“….disini(Indonesia) lagi lumayan heboh sehubungan kasus(casting film True Love-HK) itu karena produser joel bahar yang mengadakan casting di hongkong dan memungut bayaran itu memutuskan "memecat" lola amaria sebagai sutradara karena dianggap "berseberangan". Dari awal mereka(joel Bahar & Lola Amaria) memang sudah bersitegang dan pemicunya memang masalah casting itu. Karena lola tidak tau menahu(tentang casting tsb) padahal ada nama lola disitu.
Lola dan dewi umaya memutuskan meneruskan film ini tanpa joel, tapi joel juga memutuskan meneruskan film ini tanpa lola. Membingungkan memang...”
Sebuah penggalan surat elektronik atau e-mail yang dikirim oleh Titien Watimena(penulis skenario HK Rhapsody) tersebut adalah salah satu fenomena yang bukan lagi baru. Lepas dari fenomena casting bersyarat 400 dolar yang sampai kini masih dalam gonjang-ganjing itu, kegiatan ke-artis-an seperti halnya kontes ratu-ratuan ataupun miss-missan di kalangan BMI-HK kini semakin marak, menjadi semacam trend setter di kalangan BMI-HK.
Kontes terakhir yang menghebohkan kemarin, sampai-sampai menggeret kelompok band Nidji untuk menyemarakannya. Ramai? ya pasti! Sukses? O tentu saja! Jangan tanya berapa ratus atau bahkan ribu BMI-HK yang membanjiri lapangan Victoria Park untuk menghadiri acara miss-missan hari itu, yang tentu saja bukan hanya karena keinginan untuk menyaksikan bala dewe manggung mengikuti kontes tapi sekaligus untuk melihat kelompok band baru yang secara spontanitas menjadi daya tarik tersendiri di antara lautan wanita pekerja rumah tangga itu.
Kemudian suatu hal yang mencengangkan terjadi di cat walk dimana para kungyan yang biasanya akrab dengan kain pel dan wajan dan sendoknya itu di akrabkan dengan instrument megah lainnya. Dan bin salabin layaknya sulapan, semua berubah dalam sekejap. Kaos oblong dan celena pendek berubah menjadi busana atau pakaian yang indah gemerlap, kain pel menjadi slayer yang indah, wajan dan sendoknya menjadi microphone dan alat lainnya. Mendadak juga yang biasanya terdengar suara ocehan bobo dan dhai-dhai kemudian menjadi hangar bingar musik . Menakjubkan!
Oh ya, yang tak kalah menakjubkannya berbagai fasilitas dan kelancaran yang di janjikan oleh sponsor/perusahaan setelah mereka(para kontestan) memenangkan lomba. Tak jarang ada yang mengiming-imingi bagi para pemenang akan di ikutkan main film/sinetron.
Tergiur oleh iming-iming ngartis secara instan adalah hal yang lumrah bagi siapa saja. Bayangkan, jika Anda yang berstatus, maaf, babu dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi juga kemampuan di atas rata-rata kungyan yang lain kemudian mempunyai name tag ataupun sebutan seperti ini:
_______________________________
Nama : Srinthil
Pekerjaan Tetap : Babu
Pekerjaan Sambilan : Artis
_______________________________
Sebuah prestasi yang membanggakan bukan?
Entah bagaimana caranya mereka(para kontestan) bisa membagi waktunya antara kerja(sebagai kungyan) dengan persiapan untuk kontes tersebut, hal itu juga patut di salutkan.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah hanya karena iming-iming tersebut kemudian kita berebut untung dan menggunakan aji mumpung untuk mengikuti kontes tersebut?
Seorang kawan melalui blognya di www.alining.multiply.com, Asning, yang kerap mengikuti berbagai lomba fashion show dan kerap pula menggondol pulang sederetan piala dan piagam mengatakan, bahwa tujuan dia mengikuti fashion show tersebut untuk menggali potensi diri sebagai wujud dari usaha untuk mandiri dan sukses bukan karena tergiur dengan segala iming-iming tersebut. Semoga saja kawan-kawan lain yang mengikuti segala kontes tersebut juga mempunyai tujuan yang sama seperti Asning, bukan hanya untuk memburu status dan iming-iming untuk menjadi tenar dan ngartis yang di janjikan bakal di dapat secara instan setelah memenangkan kontes tersebut.
Lalu pertanyaan lain yang tak jauh berharganya adalah apakah ajang yang di minati dan di gandrungi oleh para BMI belakangan ini murni sebagai usaha untuk menggali potensi BMI atau telah di tunggangi oleh tujuan-tujuan lain? Seperti bisnis misalnya? Mengingat begitu banyaknya sponsor yang nunut tenar, dikenal lebih banyak lagi oleh BMI dan juga kalangan lainnya.
Tidak beda jauh dari negara sendiri, kegemaran melakukan kegiatan-kegiatan yang sama sepertinya sudah menjadi suatu hal kewajaran. Dan wajar saja kalau sekarang banyak lomba fashion show bermunculan. Hampir di setiap hari yang layak di rayakan, hampir oleh semua organisasi atau instansi yang lagi hajatan. Apakah ini symbol munculnya budaya baru bangsa kita? Budaya niru?
sekarang marak pemilihan bintang ini itu, model ini itu..semua ingin menjadi "terpilih". itulah budaya instan yg di hembuskan para kapitalis. sayang tidak banyak orang yang menyadari kelebihan dan kekurangannya budaya instan ini.
BalasHapushati-hati... yang namanya komersialisasi dan eksploitasi bisa bersembunyi dibalik jubah kyai lho...
BalasHapusyu, di indonesia marak acara seleb kagetan dan apa yang terjadi? banyak yang bangkrut... kalaupun menang, mana mereka sekarang? paling dijadikan budak oleh stasiun tipi.
bukannya saya gak setuju dengan kegiatan macam begituan tapi sing eling tur waspada ya nduk!
Yupz, bner gan, zaman sekarang mesti hati2 klo ada hal2 kayak gini jangan mudah tergiur. Nice info gan...
BalasHapus