Cinta Monyet

monkey loveMereka kira-kira berumur 12-13 tahun. Ada binar kekanakan dan imut wajahnya walau tinggi tubuh mereka hampir melampauiku. Berdiri persis di depan Time Square, sebuah tempat pembelanjaan yang berada di punggung Cousewaybay-Hongkong. Hari ini hangat, ketika hampir separuh dari ubi bakar yang kumakan tersisa, aku melihat mereka. Saat itu aku sedang menunggu di bukanya departement store(Time Square) tersebut.

Dari jam 9.30 hingga jam 10 pagi mereka pada posisi yang sama, tangan si cewek berada di pundak cowoknya, memegang mesra dan membelai-belai pundak yang belum matang tersebut. Kukerahkan tenaga extra mencari-cari kemana perginya tangan si cowok tapi tak berhasil kutemui. Ah apakah menyelinap di balik jaket si cewekkah? Astaga!!

Valentine day, pemandangan serupa bisa dilihat dimana-mana. Muda-mudi dengan pasangannya bermesra-mesraan di depan umum adalah hal biasa yang bisa di lihat di Hongkong, bukan hal yang di tabukan. Namun hanya "pasangan amat muda-mudi" tadilah yang mampu mengusik pikiranku. Membantingku pada memori belasan tahun yang lalu pada usia yang hampir sama, pada gejolak yang mungkin sama, pada pelaku yang beda, yaitu aku dan...ah...haruskah kuceritakan?

"Taak!" suara elastis beradu kulit.

Punggungku terasa nyeri karena benturan antara elastis dan kulit itu sedemikian kerasnya. Serta merta aku menoleh kebelakang dan kudapati dua ekor monyet yang sedang nyengir menatapku, innocent.

Aku tahu pasti di punggungku terdapat sebuah garis melintang berwarna merah tepat di bawah hak beha-ku. Kemarahanku pada monyet-monyet kecil itu telah mencapai level tertingi. Terlebih pada seekor monyet berambut ikal yang duduk tepat di belakangku yang kemudian membuang mukanya setelah hitungan ketiga aku memelototinya. Namanya Supriyadi. Kami sama-sama duduk di SMPN 1 Jepon kelas IIA waktu itu.

Urakan, nakal, jahil menjadi perangainya. Pernah suatu hari aku menegurnya, menyuruhnya agar tak lagi menjahiliku, menyuruhnya agar jangan duduk di belakang kursiku, dia tertawa kencang sekali. Seperti tawa Farida Pasha saat melakonkan mak Lampir. Dan keesokan harinya kudapati dia duduk di deretan sebelah kananku. Entahlah, aku merasa aneh. Sepertinya hari-hariku terasa kurang tanpa adanya dia menjahiliku. Selama 3 hari tidak ada orang yang menarik tali behaku, menarik rambutku, menempelkan kertas bertuliskan lucu di punggungku atau mengacak-acak rambut kritingku. Aneh sekali rasanya.

"Sstt...," panggilnya.

Sebuah kertas serupa pesawat terbang melayang kewajahku. Kutangkap dan hampir saja kuremas-remas sebelum teriakan dari sang pengirim mengejutkan dan menghentikanku.

"Buka! Buka! Jangan di sobek! Buka! Baca!" teriaknya kemudian beredar dari kelas.

Ku buka lipatan pesawat terbang itu. Pada lipatan sebelah kiri sayap pesawat terbang tersebut terdapat tulisan "SLANK", Sudah Lama Aku Naksir Kamu. Sedangkan pada sebelah kanannya terdapat tulisan "SLANK", Sri Lestari Aku Naksir Kamu. Apakah itu yang disebut sebagai surat cinta? Kalau iya, itulah surat cintaku yang pertama.

Semuanya masih berjalan sama setelah itu, dia masih suka ribut minta sontekan ketika ulangan diadakan, dan dia juga masih menggangguku dengan kejahilan-kejahilannya. Perbedaannya adalah aku menerima segala kejahilannya dengan senyum dan malu-malu, bukan dengan kemarahan lagi.

Membandingkan apa yang kulihat di depan mataku dan memoriku sendiri terasa sedemikian jauh bedanya. Anak-anak sekarang sudah berani terang-terangan berangkulan dan berciuman di depan umum, sedangkan aku dahulu paling banter adalah berpegangan tangan, itupun menunggu kalau semua keadaan sudah sepi bak kuburan. Bahkan takut dengan ciuman karena masih berpikiran kalau berciuman akan mengakibatkan kehamilan. Hingga sampai guru Biologi kami menerangkan tentang reproduksi pada semester keempat, barulah first kiss itu ada. Sumpah hanya sepersekian detik saja!

Kembali ke ubi bakarku yang hampir terlewatkan, aku tersenyum-senyum sendiri mengingat memori itu. Entah sekarang berada di mana cinta monyetku, mungkin sudah menikah atau bahkan telah mempunyai dua atau tiga orang anak, mungkin...

oh see...I spill my beans again in my blog...

17 komentar :

  1. Weleh, klo dah narik2 PlatJkt - PlatSmg itu menurutku dah se.u.l abuse. tapi klo korbannya suka dan menikmatinya ya lain soal.

    BalasHapus
  2. @ ikhsan...met hari kasih sayang..

    @ khan dah dibilang ga suka, orang selalu melototin pelakunya. Setelah surat itu, kejahilannya tetep ada tapi udah ga narik2 itu tali lagi, hehehe... protektif juga...humm..

    BalasHapus
  3. weeee....kdrt tuh..kekerasan dalam rangka taksir-taksiran... ;))

    BalasHapus
  4. Ada ada aja singkatan yang dibuat bikin ketawa

    BalasHapus
  5. nirmana-rie2 its true love , bukan monkey love kok. suer!!

    BalasHapus
  6. mbak di hongkong masih ketemu ubi bakar ya heheh... pasti kangen ya ma ubi :D

    BalasHapus
  7. yo namanya muda mudi, kalo tua tui kan ga' klop hihihi

    BalasHapus
  8. wahhhh senang nyaa beha nya ditarik-tarikkkk.

    hiks, sayang aku ngga pernah ditarik, abis ngga pernah pake beha.

    Sri Lestari Aku Narik beha Kamu..

    wkakkawkwka.

    BalasHapus
  9. met sore mbak.. hehe... maap deh kalo salah nyebut... wah... masih di hongkong mbak... kapan pulang ke indonesia???

    BalasHapus
  10. @-3- wakakakakkkk....
    @pututik, bukan Rie yang membuatnya loh...
    @nirmana, gomballll...gombaalll...lagi di obral ma afif tuh...
    @Lyla, kalo musim dingin gini emang paling enak makan ubi bakar. Biasanya mereka jualan di gerobak yang di dorong itu. Ntar deh potonya nyusul
    @mimi arie, lho?? kalo tua tui dah ga boleh mesra2an yah?? baru tau Rie Rie....
    @tc-a, nah nah nah, kulang ajal lu ya...!! laporin ma pak RT ntar lo
    @ My journey, yeee...potonya dah jelas2 wanita cantik gitu kok masih juga kliru...

    BalasHapus
  11. Mbak Ketone Om Monyet eh Om Gorila.. Om Supri ding, isih bener2 SLANK karo Mbak Sri eh... mbak Rie...

    Coba wae mengko nek muleh Jepon. Bener-bener "SLANK" opo bener monyet...

    (Ono-ono ae cah-cah!)

    BalasHapus
  12. wah..wah.. jan kok yo sempat-sempate nyari tangan tuh co Mbak ?!!

    BalasHapus
  13. @mus, wkwkwk...paling wes duwe anak 3 dek e, hehhehe...

    @mbah koeng, lho lha gak kethok jew

    BalasHapus
  14. tadinya aku mau enggak komentar, tapi setelah aku membaca semuanya, rasanya sepatah dua patah kata ingin kuungkapkan di sini.... meskipun aku lupa apa yang ingin kukatakan...... aku sedikit terkesan dengan ceritanya......bukan tapi dengan bahasa penceritaannya.... kapan ya aku bisa bercerita seperti itu???..........

    BalasHapus
  15. >>samsul ma'arif, kok ngunu ta. Lha tiap orang khan punya cara dewe2. Nek aku wes biarkan saja anjing menggonggong, aku akan terus posting/ngeblog, hehehe...

    BalasHapus
  16. cinta monyet bikin aku inget pengalaman aku waktu SMP :D

    BalasHapus

Matur suwun wis gelem melu umuk...