Kesempatan dalam Kesempatan

Lima buah netbook Lenovo S9 aku bawa dengan perasaan riang. Berat tubuhku seolah seperti kapas, melayang ringan hampir tak berbobot. Terbang bersama debu-debu di sepanjang Great George Street setelah semenit yang lalu turun dari sebuah mall yaitu Windsor House yang berada di Causewaybay. Sedemikian ringan hingga membuaiku sendiri dalam bayangan antara dolar hongkong dan rupiah Indonesia.

Aku merasa terbang meninggi dan semakin tinggi hingga menyentuh awan-awan yang lembut. Setiap satu langkah seperti satu lompatan indah menuju awan putih yang lain. Namun mendadak sudah tak ada awan putih lagi di hadapanku dan langkahkupun terhenti total. Dua awan hitam diam menghadangku. Dan tiba-tiba saja sebuah kilat menyambarku.

"Lei keh sanfencing a, emkoi!" kata seorang polisi.

"Your ID card, please!" kata polisi satunya lagi.

Awan hitam itu menjelma sebagai dua orang polisi yang tinggi tegap berseragam biru. Dengan pistol menggantung di samping kanan pinggangnya. Tak ada tanda-tanda bahwa mereka marah kepadaku namun tak ada juga tanda-tanda bahwa mereka ramah. Wajahnya begitu datar, ekspresi yang terlihat adalah keseriusan akan pekerjaan yang mereka jalankan.

"Siuce, san fencing a emkoi! Your ID card!" kata polisi pertama lagi, nadanya meninggi.

"Sanfencing? ID card?" bathinku. Mengapa mereka meminta KTP Hongkongku? Apa kira-kira kesalahanku? Apakah aku mencurigakan?

Kuletakkan dua tas yang berisikan netbook tersebut kemudian mengambil Ktp yang tersimpan di dompet yang menggantung di leherku. Kuserahkan kepada mereka dengan sebuah pertanyaan, "Why? Did I do something wrong? Ngo yau me cho cek(Apa aku berbuat salah?)?"

"Mo ye lah, ngotei check ha kamma(Tak ada apa-apa, kami hanya ngecek saja)" kata polisi pertama.

"Lei come ling kemto ko netbook keh?(Mengapa kamu membawa banyak netbook?)" tanya polisi kedua.

Aku berpikir sejenak, kalau aku salah memberi jawaban, saat itu juga mereka akan membawaku ke kantor polisi di interogerasi untuk kemudian di laporkan ke Imigrasi, sedangkan 20 menit lagi aku sudah harus berada di tempat les Mandarin Katelyn, jam 11 les Mandarinnya selesai. Saat itu jam 10. 40.

Hari itu kebetulan adalah jadwal les Mandarin Katelyn. Biasanya aku menunggunya di hingga selesai les. Pikirku daripada aku menunggu selama satu jam lima belas menit di sana, lebih baik aku menuju ke Computer center di mall Windsor House untuk mengambil pesananku(5 buah lenovo S9), yang aku pesan secara online seminggu yang lalu yang sebenarnya tinggal menunggu kurir untuk mengantarkannya. Dan, ah aku sudah tak sabar menunggu kurir sehingga hari itu aku berinisiatif untuk mengambilnya sendiri. Toh hanya netbook saja, masing-masing hanya 1,2 kg saja, pasti tak berat, pikirku.

Seminggu sebelumnya aku mendapat kabar dari bos bahwa di mall Windsor House ada netbook kosong(tanpa hardisk) yang di jual murah. Selang beberapa jam kemudian beberapa sms segera aku kirimkan kepada teman-temanku, dan ketika aku mengajak Kateln untuk bermain di tamanpun aku sempat bercerita tentang netbook tersebut kepada kawan-kawanku di sana. Singkat kata mereka tertarik dan menyuruhku untuk memesan, membeli sekaligus menginstall windows beserta beberapa aplikasi lainnya untuk kemudian mereka memberiku upah atas susah payahku. Aku setuju, pikirku inilah yang di sebut simbiosis mutualisme yang sebenarnya, kami sama-sama beruntung. Mereka bisa mendapat netbook dengan harga jauh lebih murah sedangkan aku bisa mendapat upah, adil bukan?

Menginstall tak membutuhkan waktu lama, hanya satu jam untuk satu netbook dan upahnya lebih banyak daripada saat aku mencoba menjual nasi bungkus keliling di Victoria Park kemarin hari. Kemarin hari waktu liburku aku mencoba menjual beberapa nasi bungkus keliling lapangan Victoria(hanya penasaran saja pengin nyoba seperti mbak-mbak yang lain). Mungkin karena aku tak berjiwa dagang atau mungkin karena wajahku tak meyakinkan dan suaraku saat meneriakkan tawaran nasi bungkus tak selantang mbak-mbak yang lain atau mungkin karena terlalu banyak penjual nasi bungkus hari itu sehingga setelah berjalan keliling selama 3 jam baru 20 nasi bungkus tersebut habis. Dan uang yang kudapatpun tak sebanding dengan capek di kakiku dan suara serakku.

Dan di banding dengan uang yang kudapat saat aku mengamen cara baru di Victoria park, yang semakin hari semakin menurun peminatnya, menginstall komputer ini lebih mengasyikkan. Taukah apa artinya mengamen cara baru tersebut? Begini, ku download iTune di laptopku(laptop pinjeman dari bos) kemudian meminjam CD dari teman dan perpustakaan Hongkong untuk di convert ke MP3(go n try it!!!). Berbekal seabrek lagu di laptop pinjeman tersebut, maka aku duduk manis dengan menggelar plastik di Victoria Park dan menawarkan bantuan untuk mentransfer lagu ke MP3 atau Hp teman-teman(tkw) yang lalu lalang di hari libur tersebut dengan mematok harga murah 40 sen perlagu. Minggu pertama, kedua dan ketiga berjalan sempurna, namun dengan semakin pandainya mereka(tkw) juga semakin up to date-nya HP mereka(bluetooth) maka semakin menurun pula pendapatanku dari mengamen cara baru tersebut.

"Siuce, lei mei tap ngo. Timkai lei ling kemto ko netbook keh?(Nona kamu belum menjawabku. Mengapa kamu membawa banyak netbook?)" tanya polisi kedua lagi.

"Timkai? Mengapa? Yanwai ngo lopan kiu lo. Bosku nyuruh saya mengambil netbook ini. Sekarang bolehkah saya pergi karena saya harus menjemput momongan saya jam 11," kataku. Aku cemas karena kudengar polisi pertama menelpon petugas imigrasi. Namaku di sebut-sebut, dia(polisi pertama) juga menanyakan perihal aku kepada petugas imigrasi dan saat itu menit demi menitpun berlalu tanpa aku bisa berbuat apa-apa.

"Pak, bolehkah saya pergi sekarang? Momongan saya sudah hampir keluar dari lesnya. Kalau dia tidak melihat saya di sana pasti dia akan berteriak-teriak mengangis," kataku padanya.

"Tang tang a. Lei ke bosi number leh?(tunggu. Nomer telpon bosmu mana?)" tanya polisi kedua.

Aku semakin gelisah. Saat itu tak seharusnya aku klayapan. Seharusnya aku duduk manis menunggu Katelyn keluar dari lesnya. Dan kalau aku menelpon bos dan mengatakan kalau polisi menghadangku sedangkan ada lima buah lenovo S9 bersamaku apa kata mereka nanti, pikirku.

Nekat, serta merta ku dial nomer telpon bos. Kukatakan padanya kalau dua orang polisi menghadangku dan mereka mencurigaiku karena aku membawa lima buah lenovo S9. Beruntung bos pengertian, karena sewaktu aku memesan netbook kemarin mereka mengetahuinya, dan merekalah juga yang meminjamiku beberapa soft ware.

Polisi pertama bercakap-cakap dengan bosku. Dalam bahasa kantonis fasih yang tidak aku kuasai sepenuhnya. Dan kemudian menutup pembicaraan, menyerahkan hpku kemudian mengucap terimakasih dan maaf karena telah mengganggu tugasku. Aku lega. Segera saja aku setengah berlari menuju tempat les Katelyn. Baru beberapa menit sebelum sampai aku di tempat les Katelyn aku dikejutkan lagi oleh dering HP ku. Mr. Wong, demikian tertera pada layar Hp ku.

"Cece, we will talk about it tonight," katanya tegas. Oh ya pasti, beberapa wejangan akan didendangkan oleh sang bos. Duh...

Ada 19 netbook lenovo S9 yang berhasil aku install(sekarang sudah ga ada stok lagi, hiks..), untuk kemudian aku bisa memiliki netbook sendiri(membeli netbook lenovo S10) tanpa mengurangi gajiku. O iya, pernah juga mencoba menginstall Mac(macintosh) ke lenovo S9 dan berhasil. Ada yang mau coba?


post signature


32 komentar :

  1. Akhirnya postingan ini muncul juga, ditunggu berhari-hari.....

    BalasHapus
  2. Lei ke bosi number leh?(tunggu. Nomer telpon bosmu mana?)" tanya polisi kedua <--- bahasanya kok mirip bahasa orang Pati ya ---> lek mbok kei nomere bosmu knopo leh?

    BalasHapus
  3. turut tersinggung aku. la emange wajah kita opo wajah maling mbak rie?

    BalasHapus
  4. great idea, great job and u have nice boss. that's all your lucky, girl....

    BalasHapus
  5. wah, asyik postingan sampeyan.
    salam kenal.
    mbokmenawa ketemu mbak sumiati, titip salam

    selamat berjuang di perantauan

    *kapan-kapan bisa nitip laptop, ki...* :p

    BalasHapus
  6. Mending saiki dadi teknisi laptop wae, mbak. Ora usah nduwe bos :D

    BalasHapus
  7. SEEPPP,,,hebaattt,salut atas perjuangannya euyy.smoga sukses ya mbak yu...!!!untung si bos pengertian klo gk ?? duuhhh bisa gawat urusannya,,hati2 lain kali klo transaksi...jeng

    BalasHapus
  8. wah, mbak rie keyen..... mau dong dioleh-olehin notbuk. hehe.

    BalasHapus
  9. aduh sorry mbak rie, baru buka email. maaf baru bales ya. makasih

    BalasHapus
  10. mbak, flu babi telah masuk hongkong lho. hati - hati.

    BalasHapus
  11. >>triyanto, makasih

    >>tiara cell, huehehehe...ah massa??

    >>>>guru Indo, itu mang sudah tugasnya polisi HK pak, saya justru salut pada mereka yang disiplin n sungguh2 menjalankan tugas. Soal email, gpp kok. Soal flu babi, Rie dah tau, makasih...

    >>ikhsan, ah si bos ini...

    >>trimatra, begitulah...makasih.

    >>blontank poer, makasih, ntar kalo ketemu mbak Sumiati saya sampaikan salamnya(moga bukan Sumiati yg salah). Nitip netbook? boleh, tapi uangnya di kirim dulu ke rekening Rie ya, hehehe...

    >>anita mui, makasih...miss U

    >>ika saja, ini orang minta oleh2 kok ga kira2, hehehe...

    BalasHapus
  12. bilang ke polisinya kayak tukul gitu *don jad de buk bai its kaver* pasti dia ngerti :D

    BalasHapus
  13. Hallo Mbak Rie-Rie... senenge duwe lenovo anyar! Ndherek bingaaah...
    Matur tengkyu nggih Mbak, dah mampir di blog Jawa-ku.

    Salam sukses, hati-hati di rantau... dan GBU!

    Kandar Ag.

    BalasHapus
  14. hahhh kok luwih pinter dulur wedhok iki timbang anak buahku sing lulusan sarjana komputer (S.Kom) ...

    Salut mBak ...

    BalasHapus
  15. lah sampeyan leh mbawa netbooknya gimana toh, kok sampe pulisi curiga... haha

    BalasHapus
  16. Kapan-kapan nek sampeyan butuh kuli angkut ngomongo aku tho mbak... tak ewangi.. nek wis upahono Lenovo siji aku yo gelem koq.... suer..

    BalasHapus
  17. Gimana mbak...?
    jadi dikasih wejangan apa sama bosnya ?

    BalasHapus
  18. Rie...
    Nek dirupiahke Leppyne kuwi nampa resik plus ngirime tekan nJakarta piro to...?
    Sekalian install sekalian mangsudku...

    BalasHapus
  19. Kl di Hongkong, harganya jauh lebih murah dibandingkan di Indonesia mbak? Berminat neh kayaknya...

    BalasHapus
  20. lam kenal mbak rie, aku di yuenlong, kpn2 bs tlpon ga ya? mgk ad yg di share....!

    BalasHapus
  21. halo, mbak hongkong, diuncali siji lenovone yo gelem aku.., ha mosok wegah?

    BalasHapus
  22. punyaku mau di instal apa yah ?
    terserah wis.... pokok-e dicekel jenengan ( ha ha ha)

    BalasHapus
  23. Mbak, kemana aja? lama gak posting? kangen...

    BalasHapus
  24. Yang begini nih yang bisa diandalkan... teruskan langkahmu... bawa kebudayaan asalmu pada mereka..

    BalasHapus
  25. salam kenal mba..

    wah, kagum saya..
    top...
    pake jempol...


    :)

    BalasHapus
  26. when there is a will, there is a way
    salut sama fighting spiritnya
    salam kenal mbak :)

    BalasHapus
  27. Ceritanya menarik. Jadi penasaran pengen baca cerita-cerita lainnya... salam utk semua teman di HK ya

    Syamsul

    BalasHapus
  28. jadi pengini.... kalo liat itu.....
    kapan ya.... bisa punya sendiri...

    BalasHapus
  29. wah salut sama mba riri, semangat enterpreneurnya luar biasa...
    btw, mbak itu cerdas karena bisa merubah keadaan yang tidak bisa menjadi bisa...
    sukses selalu mbak y...

    BalasHapus
  30. keren ni mba rie rie, hmmmmm kapan yah aku bisa jenius kyk mba, ajarin dunkkk!!

    BalasHapus

Matur suwun wis gelem melu umuk...