ketika pena kuletakkan tapi
jemari masih tetap menari
ketika hatiku bicara jangan berhenti
atau ulang sekali lagi
bukankah gundah hati ini bukan suatu tanda bijaksana
dimanakah jeda berkunci
mengapa hati selalu tertambat
pada tiang-tiang usang hampir patah
kemanakah hati ini membawa
penat pantat dan hati
kemana aku menepi
yu pantatnya penat ya.....
BalasHapusmbok ya sini takpijeti!
:D
yo rene a, weeee....
BalasHapusSabtu waya'e leyeh leyeh.
BalasHapusMbak'yu, hati yang bijaksana itu yg bagaimana sih...
mbuh yo, hehehe...mungkin sing kaya atine prabu kresna. ehm...
BalasHapuskereenn mbak..
BalasHapusyang lagi belajar juga