Buntut babi itu seperti...

Buntut babi itu...ah...
Bikin aku ketawa tak habis-habisnya hingga aq menuliskannya di blog saat ini.

Tiba-tiba saja HP nokia 1600 bulukan yang menjadi andalanku dan menjadi penghubungku dengan dunia luar(selain laptop pinjeman dari bos ini) semenjak 3 setengah tahun yang lalu itu berteriak sekencang-kencangnya. Seketika aku tersentak, diantara rasa ngantuk dan iler yang ndlewer di pipiku aku merogoh kantong celanaku dan mendapati sebuah nama keramat berada di layar HP ku, "Mak lampir" atau kalau di terjemahkan dalam bahasa sewajarnya kira-kira berarti "Sang Bos Perempuan yang Tersayang".

Akhirnya dengan kemampuan berbahasa Inggris yang tidak ada perubahan(menuju yang lebih baik) sejak pertama menginjakkan kaki di Hongkong sampai saat ini, aku menjawab segala perintah sang bos.

"OK boss!" tiruku seperti yang diajarkan padaku oleh para pejabat ketika bicara dengan atasannya.

Dan tiiiit, HP off. Putus hubungan dengan suara merdu sang bos yang kadang-kadang kalau lagi metu cinane suaranya tak ubahnya seperti tawa merdu mak lampir itu.

Nomor keramat yang lain segera aku dial, 8 digit dengan awalan 66 dan akhiran 66. Nomer yang mudah kuhapal karena aku selalu berkonsultasi padanya tentang cara memasak yang benar. Nomer siapa lagi kalau bukan nomer HP-nya simbah alias ibunya bos laki-lakiku.

"Keitak a, yuko lei cut soi kocansi le, lei mo cit sai goi a(Ingat disaat kamu merebus sebentar sebelum memasak, kamu jangan potong kecil-kecil ya)," wanti-wanti simbah.

"Howak-howak(OK)," jawabku.

Panas benar hari ini, keringat sebentar saja sudah membasahi kaos putihku. Bukan hanya di bagian ketiak saja tapi semua rata basahnya, basah keringat, keringat membasahi. Wow, parfum alami yang menggairahkan,wkwkwkwk...

Pasar adalah tujuanku, walau dengan hati setengah teriak atas perintah yang terdengar ngayawara dari bosku toh kerja dan tugas ini harus dijalankan juga. Dan bis 21M segera membawaku menuju pasar Causewaybay yang berada di dekat Time Square Department Store-Causewaybay.

Siang-siang ke pasar demi buntut babi, demi memuaskan nafsu sang bos yang lagi nyidam sup buntut babi dan akar teratai.

Melihat buntut-buntut itu aku mendadak merinding, semuanya mengacung persis angka satu dengan sedikit bulu disana-sini. Tiba-tiba saja pikiran ngeresku muncul, dan aku tertawa ngakak sendirian di depan tempat jagal babi itu.

"Comesi a? Siong yiu cui me a, bhangyau?(Ada apa? Mau masak apa, teman?)," tanya si tukang jagal babi ramah. Mata-mata yang lain menatap heran kepadaku, tapi kuabaikan saja.

"Kotik a, 3 diu, emkoi(itu, 3 ekor)," kataku seraya menunjuk ke arah buntut babi itu.

Dan acara membelipun selesai. Tapi acara masak dirumah membuatku geli dan gelak yang teramat sangat. Cut soi istilah untuk merebus sebentar untuk menghilangkan kotoran dan lemak sebelum tahap memasak selanjutnya itu, membuatku ketawa sampai berurai air mata.
Bayangkan saja, 3 ekor buntut babi yang masih utuh panjang itu tidak boleh dipotong kecil-kecil seperti pesannya simbah. Duh! Kalau kalian melihatnya, ekor babi yang sedikit demi sedikit mengembang itu di lanjutkan dengan keluarnya lemak dari ujung-ujungnya...wkwkwkwkwkkwkwk.... Yang babu tulen pasti deh pernah melihat ini dan kegelian, wkwkwkwkwk.......

Dan inilah hasilnya:

2 komentar :

  1. Hehehehe critanya lucu.
    Hhmm setahuku ada yg jual buntut babi kaleng lho..jadi gak susah beli di pasar dan merebusnya.

    Rada menggelikan kale ya pas direbus...

    Salam kenal
    marput (sby)

    BalasHapus
  2. marput, hehehehe....wkwkwkwkwk...
    yg kalengan khan agak bau2 gimana gitu,ga cocok kalo buat masak sup, hehehe... thaks for reading!

    BalasHapus

Matur suwun wis gelem melu umuk...