug-ujug juga kamu ngomongin tentang ejakulasi. Gek apa tho maksudmu sebenernya?" tanyaku.

"Bapakku kuwi mbak, kemaren baca koran. Bukan koran Suara atau Apakabar, lha wong dia gak bisa baca bahasa Indonesia. Pokok e koran dalam bahasa singkek gitu,"

Srinthil menarik nafas, kami merasakan hawa panas, kekecewaan dan kemarahannya meletup-letup kembali.

"Singkatnya mbak Ri, gara-gara Levy dia terminit aku."

"Ha?? Jadi ada babu baru gantinya kamu yang bernama Levy gitu ya? Jenenge apik men, anak PL(Philipina) ya?" buru Liya.

"Liya, nek katrok ki aja nemen-nemen tho! Masak kamu gak denger adanya isu levy di Hongkong sini?" kata Miya menyela.

"Isu levy apa mbak Ri?" tanya Liya padaku.

"Keputusan pemerintah Hongkong yang memungkinkan majikan untuk tidak perlu membayar levy atau pajak hingga 47 bulan, ini berlaku mulai 1 Agustus 2008," jawabku. Ada tuh beritanya di koran-koran," tambahku pula.

"Hai meh? Ada berita kayak gitu? Kok aku gak ngerti ya," kata Liya malu.

"Lha wong Liya ki nek entuk koran gratis cuma buat alas duduk saja kok mbak yu, makanya ada berita tentang bapaknya yang menyanyikan lagu cucak rowo juga dia gak ngerti blas," komentar Srinthil.

Wajah Liya semburat merah menahan malu akan kegagapan informasinya. Melirik ke bawah kakinya dan malunya bertambah seketika demi dilihatnya berita utama yang bertajuk "Di Ujung Tanduk" tulisan dari mbak Santi, penulis hebat itu. Koran yang tertanggal 9 agustus itu di dapatnya dariku pagi tadi. Kini halamannya pun tak lengkap lagi, sedangkan gambar wajah seorang bintang film merangkap sutradara yang berada di pojok kanan halaman itupun sudah hilang jidatnya karena koran tersobek di bagian itu.

"Lha nek aku di terminit hanya gara-gara levy itu khan sama aja ma bapakku terkena ejakulasi dini tho mbak. Dia pikir dengan terminit aku trus ngambil babu baru, dia jadi terlepas dari levy, ngirit gitu. Gek aku di pecat kuwarasan aliase tanpa pesangon mbakyu, aku jadi korbane levy iki mbakyu," mata Srinthil terlihat diantara rasa kecewa dan sedih tak terhingga.

"Golek maneh tho Sri, lha dirimu khan wes pengalaman ngosek WC dan ngelus-elus lantai gitu. Kamu jaga anak juga bisa khan?"

"Golek bos anyar wae Sri. Wong bos mu pelit medhit mecukil gitu aja kok. Paling-paling nek dirimu bertahan kerja ma dia, gajimu ya di sunati terus," khidmat Chamid.

"Cik gampang men olehmu ngomong? Lha nek agennya nanti motong gajiku lagi piye?"

"Laporke nuh, katane KJRI menjamin nek yang korban terminit karena levy gak bakalan mbayar apapun. Njajal bener pa nggak itu," Hindun menimpali.

"Njajal?? Lambemu kuwi!! Wes jan nasip...nasip... Lha kok Levy gawe gara-gara," gerutu srinthil mengakhiri ceritanya.



5 komentar :

  1. begitu ya ceritanya...ini hanya sebuah komen yg mungkin salah tafsir. tapi mang kok di filipin itu negara sangat memperhatikan nasib rakyatnya di rantau. birokrasi jg ga sesulit di indo utk bisa keluarnegri, termasuk nol potongan, ga ada istilahnya potong2 gaji sgala. jadi maklum kalo banyak bos2 yg lebih suka pekerja pilipin daripada indo.

    BalasHapus
  2. begitulah, Indonesia cuma bisa menggembar-gemborkan kepeduliannya kepada TKI saja tapi tanpa realisasi.

    BalasHapus
  3. pemerintah kita memang menutup mata terhadap nasib para TKI.. sampek sumpek aku krungu kabare dulur2 neng monco kiye....

    BalasHapus
  4. emang bukan masanya bergantung dgn pemerintah...

    BalasHapus
  5. Bu Rie-Rie,

    saya enggak mudeng blas tulisan yang paling bawah. Itu lho yang warna kuning dipeganing ma orang-orang. wakwkakwawk

    BalasHapus

Matur suwun wis gelem melu umuk...