Is There a Man Out There?


45 menit perjalanan ke Taipo begitu penuh makna.

11 Januari'09 lalu, sendiri. Menerobos sesaknya Sugar Street, aku merasa beruntung mempunyai tubuh yang ramping, oh..lebih tepatnya kurus. Tapi tak ayal tangan kecilku diseret oleh seorang mbak-mbak yang segera saja menunjukkan dagangannya. Di rogohnya sesuatu dari dalam tasnya, Pil KB! Semprull!! Wajah polos dan lugu gini dikira aku cewek apaan?

Serba-serbi kehidupan TKW Hongkong berputar-putar di kepalaku. Ada mereka yang duduk di bawah tenda putih di tengah lapangan Victoria yang khusuk dalam doanya. Ada mereka yang menari-nari di dalam ruang berlampu warna-warni dengan sang hidung mancung dan berakhir di hotel-hotel murahan. Ada mereka yang asyik bersenggama dengan sesama pemilik payudara dan pemakai Softex. Ada mereka yang sibuk belajar mengejar ilmu yang terlalu mahal di dapat di negaranya. Ada mereka yang sedang berdemo tentang Gaza dan Palestina. Ada mereka yang dianiya bosnya, di siram air panas hingga di setrika tangannya. Ada mereka yang tak di gaji sesuai haknya. Dan ada pula seorang yang berwajah sendu, dengan mata dan pucuk hidung yang memerah..

Dia yang terakhir itu adalah Ani, wanita muda asal Kediri-Jawa Timur. Sama sepertiku, diapun sendiri menunggu bis di terminal dekat Victoria Park yang bertujuan ke Taipo. Saat itulah aku berkenalan dengannya.

Taipo yang belum pernah kujamah sebenarnya membuatku sedikit ragu untuk datang, tapi janji yang telah kususun dengan seorang kawan untuk mengambil buku kiriman dari mbak Uci(temanku di Multiply) yang di titipkan padanya, menjadikanku mempunyai kenekatan. "Demi buku," pikirku.

Musim dingin menyapa Hongkong, Ani menggigil. Matanya yang bulat terlihat memerah dan bengkak. Aku tak tahu sudah berapa lama dan kenapa dia menangis.

Kami naik ke tangga dan duduk bersebelahan di dalam bus tingkat itu. Persis di barisan terdepan sebelah kanan, di atas sopir yang tengah mengendalikan bis.

"Udah pernah ke Taipo mbak?" tanyanya.

"Wah, ini baru pertama kalinya mbak," jawabku.

"Ooo...

"Panggil saya Ani, namaku Ani," sarannya.

"Aku Lestari, panggil saja Riri," jawabku.

"Sudah menikah mbak?" tanya Ani. Aku hanya tersenyum.

"Suamiku di ambil orang mbak?" lanjutnya.

Ah aku tak kaget, apalagi yang bisa mengurai airmata dari TKW-HK(Tenaga Kerja Wanita-Hong Kong) selain masalah dengan bos atau keluarganya?

Matanya mengembun lagi, bahkan hampir jatuh bulir air dari mata ketika dilanjutkannya kisahnya. Dan kubiarkan dia menceritakan segalanya, mungkin dengan begitu bisa meringankan beban hatinya.

Kupandangi wajah Ani, dia manis dan muda. Kutafsir kira-kira umurnya 26 tahunan, dan itu dibenarkannya sewaktu kemudian aku menanyakannya. Kulitnya bersih walau tak bisa di bilang putih. Tak ada tanda-tanda kalau dia overworked, tangannya tak begitu kasar. Hanya di punggung tangan dan di ujung jari terlihat memerah dan sedikit pecah, gejala lumrah bawaan musim dingin. Suhu badan yang tinggi melawan udara dingin menyebabkan ketahanan tubuh mengurang. Benturan hawa panas dalam tubuh dengan cuaca dingin mengakibatkan kulit kering dan atau pecah. Ah, tiba-tiba saja aku teringat teori joule.

"Ku ijinkan dia bekerja di Malaysia, dua tahun semuanya biasa saja. Walau sewaktu sama2 pulang ke Indo suamiku tak bawa uang aku tak curiga. Berapa sih gaji di Malaysia, pikirku," kata Ani.

"Kemarin aku mendapat sms dari seorang wanita. Dia mengaku istri dari suamiku. Kubenarkan berita itu, aku telepon suami dan wanita itu menggunakan layanan conference, mbak tahu itu khan?" tanyanya ingin menyakinkan kalau aku mengetahui dengan persis segala yang di bicarakannya. Aku mengangguk. Dalam hati aku merasa iri juga atas HP dia yang mempunyai aneka fungsi, sedangkan aku sendiri masih setia dengan Nokia 1600-ku.

"Sakit hatiku mbak. Aku pernah kirim uang padanya, berarti uang itu untuk istri selingkuhannya itu ya?"

"Sekarang trus gimana dia? tanyaku.

"Ga tau, kemarin aku nyuruh emakku untuk cari orang pintar biar suamiku kembali lagi padaku."

Wah!! Ditinggal selingkuh sampai nikah ma orang. Masihpun ingin kembali?" heranku dalam hati.

Ani bercerita pula tentang seorang kawannya yang bekerja di Taipo. Nasib kawannya itu tak beda jauh dengannya, oh..bahkan lebih teruk. Nia, nama kawannya itu bekerja di Hongkong selama 4 tahun kemudian pulang untuk menikah dan tinggal di rumah mertuanya, dialah pula yang membangun rumah mertuanya itu dengan uang hasil bekerja di Hongkong selama 4 tahun. Setahun kemudian, suaminya pergi ke Malaysia sedang Nia kembali pergi ke Hong Kong. Terakhir berita yang berhasil di dapat Nia adalah bahwa suami tercintanya telah menikah dan mempunyai seorang anak di Malaysia dengan seorang gadis asal Kendal yang bekerja disana. Betapa memilukan!

Kisah yang umum terjdi di kalangan TKW-HK. Jarak suatu kendalakah? Bohong!! Kalau jarak menjadi kendala sebuah hubungan atau perkawinan itu bukan alasan tapi cara untuk melarikan diri dari kesalahan. Kalau pada awalnya saling setuju untuk merantau demi modal, kenapa kemudian jarak dijadikan alasan?

Bis berhenti di terminal terakhir Taipo, baru kusadari kalau aku terlewat tujuan. Seharusnya aku turun di dua terminal sebelum terminal akhir itu. Tapi bukankah itu berbaloi dengan pengalaman yang kudapatkan hari itu?

Lagi, aku menaiki bis dengan nomer yang sama untuk kembali ke dua terminal sebelum terminal akhir tersebut. Obrolan 45 menit yang lalu masih basah dalam pendengaran maupun hatiku, masih saja menguasai pikiranku. Menjadikanku menimbang-nimbang sendiri tentang arti sebuah hubungan yang berlanjut ke pernikahan...

Menikah, sebuah komitmen yang di lakukan oleh sepasang manusia. Ternyata cinta saja tak cukup menyelamatkan sebuah perkawinan ataupun rumah tangga, ianya bisa mendua atau luntur. Saling peduli, saling percaya, saling berbagi, saling memahami/mengerti, saling menghormati adalah keharusan. Dan komunikasi adalah mutlak untuk menyikapi dan menghadapi masalah bersama.

Oh...Is there a Man Out there???


post signature


12 komentar :

  1. ah..
    ternyata bener pertamax. hihi..

    Oh.. betapa malang nasibmu. Pergi jauh ke negeri lain demi cita-cita dan kebahagiaan, tapi yang di dapat air mata dan ketidakpastian..

    sedih..

    BalasHapus
  2. andai ku belom mengenal rie2 , pasti kan ku temukan nia atau ani untuk menemaninya dalam hidup, menghapus luka hatinya.

    tapi kini semua dariku sudah terlanjur untuk rie2...hehe, percaya ga sih???

    BalasHapus
  3. >>Wahyu Riyadi, wkwkwk..senengnya jadi pertamax..

    >>nirmana, gombal-gomballlll!! di jual murah meriah oleh Afif!! wkwkwkwk

    BalasHapus
  4. ehm...tragis banget sich...klo aku gak gitu koq. setia banget nget nget nget.... :D

    BalasHapus
  5. ho ho...sedih, pilu, betapa tega pria2 di sana? itulah yang menjadikanku takut menikah...

    kalo aku jadi Ani, ya udah biarin aja toh udah disakiti gitu, gak usah cari orang pintar gak usah mengharapkan lelaki kayak gitu...

    @ Nirmana : suit suit...

    BalasHapus
  6. Di rogohnya sesuatu dari dalam tasnya, Pil KB! Semprull!! Wajah polos dan lugu gini dikira aku cewek apaan?

    emang cewek apa ???:D

    BalasHapus
  7. Jeng aku mampir, lagi mlaku2 nang Hk kie...

    BalasHapus
  8. Apa kabar Rie..... Semoga betah dengan semua kesehariannya...Tentu masih akan banyak lika-liku kehidupan yang Anda tuangkan terus dan semakin menarik

    BalasHapus
  9. Nasib..nasib...
    Niat nyari kebahagiaan tapi apa yang didapat....no thing

    Salam dar Arab

    www.ekspat.com

    BalasHapus
  10. >>mas pram, ah masa? setia bener? ah yg bener?? hehehe...

    >>arif ust. terima kasih

    >>Jovie, aha!! Jovie membuka rahasia, wkwkwk...

    >>IKHSAN, wes jan, ckckckck...mosok ga tau kalo Rie itu alim bin kalem, hiks...

    >>Harry, hehehe...met datang di HK kang.

    >>Izka, alhamdulillah kabar baik bang. Semuga demikian juga dengan bang Izka, amiinn. Siapa seh yang betah? semua ini demi dolar bang. It's all about the money...

    >>Bohamiksu, terima kasih, salam kenal!

    >>Abu, salam kenal juga.

    BalasHapus

Matur suwun wis gelem melu umuk...