Mak, Kue Sialan itu Bernama KTKLN

Kakiku berat melangkah memasuki ruang pemberangkatan di bandara Juanda pada Minggu (11 Sept'11). Bukan karena beratnya luggage bag yang teramat sangat, bukan pula karena hand carrier yang menggelembung atau backpack yang padat berisi dan menggelantung di pundakku. Namun karena hati ini tertambat pada rasa salah luar biasa kepada diri sendiri, orang tua dan teman-temanku.

Sehari sebelumnya emak memohon padaku, menyuruhku berjanji untuk mengakhiri kontrakku, bahwa ini adalah kontrak terakhir yang akan aku jalankan, namun aku tak bisa mengamininya. Entah kenapa. Kubiarkan airmatanya berderai-derai mengiringi serangkaian wejangan dan doa yang dipanjatkannya untukku, hanya untukku. Kubiarkan tangannya sibuk menggerayangi kepalaku dan berjinjit menciumiku, menjadikan wajah dan kepalaku basah oleh airmatanya, kubiarkan saja.

Aku merasa hampa, benar-benar tidak tahu apa yang harus aku katakan. Tak sanggup menjanjikan apapun, tak sanggup menjawab sepatah katapun bahkan tak sanggup menatap matanya sekalipun, sungguh! Aku sungguh takut beliau memblojeti pikiranku dan mengetahui apa yang sedang aku takutkan.

.....

Kembali, berkali-kali kulihat isi dompetku yang hanya sisa Rp.130.000 saja setelah sebelumnya membayar airport tax sewaktu check in sebesar Rp. 150.000.

Ada rasa was-was, kalau-kalau aku gagal keluar dari area imigrasi itu. Apalah yang tak mungkin di Indonesia?

Suasana memanas ketika aku berhadapan dengan petugas imigrasi. Kecemasan dan kegalauan hatiku serta merta terbaca oleh petugas imigrasi. Suasana itu seperti apa yang telah aku prediksikan sebelumnya.

Passpor, kontrak kerja dan kartu sialan itu sudah kupindahtangankan kepada petugas. Sedetik kemudian, kartu yang kubuat susah payah selama seharian penuh di BNP3TKI Semarang itu teracung di depanku. Sepasang mata menatapku tajam.

"Wah ini pemalsuan identitas namanya," kata petugas Imigrasi.

"Ya benar, tapi bukan saya pelakunya," jawabku.

"Lha kalau bukan kamu siapa lagi? KTKLN ini khan milikmu. Kamu yang mengajukan pembuatannya. Mana bisa nomor passpor yang di kartu KTKLN bisa beda dengan yang di passpor? Gak bisa begini," katanya lagi.

"Pak, segala data yang saya miliki sebagai syarat pembuatan KTKLN saya jadikan satu dalam stopmap warna merah yang bertuliskan nama saya, lengkap dengan nomor passpor saya," kataku. "Kalau hasilnya nomor passpor yang ada di KTKLN tidak sama dengan nomor passpor yang ada di passpor saya, itu kesalahan petugasnya dong. Lha wong mereka yang masukin data kok, bukan saya" jawabku.

"Ya mana mungkin bisa salah kalau dijadikan satu. Petugas di sana (BNP3TKI) itu profesional semua lho. Kamu pasti masukin passpor lama," bentaknya.

"Kalau passpor lama sudah expired ngapain juga saya lampirkan. Saya tidak buta huruf pak, saya bisa baca tulis," jawabku dengan suara lebih keras.

"Kalau hasilnya seperti kamu trus mau ngomong apa? Ini pendataan lho. Wajib lho. Keselamatanmu ini tergantung di sini," katanya sambil menunjuk-nunjuk kartu yang berwarna putih dengan gambar garuda di pojok kiri dan fotoku di bawahnya itu.

"Keselamatan saya selama ini saya tanggung sendiri pak. Dengan atau tanpa adanya kartu ini tidak bisa merubah kedudukan saya akan nasib saya sendiri. Saya pastikan saya akan baik-baik saja."

"Kamu jangan sok tahu ya, kalau kamu gak punya ini kamu gak bisa berangkat ke Hong Kong kerja, tau!" bentaknya.

Kepalaku seperti terbakar, asapnya aku rasakan memenuhi ruangan luas yang padat manusia yaang kebanyakan senasib denganku, hendak mengadu nasib ke negeri seberang sebagai TKW atau babu atau jongos dan sebagainya.

Dadaku sesak. Dalam pada kesempatan itu aku berteriak kepada mbak yang berada di belakangku.

"Mbak, sampeyan punya kartu KTKLN ga?" tanyaku.

"Ada," jawabnya sambil merogoh-rogoh dompetnya.

"Pasti punya, karena memang itu keharusan," kata petugas wajahnya senang seperti akan mendapat lotre dua ratus ribu. Dan memang dua ratus ribu itulah yang dinantikan dariku untuk menambal KTKLN yang bernomor passpor salah itu.

Demi emakku yang menangisiku sehari semalam, tak akan aku menyogok petugas imigrasi untuk meloloskanku ke gate 10 (gate di mana pesawat yang membawaku ke Hong Kong). Dan demi teman-temanku di Hong Kong yang berjuang menolak KTKLN, aku sudah berjanji jauh hari sebelumnya bahwa serupiah sekalipun aku tak akan melepaskannya untuk memenuhi kantong petugas tamak itu.

"Pak, saya akan menunggu di sini dan menyaksikan apakah semua orang yang akan ke luar negeri seperti saya bapak perlakukan sama. Apakah mereka juga akan bapak tanyai satu persatu tentang KTKLN," kataku.

"Kamu itu punya kartu palsu kok masih ngeyel ya. Udah pulang aja, ga usah balik ke Hong Kong," katanya.

"Palsu itu kalau saya atau orang lain yang membuatnya secara illegal. Lhah ini lho yang membuatnya petugas BNP3TKI di Semarang sana. Bapak jangan kayak gitu ya. Jangan mengintimidasi saya. Saya masih punya pulsa di HP saya yang bisa saya gunakan untuk menelpon BNP3TKI Semarang atau kepala BNP3TKI wilayah Surabaya," kataku.

"Kamu ngancam saya?"

"Mana saya berani pak. Saya hanya ingin bapak tahu penjelasan langsung mereka. Mengapa mereka bisa salah memasukkan nomer passpor saya dan sebagainya. Oh iya, selain itu saya juga pengin tahu kejelasannya, apakah kemudian KTKLN saya hanya senilai dua ratus ribu rupiah saja," gertakku.

Dan ternyata gertakan itu berhasil membuat petugas itu keder dan menyerahkan kembali passpor, kontrak kerja dan KTKLN ku, meski dengan agak kasar.

"Bapak masih beruntung saya tidak mencatat nama bapak untuk saya laporkan. Saya kasihan membayangkan anak istri bapak yang mungkin akan kelaparan saat bapak berada di tahanan," kataku lalu bergegas pergi.

Menghadapi oknum petugas imigrasi seperti menghadapi anjing-anjing kampung yang menyalak keras. Yang hanya dengan pura-pura memungut batu saja mereka sudah lari tunggang langgang.

Oalah mak, ternyata ada kue yang bernama keren KTKLN!

34 komentar :

  1. Akhirnya dia kena batunya, tidak tahu ya kalau yang dihadapi adalah seorang blogger

    BalasHapus
  2. Hebat pengalamanya mbak. Saya salut dengan mbak bisa meredam salak anjing kampung hehee...Salam kenal.

    BalasHapus
  3. Ahhh...
    Rie, keberanian atas dasar kejujuranmu ini WAJIB kau tularkan ke teman2 TKW lainnya...
    Jangan mudah dibodohi, keberanian harus diterapkan meski pahit,......

    Pancen uripe ya isih nang negara pahitt kanggo wong cilik jee.. :(

    BalasHapus
  4. petugas e kerrreeennnnn.....(kethek leren nang ceren)!!!

    BalasHapus
  5. Kalau dulu di terminal 3 Soeta, setiap pengambilan bagasi harus ngasih duit. Sekarang ganti acara KTKLN, yang dibuat masalah. Arght.. Semakin miris dengan mereka..

    BalasHapus
  6. Mbak Rie Rie,

    salam kenal dari Jogja!

    -lala-

    BalasHapus
  7. Kereeeen!

    Orang, eeh, oknum2 macam itu wajib hukumnya untuk: DILAWAN!

    Nah, saya minta izin ya ini postingan untuk kuikutsertakan di buku menulis bareng saya berjudul topik; TERMINAL 4 HANTU TKI SEJAGAT


    salam perjuangan ya sayangku, sampai jumpa

    aku ke hongkong 6 mei dan akan tinggal selama sbulan inap di dd hongkong, sampai jumpaaa!

    BalasHapus
  8. TOP banget manantuku iki!! muuuach ( Mega V)

    BalasHapus
  9. petugas imigrasi Indonesia emang anjinggg semua...salut buat mb ririe yg berani nimpuk batu ke kumpulan anjing itu...!!

    BalasHapus
  10. sekarang gpp berjuang mencari makan di negri orang, kelak negri orang yang akan berjuang mencari makan ke negri kita :D

    BalasHapus
  11. pada pengalamnku nang bandara denpasar soal fiskal, lah aku duwe NPWP kok meh di jaluki fiskal di gawe gawe masalah.

    BalasHapus
  12. Kapan Indonesia bisa merdeka yg sebenarnya...

    BalasHapus
  13. "... Petugas di sana (BNP3TKI) itu profesional semua lho .... ", ciyus.. mi apa??? trus aku harus bilang wow gitu...! wkkkk....
    Salut sama mbak rie-rie, semoga Allah SWT selalu melindungi, amien..

    BalasHapus
  14. sudah banyak yang membahas masalah ini, banyak juga teman saya para blogger hongkong (blogger indonesia yang ada di hongkongmembahas permasalahan ni.
    saatnya membuat perubahan lagi atas dasar 200.000 rupiah

    BalasHapus
  15. Ceritanya menarik banget, mbak.
    Makasih sharingnya...Salam kenal dan kalau sempat mampir sekalian mengundang untuk gabung dengan teman-teman lain yang sudah SUBMIT URL BLOG-nya ke Direktori Weblog Indonesia :)

    BalasHapus
  16. Mantap,,, kok Rakyat sendiri mau diperas,,, knapa gak dilapor aja, biar dijadikan pelajaran buat petugas-petugas lainnya..

    BalasHapus
  17. Assalamu'alaikum...
    salam silahturrahmi mba,saya betul2 terkesan membaca posting ini.
    ini juga yg dialami istri saya di bandara polonia medan saat mau berangkat kemalaysia.
    saya setuju mba....Menghadapi oknum petugas imigrasi seperti menghadapi anjing-anjing kampung yang menyalak keras.
    mereka tidak tau betapa susahnya kita sebagai TKI,tapi mereke sesuka hati memeras duit kita dengan ayat2 palsunya.
    dasar penjahat,mentang2 pakai seragam trus sesuka hatinya.

    BalasHapus
  18. smoga Tuhan selalu melindungi pmberani dlm mnegakkan kebenarannnnnn...
    dan melaknat bagi pemeras/dholim....

    BalasHapus
  19. semoga juga bisa jadi pengalaman teman2. makasih.

    BalasHapus
  20. anjing hanya takut pada orang yang berani.

    BalasHapus
  21. wow salut bgt ya sama mba ini ...pinter luar dalam...tegas..

    BalasHapus
  22. Mau jadi apa negara ini kalau yang digedein cuma menghambat warga negaranya jadi maju! Mana mungkin sih kita kasi paspor lama, mustahil itu. Sebelum diserahkan pasti udah diteliti dulu.

    Salut utk keberanian mbak Sri terhadap anjing-anjing itu, mbak!

    BalasHapus
  23. Rie, awakmu neng endi ae?
    Ah keren sangat ini ceritanya, dirimu memang berani.
    Kudu ditularkan keberanianmu ini kepada teman teman yang lain.

    BalasHapus
  24. salam kenal mbak...mohon izin share tulisannya...agar lebih banyak orang tahu betapa bobroknya mentalitas bangsa ini...kasihan anak istrinya kalau dikasih uang tidak halal.....

    BalasHapus
  25. Tapi ada baiknya kalau ada kesempatan kartunya diperbaiki saja mba Rie.. :)

    Toh ini juga demi kebaikan mba Rie dan ke depannya supaya ngga ada yang nyari2 kesempatan dalam kesempitan.. :D

    Salam kenal yaa

    BalasHapus
  26. KTKLN yg selalu dikoar2kan sbg kartu ajaib yg melindungi qt2 sbg TKW,..hallaaahh gombal mukiyoh,,, petugas yg disebut2 PROFESIONAL nyatax cara krjax jg sperti itu.
    (Pengalaman 2th silam di BNP3TKI surabaya)

    BalasHapus

Matur suwun wis gelem melu umuk...