Wo Pu Cetau, Kula Mboten Ngertos

Suatu sore di dalam bis, ketika aku bersama momonganku pulang dari makan siang bersama mamah (nenek=ibu dari bos laki-lakiku), seorang keturunan Cina menghampiriku (satunya lagi duduk dua kursi di depanku).

"Ni cetau ma &hFjuT$%vKy(yD&^90-*I...?" katanya sambil menyodorkan selembar kertas bergambar peta Hong Kong.

Hanya tiga kata pertama yang kudengar secara jelas, selanjutnya aku tidak tahu sama sekali apa yang dia maksudkan. Bahasa Mandarinnya kedengaran begitu asing di telingaku. Dan pada dasarnya memang aku tidak bisa berbahasa Mandarin.

"Ni cetau ma...#?O{_&URTR...?" tanyanya lagi, kali ini dengan menyodorkan peta itu dan menunjuk-nunjuk suatu tempat yang bertuliskan huruf Cina.

Mungkin mereka sedang mencari tempat itu, pikirku. Mungkin mereka bertanya padaku tentang bagaimana menuju tempat itu, pikirku lagi. Tapi itu tempat apa? Mereka menanyakan apa? Aku bingung dibuatnya. Dan sekalipun aku mengenal Hong Kong, bagaimana aku bisa menjelaskan sesuatu kepada seseorang sedang sesuatu yang mereka tanyakan padaku saja aku belum tahu kejelasannya? Sesuatu banget yah, hehe...

Bibirku bergerak dan mengeluarkan beberapa kalimat dalam bahasa Kantonis, bahasa orang Hong Kong.

"Lei wan me teifong a? Lei yiu hoi pin a? (Anda mencari tempat apa? Anda mau ke mana?)" tanyaku. Logat bahasa Kantonisku mungkin masih berbau bahasa Jawa, namun aku yakin aku mengucapkannya dengan jelas.

Dua orang Cina pedalaman tersebut geleng-geleng kepala.

"Ni cetau ma ;';zkopip'/kp[iop;"[]...?" tanyanya lagi, kali ini suaranya meninggi.

Aku membalasnya dengan bahasa Inggris. "Where are you going? Which place are you looking for?" tanyaku.

Mereka geleng-geleng kepala lagi. Oalah, rasanya kok seperti bebek berbicara dengan ayam ya. Walaupun sama-sama unggasnya namun bahasanya kwek kwek kwek dan petok petok kukuruyuk. Sama seperti kami, sama-sama orang Asia tapi bahasa yang kami gunakan berbeda.


"To emci. Wo pucetau la, wo can not speak putung huwa," jawabkuyang terakhir. Mereka lalu beranjak dari hadapanku, bergumam entah apa yang enggak jelas. Mungkin juga menertawakan bahasa Mandarinku yang tugel-tugel, campur bahasa Inggris dan bahasa Kantonis. 

Bis berhenti di Causeway Bay. Kami, aku dan momonganku turun. Sewaktu turun itu Pompi, momonganku, bertanya: "Why did you mix three languages?"

"I donno what to say, I donno what they are asking about," jawabku.

"I know," kata POmpi.

"What? You know what?" tanyaku kaget. Seketika aku baru ingat bahwa Pompi bisa berbahasa Mandarin. Di International School-nya ada pelajaran bahasa Mandarin dan dia ada private bahasa Mandarin pula, dua kali perminggu! Wola, lha kok aku bisa kelupaan? 

"Do you know what they hv asked for?" tanyaku.

"Yes," jawabnya kalem innocent.

"Why didn't you help me? Why didnt you help them?" kataku gemas. Ini anak tahu aku kebingungan dan orang kebingungan kok enggak punya itikad baik untuk membantu sama sekali ya? Heran deh.

"Cece, they asked how to go to Time Square. But I don't know which way to go," jawabnya memberi alasan.

"Then why didn't you tell me? I will explain to you in English then you will explain to them in Mandarin," kataku.

"Cece, you said don't speak to stranger," jawabnya lagi masih dengan wajah innocent-nya.

"But they are lost, they need help," kataku

"Cece, you said it is dangerous to speak to someone you donno they are good or not," katanya.

"Yes but just imagine it was us, we lost and didn't know where to go and nobody wanna help," jawabku.

"Cece, why? You have change your mind? Did you make exception for this case? How do I know they really really need help or not, how if they were just pretending?"

"NO..but... I was there with you. So what did you afraid of?" tanyaku.

"Cece, how if they asked that because they want to get close to you then they will kidnap me?" tanyanya lagi.

jiangkriiikkkkkkkkkkkkk........!!  Aku tak tahu harus menjawab apa, anak ini telah memojokkanku atas peraturan yang aku buat untuknya. Peraturan untuk tidak berbicara dengan orang asing yang ditemuinya. Yongalah gusti, inikah yang dinamakan senjata makan babu?




................................................................
to emci: maafkan (bahasa Kantonis)
wo pucetau: saya tidak tahu (bahasa Mandarin)
wo can not speak putung huwa: saya can not speak Mandarin

9 komentar :

  1. I cannot speak Mandarin -->> Wo pu hui suo chung kuo hua. Kayaknya gitu deh. *amatiransokpinterbasamandarin*


    Emang Bahasa Cantonese beda jauh ya sama Mandarin?

    Kok ya momongane mikire adoh banget, sampe mikir orang asing ngajak ngomong Mbak Rie biar dia bisa diculik.

    BalasHapus
  2. @milo, hehe...bahasa Mandarin sama bahasa Kantonis ada mirip-mirip dikit tapi intonasinya itu yang beda, bahasa Mandarin lebih ke suara sengau, suara hidung dan tenggorokan. Kalau bahasa Kantonis lebih ke tinggi rendahnya nada.
    Lhah itu anak selalu pinter cari alesan, enggak mau disalahkan....tiap hari kerjaannya eyel-eyelan ama babune..hehe...

    BalasHapus
  3. hahaha.sumpah nggapleki momongan sampean mbak xp

    BalasHapus
  4. xixixii terkikik2 saya ketiwi2 dimarih
    tuei pu ci wo pu ce tau ni shuo se me
    xixixi
    tapi bagus tuh momongannya, patuh aturan.
    yg get lost biarin aja, nanti juga ada yg ngasi tau jalan yg bener ke mereka hehehe

    BalasHapus
  5. Hahahahaha! Cerdas sekali anak asuh, Mbak ya. Bilingual pula wuih

    BalasHapus
  6. Kakakakaka,
    sabar ya mbak... masi kecil jago amat ngelesnya...
    wo pu cetau lah :D

    BalasHapus
  7. Hahahahaa....
    berarti dia sudah benar benar menerapkan peraturan dont talk to stranger yaa

    BalasHapus

Matur suwun wis gelem melu umuk...